EXTRA PART

473 12 0
                                    

"Papiiiiii BangSat nakal!" teriak Feca. "Dia ambil boneka barbie Feca, telus dicemplungin ke selokan depan lumah," lanjutnya dengan suara cadel.

"Feca, manggilnya yang bener. Namanya Bang Satya, jangan manggil BangSat!" tegur Jihan melihat kelakuan anak keempatnya.

"Kamu juga, Satya. Jangan nakal. Kamu itu anak pertama," ucap Gavin memberi peringatan pada Satya, anak sulungnya.

"Kata Bang Alan, enaknya punya adik itu ... bisa dijailin. Jadi apa gunanya punya adik kalo nggak dijailin sama Satya," ucap Satya yang berumur enam tahun.

"Mamiiiii! Celia ngompol!" teriak Elran. Ia tengah bermain bersama Celia yang masih bayi.

"Pesing banget, Mi! Cepet dong!" teriak Gion yang sama-sama sedang bermain dengan Celia.

Jihan beranjak dan segera menghampiri Celia yang berbaring di kasur. Ruang keluarga itu sangat ramai oleh pertengkaran anak-anaknya.

Jihan dan Gavin memiliki lima orang anak. Anak pertama bernama Satya. Kemudian Gion, Elran, Feca, dan yang terakhir Celia.

"Mamiiiii!!! Feca lapal!" teriak Feca dengan suara cempreng. Ia membuang boneka di tangannya ke sembarang arah, lalu berlari menghampiri Jihan. Feca yang berusia tiga tahun itu menarik-narik baju yang Jihan kenakan.

"Woy! Jangan narik-narik daster Mami. Kasian, dodol!" ucap Satya yang tiduran di sofa sambil memainkan game di ponsel mahalnya.

"Satya!" tegur Gavin. "Yang sopan kalo ngomong."

"Itu tuh, Pi. Gara-gara sering main sama temen-temen Papi," ucap Gion sambil melirik sinis ke arah Satya.

"Iri bilang bos!" sahut Satya. "Bilang aja lo iri karena nggak pernah diajak main sama Bang Dwi, Bang Alan, Bang Hanung, sama Bang Linggar. Iya kan? Iri kan lo?"

"Udah, jangan ribut," ucap Jihan. "Mami pusing nih."

Gavin meninggalkan laptopnya. Ia menghampiri Jihan dan mengelus pundaknya. "Biar Papi aja yang gantiin popoknya Celia, Mami duduk aja," ucap Gavin.

"Kamu sih, pengin punya anak banyak. Sampai aku lahiran tiap tahun, capek tahu ngurusin anak-anak banyak kayak gini. Masih kecil-kecil semua lagi," ucap Jihan.

"Jual aja, Mi. BangSat sama Elran dijual aja, biar aku jadi anak Mama sama Papi yang paling ganteng," ucap Gion.

Satya melemparkan bantal sofa ke arah Gion. "Lo aja sana yang dijual! Itu pun kalo lo laku, mana ada yang mau beli anak kayak lo."

"UDAHHHHH!" teriak Gavin dan Jihan bersamaan. Stres.

:::::

"Mamiiiiii!!" teriak Feca.

"Mami lagi di kamar sama Papi, lagi bikin adek buat Celia," ucap Satya.

"Emang adek bisa dibikin, Bang?" tanya Feca dengan polos.

"Ya bisa lah," jawab Satya.

"Jangan ngeracunin otak Feca, Bang! Mau lo digorok sama Papi?!" ucap Gion.

"Berisik lo! Ikut-ikutan aja, dasar anak tikus," ucap Satya.

"Kalo gue anak tikus, lo juga anak tikus dong," ucap Gion.

"BangSat nggak pinter," cibir Elran.

"Apa salah gue sihhh! Ngapa punya adik laknat semua. Pakek manggil gue BangSat lagi!" ucap Satya.

"Sama Feca aja, Bang. Feca baik, nggak laknat," ucap Feca.

Satya menggendong Feca, lalu menciumi pipinya. "Adikku sayang. Emang baik banget deh, nggak kayak Gion sama Elran!" ucapnya sambil melirik Gion dan Elran.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang