24. Kagum

123 31 1
                                    

Ilmu yang sebenarnya ialah
mengetahui sedalam-dalamnya
apa arti taat dan ibadah.

-Allah Has A Plan-
by Raynnn_

🍁

7.05 p.m.

Sehabis bermain ice skating, Zea merasakan badannya yang terasa berat dan pegal-pegal. Lututnya pun terasa sedikit sakit, karena adalah lebam bekas jatuh saat bermain tadi. Saat tadi sore Zea di antar pulang oleh keluarga Giffari, Hasbi berkata kepada Assyifa, kalau putrinya tersebut terjatuh terus menerus saat bermain ice skating. Jujur, Zea tidak mau ibunya tahu. Ia takut ibunya khawatir, dan juga ...ia sedikit malu. Setelah keluarga Giffari mengantar Rifan pulang ke apartemennya yang berada di jalan Pasteur, kemudian Zea ke jalan Dr. Djuanda, mereka pun pulang ke rumah mereka yang terletak di perumahan Summarecon Bandung.

Setelah shalat Maghrib, dan makan malam. Terduduk Assyifa dan Zea dengan mukena yang di pakai. Di sebuah ranjang berwarna biru, Assyifa tengah mengoles obat ke lututnya Zea. Sedangkan Zea, ia hanya bisa menahan sakit dengan menghentakkan gigi atas dan gigi bawahnya.

"Kalau sakit teriakin aja, Ze." usul Assyifa.

"Gak Bu, gak sakit sama sekali kok." jawab Zea dengan senyum. Walau Zea berkata "tidak sakit" di sertai senyuman, Assyifa tahu bahwa putrinya tengah kesakitan, terlihat dari matanya yang berkaca kaca. Pft.

"Bentar lagi ya,"

"Selesai!" seru Assyifa.

Zea bernafas lega. Ia tutup lututnya kembali dengan celana dan rok mukena.

"Ayok kita ngaji sambil nunggu adzan isya." ucap Zea lalu berdiri, di susul oleh Assyifa.

"Kamu istirahat dulu nak." kata Assyifa, sembari mendorong pelan kedua bahu Zea agar duduk kembali di ranjang.

"Bu ..."

"Hm?"

"Yang sakit kan kaki, bukan mulut. Alhamdulillah, Zea bisa kok ibuu cantiikk." rayu Zea dengan mengayun ayunkan lengan Assyifa.

"Huftttt ....,"

"Ya sudah, ayok,"

"Ehhh bentar."

Zea memiringkan wajahnya bingung.

"Kamu udah minum obat, kan?"

Zea menggeleng.

"Kenapa gak di minum obatnya? Sudah sembuh? Kamu menyerah? Males? Capek?"

Zea tertunduk.

"Nak, dengerin ibu. Allah itu maha adil, penyayang, tau apa yang terbaik buat kita.Allah kasih sakit ke Zea, itu untuk nguji Zea. Ngegugurin dosa dosa Zea di masa lalu, ngerti? Terus, kapan jadwal cuci darah? Ibu gak liat ada semangat dalam diri kamu untuk melawan penyakit. Ze, denger ibu gak?" jelas Assyifa kecewa.

Zea mengangkat dagunya, ia tatap manik mata milik Assyifa.

"Maaf,"

"Zea lupa, hehe,"

"Tadi sehabis makan Zea mau minum obat, tapi, kan tadi Zea di obati dulu sama ibu. Jadi lupa deh." jelas Zea.

Assyifa menepuk jidat sudah berfikir sampai sejauh itu. Itulah, to be honest, she's really worried. "Ah, kamu ini. Kirain kamu udah gak ada semangat. Oh ya, kapan jadwal cuci darah lagi?"

Allah Has A Plan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang