6 - Chat

1.4K 104 0
                                    

Malam ini, Jihan tengah berhadapan dengan soal-soal Fisika. Jemarinya sibuk membolak-balik buku yang memuat rumus-rumus. Dengan teliti, ia mengerjakan satu per satu soal itu.

Jihan terlahir pintar. Ia sudah berprestasi sejak TK. Banyak sekali kejuaraan yang ia raih, baik akademik maupun non akademik. Saat kelas tiga SD, Jihan juga menjadi model cilik dan menghasilkan uang sendiri. Namun, tidak berlangsung lama karena Ayahnya tidak begitu setuju. Mengganggu sekolah, katanya.

Jihan meraih ponsel yang ia letakkan di samping kotak pensil. Ada banyak chat yang masuk. Rata-rata dari teman sekelas atau teman seangkatan. Nomor hp Jihan pasti sudah menyebar seantero SMA Rajawali. Seharusnya Jihan tidak usah masuk ke grup kelas, biar tidak ada yang sembarangan mengasih-ngasih nomor hpnya. Atau lebih baik Jihan mengganti nomor hpnya agar bisa hidup dengan tenang.

089×××××××××: Save back, Gavin.

Jihan mengetikkan balasan di room chat-nya dengan Gavin. Satu-satunya chat yang ia balas. Entah apa alasannya, cuma ingin membalas saja.

Jihan Cassalova: Oke.

Tidak sampai semenit, ada chat lagi dari Gavin. Padahal, tadi cowok itu sedang offline.

Gavin Prawira A: Lagi ngapain?

Jihan Cassalova: Lagi belajar.

Gavin Prawira A: Rajin amat.

Jihan Cassalova: Lo gak belajar?

Gavin Prawira A: Nanti lah, gue lagi di WBY.

Jihan Cassalova: WBY?

Gavin Prawira A: Warung Bu Yuni, belakang sekolah. Biasa lah, nongkrong sama temen-temen.

Jihan melirik jam dinding di atas pintu kamarnya. Padahal dia bisa melirik jam di hp. Sudah jam sembilan malam.

Jihan Cassalova: Udah malam, Gav.

Gavin Prawira A: Baru jam sembilan.

"Jihan!"

Jihan reflek menaruh ponselnya ketika sang Ayah memanggil namanya. Jihan menoleh ke belakang, mendapati Arwan tengah memperhatikannya di ambang pintu.

"Ayah udah bilang, jangan main hp di jam belajar."

Jihan mengangguk kecil. "Iya, Yah. Maaf."

Arwan mendekati Jihan yang tengah duduk manis di kursi belajar. Ia mengambil ponsel di atas meja belajar bercat pink itu dan menggenggamnya.

"Jam belajar lima belas menit lagi," ucap Arwan mengingatkan. "Nanti, kamu bisa ambil hp kamu di kamar Ayah."

Jihan menatap kepergian Arwan sampai menghilang di balik pintu. Ayahnya itu memang sangat keras dalam mendidiknya. Baginya, Jihan harus tumbuh menjadi orang yang sukses dan berguna. Jihan anak tunggal, ia sangat disayangi dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya.

Setelah menyelesaikan soal-soal fisikanya, Jihan menjadwal pelajaran untuk besok dan memasukkan buku-bukunya ke dalam ransel. Tak lupa juga untuk memasukkan satu novel, bisa mati kutu kalau dia tidak membawa novel ke sekolah.

Jihan keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar kedua orang tuanya. Ia akan mengambil ponsel yang tadi diambil oleh Arwan.

Tok tok tok

"Masuk aja, Han." Suara Fitri terdengar dari dalam kamar itu. Jihan segera membuka pintunya dan masuk ke dalam.

"Hp kamu di atas nakas, ambil aja." Arwan terlihat tengah duduk di kursi kerjanya, tangannya sibuk dengan laptop.

"Iya, Yah," ucap Jihan.

Jihan berjalan menuju nakas yang terletak di samping tempat tidur. Fitri tengah rebahan di tempat tidur itu dengan baju tidurnya.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang