14 - Berantem

1K 60 3
                                    

"Eh, Bos! Beneran Jihan dilabrak sama Vivi?" tanya Dwi ketika Gavin sampai di kelas.

"Iya," jawab Gavin singkat.

"Ehbusyettttt si lampir bisa gitu juga yak?" ucap Alan.

"Udah cinta mati dia sama Gavin, makanya jadi gila. Otaknya setengah waras setengah sengklek," timpal Hanung.

"Gue aja nggak nyangka Vivi bisa main kasar kayak gitu," ucap Gavin. "Makin benci lah gue sama dia."

"Lo kok bisa sih nggak suka sama Vivi, Vin? Dia kan cantik tuh, kalau gue jadi lo, gue jabanin dia. Gue langsung bawa ke KUA," ucap Alan.

Hanung menoyor kepala Alan. "Gavin nggak kayak lo, Lan. Dasar playboy kaleng-kaleng! Cewek mulut mercon kayak Vivi nggak bakalan disukai lah sama Gavin. Mending Jihan kemana-mana. Yanggak, Vin?"

"Yoi, Breee!" sahut Gavin. "Jihan ratuku cintakuuuuu."

"Bucinnya level karatan," cibir Dwi.

"Sewot aja lo jomloh," ucap Gavin.

Hanung meraih sebuah sapu yang diletakkan di sudut kelas. Ia memegangnya seperti sebuah gitar.

"Dan tunggulah ... jeng jeng! Aku di sana ... uhuy! Memecahkan celengan rinduuuuuu kuh!" Hanung menyanyikan salah satu lagu Fiersa Besari di depan meja Liana, teman sekelasnya yang tengah mengerjakan soal-soal.

"Celengan rindu taimu cokelat!" cibir Liana. "Nggak usah gangguin gue!" bentaknya.

"Hanung ditolak hiya hiyaaa!" seru Alan merasa puas melihat Hanung tampak sedih.

"Udah pensiun dari dangdut lo, Nung?" tanya Gavin.

"Belum dwonggggg! Cuma lagi pengin nyanyi yang lain aja. Dangdut mah tetep di hati," jawab Hanung.

Hanung gantian mendekat ke meja Siska. Cewek yang tengah membaca buku itu melirik sekilas ke Hanung. Ketika dilirik, Hanung mengedip-ngedipkan matanya.

"Ikan hiu belok ke kanan
Terus ketemu sama sabu-sabu
Kalau neng Siska berkenan
Mau dong abang jadi pacarmu."

"Mau lo gue suapin deterjen?" tanya Siska sinis.

"Jangan deterjen dong. Kalo bakso, baru gue mau," jawab Hanung sambil cengengesan.

"Bakso tikus mau?" ucap Siska lagi.

"HEI HEI HEI HEI!" seru Dwi sambil berteriak. Ia memegang ponsel di tangannya.

"Apaan sih, woy! Hai hai hai hei, nyapa fans gue lo?" tanya Gavin.

Hanung pergi dari meja Siska. Gavin, Alan, Hanung, dan Linggar merapat ke meja Dwi. Cowok itu sepertinya punya berita penting.

"Anak kelas XII IPA 3 nantangin kita nih," ucap Dwi. Ia memperlihatkan layar ponsel yang menampakkan chatnya dengan Fariz.

Fariz Agusta:
Kalo berani, jam istirahat kedua di halaman sekolah. JANGAN JADI PENGECUT!

"Apa-apaan sih tuh banci Agustus? Pake nantangin segala, dia pikir anak IPA 8 takut?" ucap Alan.

"Terima, Wi. Terima!" suruh Gavin.

"Pasti lah," balas Dwi.

"Mikir dulu," ucap Linggar. "Kita udah kelas dua belas. Bisa dibawa ke BK lagi kalau berantem di halaman," lanjutnya.

"Ah, nggak pa-pa, Nggar. Itung-itung buat kerjaan Bu Ika sama Pak Broto," sahut Alan santai.

"Lo ikutan kan?" tanya Gavin pada Linggar.

"Nggak," jawab Linggar singkat. Bukannya tidak bisa bela diri, Linggar menghindari perkelahian tak berguna. Padahal di antara keempat temannya, ia yang paling jago berantem.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang