19 - Olimpiade

750 57 0
                                    

"Diem dulu di situ," suruh Gavin.

Gavin turun dari motornya. Sementara Jihan masih duduk di atas motor sambil memangku novel-novel pemberian Gavin. Gavin mengangkat novel di pangkuan Jihan, mengambil alih.

"Aku bawa setengah," ucap Jihan.

"Nggak usah, aku aja yang bawa semuanya."

"Kan berat, Gav."

"Aku kuat. Nggak liat nih otot-otot aku segede gini?"

Jihan membukakan gerbang rumahnya. Gavin masuk mengikuti langkah Jihan dari belakang. Selama pacaran, Gavin belum pernah ke rumah Jihan.

Fitri baru selesai menyapu teras rumah. Ia menatap Jihan yang diantar pulang oleh seorang cowok.

"Bun," sapa Jihan seraya mencium punggung tangan Fitri.

Gavin meletakkan novel-novel itu di lantai teras. Kemudian, ia ikut mencium punggung tangan Fitri.

"Siapa?" tanya Fitri.

"Gavin, Tante," jawab Gavin.

Fitri menatap Jihan. Seolah bertanya status mereka.

"Pacar aku, Bun," ucap Jihan jujur.

Fitri mengangguk-ngangguk menanggapi ucapan Jihan.

"Masuk dulu?" tanya Fitri menawari.

"Nggak deh, Tan. Udah sore soalnya," ucap Gavin menolak.

"Ya udah, Tante masuk dulu."

Fitri masuk ke dalam rumah. Ia sengaja meninggalkan Gavin dan Jihan berdua di teras.

"Mau aku bawa novel-novelnya ke dalem sekalian?" tanya Gavin.

"Nggak usah, aku bisa bawa sendiri."

"Berat, Jihan."

"Nggak. Nanti bawanya satu-satu."

"Kelamaan."

"Yang penting selesai."

"Oke." Gavin mengalah. "Aku pulang," pamitnya.

Jihan mengangguk.

Gavin menyodorkan tangan kanannya kepada Jihan.

"Apa?" tanya Jihan bingung.

"Salim dong, cium tangan," jawab Gavin.

"Ihh!"

"Kok ih sih?" tanya Gavin santai. "Cium tangan," suruhnya lagi.

Jihan melirik ke dalam rumahnya secara sekilas. Memastikan masih ada Bundanya atau tidak. Kalau Ayahnya belum pulang, ia masih mengajar kuliah sore.

Jihan menyambar tangan Gavin, menyalaminya, dan mencium punggung tangan Gavin secara sekilas.

"Udah, sana pulang!" usir Jihan.

"Beneran mau cium tangan ternyata," ucap Gavin sambil terkekeh. "Padahal aku cuma bercanda."

"Ihhhh Gavin! Pulang sana!" usir Jihan lagi.

"Beneran aku pulang sekarang? Ntar kangen lagi," ledek Gavin.

"Nggak bakal. Ngapain kangen sama cowok kayak kamu. Dua hari kemarin juga nggak kangen tuh," ucap Jihan. Padahal, setiap saat setiap waktu ia uring-uringan memikirkan Gavin.

"Ya udah, aku pulang deh. Kasian ya jadi aku, diusir sama pacar sendiri," ucap Gavin dramatis.

Jihan memeletkan lidahnya, mengejek Gavin.

Gavin membalikkan badannya menuju ke gerbang rumah Jihan. Jihan menatap punggung Gavin, menunggunya sampai hilang dari pandangan.

Gavin membalikkan badannya lagi. "Han," panggilnya.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang