31 - Jihan Sakit

796 53 0
                                    

Tok tok tok

"Pagi, Tante," sapa Gavin ketika Fitri membukakan pintu rumahnya.

"Pagi, Gavin," sahut Fitri. "Masuk yuk."

Gavin masuk ke dalam rumah Jihan. Ia tidak mendapati Jihan sama sekali. Pagi ini Gavin sudah memakai seragam OSISnya. Di tangannya ada plastik berisi bubur ayam.

"Jihan demam, dia ada di kamar," ucap Fitri.

"Boleh saya jenguk, Tan? Saya juga bawa bubur ayam buat Jihan."

"Boleh," ucap Fitri.

Fitri membuka pintu kamar Jihan lebar-lebar. Kemudian, Gavin masuk ke dalam kamar Jihan yang bernuansa putih dan pink itu. Dilihatnya Jihan yang tengah duduk sambil bersandar di atas ranjang. Pandangan Jihan lurus dan kosong.

"Tante tinggal ya," ucap Fitri.

"Iya, Tante," ucap Gavin.

Gavin tidak menutup pintu kamar Jihan, ia membiarkan pintu itu tetap terbuka lebar. Gavin menarik kursi belajar Jihan dan duduk di atasnya.

"Aku bawain kamu bubur, Han," ucap Gavin.

Gavin mengeluarkan foam makanan berisi bubur ayam dari dalam kresek putih bening. Ada sendok plastik juga di dalamnya. Gavin menuangkan kuah dan krupuk sebelum mengaduknya dengan merata.

"Jihan," panggil Gavin.

"Eh iya." Jihan tersentak ketika mendengar panggilan Gavin. "Kamu kok di sini?" tanya Jihan.

"Asik banget ya ngelamunnya, sampe nggak tau kalo aku duduk di sini dari tadi," sindir Gavin.

"Sorry," ucap Jihan pelan.

"Nggak pa-pa. Aku bawa bubur, kamu harus makan," ucap Gavin.

Gavin mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut Jihan.

"Aku bisa makan sendiri," ucap Jihan.

"Nggak. Pokoknya harus aku yang nyuapin. Kapan lagi kan disuapin sama mantan?" ledek Gavin sambil menaik turunkan alisnya.

Jihan memukul pelan lengan Gavin. "Apaan sih kamu."

Jihan menerima suapan Gavin. Bubur itu masuk ke dalam mulutnya.

"Yang semalem, nggak usah dipikirin," ucap Gavin. "Aku kasih perhitungan nanti sama Apriva, bangsat emang."

Jihan diam. Ia merasa takut kalau mengingat kejadian semalam.

"Kamu nggak ke sekolah? Udah siang," ucap Jihan mengalihkan pembicaraan.

"Kamu habisin dulu buburnya, baru aku ke sekolah."

"Nanti kamu telat."

"Kan bisa lompat gerbang belakang."

"Dasar kamu."

Gavin menempelkan punggung tangannya ke dahi Jihan. "Lumayan panas," ucapnya.

"Iya."

"Meriang. Merindukan kasih sayang. Iya kan?" ucap Gavin.

"Ngelantur banget ngomongnya," cibir Jihan.

"Pasti kangen dicium pipinya sama aku," tebak Gavin.

"Gavinnn!!" kesal Jihan. Ia mencubit lengan Gavin.

"Aw! Sakit," ucap Gavin mengaduh sambil mengusap bekas cubitan Gavin. "Pipi kiri kamu belum pernah aku cium, kalau yang kanan udah dua kali. Mau dicium lagi nggak?" tanya Gavin sambil menaik turunkan alisnya.

"Gavin jelek!" ucap Jihan.

Gavin tertawa renyah. "Masa sih aku jelek? Kalo aku jelek, kenapa masih sayang?"

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang