2 - Rooftop

2.2K 139 1
                                    

Gavin Prawira Artajasa. Cowok berbadan kekar, tinggi, dan berkulit putih bersih. Sayangnya kelakuannya sangat jauh dari kata baik-baik. Hobi seorang Gavin adalah bolos, berantem, balap liar, dan hal-hal semacam itu. Meski pun kelakuannya seperti itu, banyak cewek-cewek SMA Rajawali yang mengincarnya karena rupa dan kekayaan orang tuanya.

Gavin tengah berada di rooftop, membolos dari pelajaran Biologi yang membosankan. Ia tidak sendiri. Gavin ditemani oleh empat sahabat setianya, yaitu Hanung, Linggar, Dwi, dan Alan. Mereka berlima sekelas, kelas XII IPA 8

"Digoyang yukkkkkk!" teriak Hanung. "Sambala sambala bala sambalado. Mulut bergetar, lidah bergoyang." Hanung berjoget-joget sambil bernyanyi. Ponsel ditanggannya memutarkan sebuah lagu dangdut.

"Sambala sambala bala sambalado. Terasa pedas, terasa panasss!" Alan menyambung lagu yang dinyanyikan Hanung, ia juga ikut berjoget-joget. Tangan dan pantatnya bergoyang-goyang.

"Cintamu seperti sambalado, ah, ah. Pedasnya cuma dimulut saja, ah, ah. Cintamu seperti sambalado, ah, ah. Pedasnya cuma dilidah saja. Huwooo ho hoooo!" Hanung dan Alan menyanyikan lirik selanjutnya bersama-sama.

"Colek-colek sambalado alama oy." Hanung melanjutkan dengan mencolek dagu Dwi.

"Dicolek sedikit, cuma sedikit. Pedasnya menggigitttt!" Alan ikut mendekat ke Dwi, mencolek-colek bahunya.

"Ujung-ujungnya bikin sakit hatiiii!" Hanung dan Alan bernyanyi bersama lagi.

Dwi yang merasa risih dicolek-colek oleh Hanung dan Alan pun merebut ponsel di tangan Alan. Tanpa pikir panjang, cowok itu mematikan lagu yang berputar di ponsel itu.

"DWIIII!" teriak Hanung dan Alan bersamaan.

"Lagi asik, malah dimatiin!" omel Alan.

"Tawuran emang bikin rusuh
Tawurannya sambil makan cokelat Belgia
Lo temen atau musuh?
Gak pernah seneng liat kita bahagia?" ucap Hanung memberi pantun.

"Emang lo temen gue, Nung?" ucap Dwi kepada Alan.

"Brisik!" ucap Linggar. Cowok itu tengah duduk di pinggiran rooftop sambil menatap ke bawah, ke halaman sekolah.

"Ganggu orang tidur tahu gak! Sambalado sambalado matamu!!" Gavin yang tengah tidur di sebuah sofa lusuh di rooftop itu ikut mengomel.

"Tuh, dengerin kata Pak Bos! Jangan ganggu tidurnya kalo gak mau dilempar dari atas monas!" ucap Dwi.

"Lo juga, Wi. Diem!" omel Gavin.

"Ampun, Pak Bos! Dwi diem." Dwi akhirnya diam mendengar omelan dari Gavin. Cowok itu kalau marah tidak main-main.

Dwi duduk di samping Linggar. Hanung dan Alan pun juga ikutan duduk di sebelahnya.

"Pantes betah di sini, lagi ngeliatin ciwi-ciwi senam, toh," ucap Alan menggoda Linggar.

"Emangnya lo, Lan. Pikirannya cewek mulu! Linggar gak gitu lah orangnya, dia kan setia banget sama gue," ucap Dwi. "Iya nggak, Nggar?" tanya Dwi meminta pendapat Linggar. Namun, Linggar hanya menatap datar.

Linggar Alfamoreza, cowok pendiam tapi cool abis. Di antara keempat sahabatnya, ialah yang paling pintar. Banyak kejuaraan yang ia dapat, bahkan sampai tingkat nasional. Linggar jarang bolos pelajaran, tidak sesering keempat sahabatnya.

Hanung Prasetya, si raja pantun dan raja dangdut. Wajahnya pas-pasan dan kelakuannya gak normal. Hobinya pantunin cewek-cewek. Tapi, bukannya bikin cewek luluh, malah kebanyakan ilfeel sama Hanung.

Alan Yowanda, playboy tingkat tinggi. Wajahnya paling ganteng di antara keempat temannya. Sering gonta-ganti pacar, bisa seminggu tiga kali. Pernah jalan sama lima cewek sekaligus.

Dwi Bagus Mahardika, sahabat Gavin dan Linggar dari SMP. Dia paling tahu sifat-sifat Gavin yang galak, egois, dan keras kepala. Dwi anaknya mudah berbaur, dan lumayan pintar. Tapi tidak sepintar Linggar.

"Wadawwww! Itu si Vivi cantik bener ya, bodynya cuy!" ucap Alan sambil memandangi Vivi yang tengah olahraga di halaman.

"Kemana aja lo, Lan. Vivi kan emang cantik dari dulu," ucap Dwi.

"Goblok banget ya Gavin gak mau sama dia," ucap Alan. "Udah ngejar Gavin dari kelas X padahal."

"Iya, sebenernya Vivi sama Gavin cocok. Vivi cantik, Gavin ganteng. Sebelas dua belas sama gue," ucap Hanung.

Dwi menoyor kepala Hanung. "Kalo lo mah bukan ganteng, tapi gosong!"

"Yang namanya cinta kan gak bisa dipaksa," ucap Linggar seraya berdiri.

Alan, Hanung, dan Dwi menatap Linggar yang berdiri dari duduknya. Wajah cowok itu datar, seperti biasa. Tapi tetap ganteng dan cool.

"Mau kemana lo, Nggar?" tanya Alan.

"Kelas," jawab Linggar.

"Lo sih, pake ngledekin dia segala. Jadi ngambek kan," ucap Hanung menyalahkan Dwi.

"Kok gue sih?!"

"Ya emang lo!"

Linggar menuruni tangga, meninggalkan rooftop dan keempat sahabatnya. Daripada dengerin ocehan-ocehan tidak jelas, lebih baik belajar di kelas. Linggar juga tadi sangat terpaksa saat diajak bolos oleh Gavin.

Sebelum masuk ke kelas, Linggar melihat Wildan tengah mengadu ke Bu Ika. Ketua OSIS itu memang suka sekali mengadukan ia dan sahabat-sahabatnya ke guru BK. Sekadar untuk mencari muka dan agar nilainya ditambah oleh para guru.

Linggar melengos masuk ke dalam kelas begitu saja. Ketua OSIS itu sudah mencari gara-gara dengan Gavin.

::::: GavHan :::::

Jangan lupa follow, vote, and coment

Follow insta@suci.asr


GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang