39 - Pasar Malam

598 53 0
                                    

"Heh! Baca bukunya! Jangan ngeliatin aku mulu," omel Jihan.

"Tante Fitriiiii!" teriak Gavin memanggil Fitri.

"Iya, Vinn!" balas Fitri yang tengah berkutat di dapur.

"Jihan ngomel-ngomel terus nih! Gavin cium boleh nggak?" tanyanya, masih sambil berteriak agar Fitri dengar.

Plak

"Sembarangan!" ucap Jihan setelah menampar mulut Gavin.

"Tante Fitriiiii! Jihan nampar pipi aku nih, sampe merah kayak gini!" adu Gavin.

"Jihannnn!" tegur Fitri dari dapur. Wanita itu tengah membuat minuman untuk Gavin.

Buggg

Jihan melempar bantal sofa kepada Gavin. "Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan!" kesalnya.

"Fitnih iti libih kijim diripidi pimbinihin!" Gavin menye-menye sambil terkekeh.

"Ihhhhhhh!!!"

Tak kuat melihat kelakuan pacarnya, Jihan memukuli Gavin dengan bantal sofa itu. Kesal sekali perasaan Jihan saat ini.

"Aduh, ampun!" pekik Gavin.

Jihan tak mendengarkan Gavin. Ia tetap memukuli Gavin dengan bantal sofa berkali-kali. Sampai Jihan tak sadar kalau dia berada di atas tubuh Gavin.

"Kalian ngapain?" tanya Fitri yang datang dengan nampan berisi teh dan camilan.

Jihan melirik Fitri sekilas, lalu memandang Gavin. Ia baru menyadari posisinya sekarang dan reflek melempar bantal itu ke wajah Gavin.

"Katanya Jihan mau buat cucu buat Tante," ucap Gavin.

"Gavin! Nyebelin banget sih!" omel Jihan.

"Jangan ngomel-ngomel terus dong, Han," ucap Fitri.

"Lagian Gavin nyebelin banget, Bun. Pengin aku giling di mesin cuci!" ucap Jihan.

Gavin tertawa mendengar ucapan Jihan. Ia puas melihat pacarnya kesal seperti itu.

"Udah-udah. Katanya mau belajar bareng," ucap Fitri.

"Percuma, belajarnya ngeliatin aku terus," adu Jihan.

"Makanya punya muka jangan kecantikan dong," ucap Gavin sambil terkekeh. "Tante Fitri dulu ngidam apa sih? Sampe Jihan jadi mirip bidadari kayak gitu."

"Nyidam daging macan," jawab Fitri sambil terkekeh. "Makanya Jihan galak banget kayak gitu."

"Bunda kok ikutan nyebelin kayak Gavin sih?!" kesal Jihan setelah mendengar ucapan Bundanya.

Gavin dan Fitri tertawa bersamaan. Sedangkan Jihan memanyunkan bibirnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Ya udah, Bunda ke dalam dulu biar nggak ganggu kalian belajar," ucap Fitri. Kemudian, ia pergi dari ruang tamu.

"Ketawa terosss! Ketawa aja sampe kering tuh gigi-gigi kamu," ucap Jihan.

Gavin menghentikan tawanya. Ia memegangi perutnya yang terasa keram karena terlalu lama tertawa.

"Cie ngambek," ucap Gavin sambil menyubit pipi Jihan.

"Nggak usah pegang-pegang!" omel Jihan.

"Galak banget sih pacarku. Mana bibirnya dimanyunin kayak gitu, kan jadi pengin cium," ucap Gavin.

"Diem!" bentak Jihan.

"Iya iya, ini diem," ucap Gavin.

Gavin meraih cangkir berisi teh dan meminumnya sedikit. Kemudian, ia mulai serius membaca-baca buku paket yang diletakkan di atas meja.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang