17. Tragedi

189 37 10
                                    


Apapun yang terjadi,
Allah yang berkehendak.

-Allah Has A Plan-
By raynnn_

🍁

Sman 1 memiliki dua lapangan. Yang satu khusus basket dan yang lapangan kedua atau sering di sebut lapangan utama, untuk bermain bola, bisa juga voli dan pastinya tempat pelajaran penjaskes di laksanakan. Posisi lapangan basket berada tak jauh dari lapangan utama, hanya di batasi oleh pepohonan kecil saja. Letak keduanya di kelilingi oleh gedung sekolah.

Sekarang Zea, Hasbi, dkk. Telah berkumpul di lapangan utama bersama murid murid kelas 12 lainnya. Karna Atta selaku guru olahraga belum datang. Seperti biasa. Para murid murid banyak yang mengobrol, gaduh dan ada juga murid yang belum datang ke lapangan.

Keterlambatan Atta keterlaluan.
Sudah lebih dari sepuluh menit waktu pengajaran, tapi ia tidak kunjung datang.
Hasbi bosan, ia ingin segera memulai pelajaran. Sedari tadi, ia hanya mendengar Zidan dan Azi yang beradu mulut tanpa henti. Sedangkan ia sendiri, hanya duduk di bawah pohon dan memerhatikan Zea dalam diam.

"Semoga aja si Pak Atta Jeger gak dateng."

Zidan yang mendengar celotehan Azi seketika langsung mengusap kasar wajah temannya.

"Woi Dan!" Azi yang tak terima itu langsung membalas perbuatan Zidan.

"Lo yang woi! Ngedoain pak Atta gak dateng," Zidan mendengus. "Aamiin!" dengan suara lantangnya.

"Hahaha, kan!"

Sedari tadi mereka sampai di lapangan. Zidan dan Azi tak mendengar sedikitpun satu kata yang keluar dari mulut Hasbi.
Ia hanya memainkan ranting yang jatuh, dan tak jarang curi curi pandang kepada sang kekasih harapannya. Siapa lagi jika bukan Zea. Zidan dan Azi sedikit kesal. Biasanya jika mereka berdebat, Hasbi selalu menjadi penengah.

"Huh!"

"Kenapa lo, Zi?"

"Si Hasbi noh ngelirik Zea Mulu!" oceh Azi sembari menunjukan bibirnya yang membentuk kerucut.

Zidan yang melihat itu, seketika muntah ghaib di tempat. "Najis mughaladhah!"

"Lo gak cemburu, emang!?" tanya Azi.

"Cemburu sih kagak. Cuman emmmm ... apa ya kata yang pas??" Zidan tampak berfikir.

"Ya! Jealous!"

"Heh! daki onta! sama aja anjir!"

Zidan menutupi mulutnya dengan tangan. "Ups! " Setelahnya ia tertawa terbahak bahak.

"Gak lucu Dan. Plis!"

"Emang." Zidan mendatarkan muka.

"Heh!" Teriak Zidan pada hasbi yang berada di sampingnya.

Tak ada respon. Kini giliran Azi untuk memanggil.

"Jaelani!"

"Mahmudah!"

"Babang Tamvan!"

Allah Has A Plan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang