44 - Kelulusan dan Perpisahan

944 60 0
                                    

"GUE LULUS!!!" teriak Ambar ketika matanya menemukan hal yang dicari di papan informasi SMA Rajawali.

"GUE JUGA LULUS!!" teriak Fia. "Lo lulus kan, Han?" tanyanya pada Jihan yang berdiri di tengah-tengah Ambar dan Fia.

"Iya, gue lulus," jawab Jihan lesu.

Hari-hari tanpa kehadiran Gavin rasanya tidak ada artinya bagi Jihan. Sudah dua minggu Gavin setia menutup matanya. Koma. Seperti tidak ada kehidupan. Selama itu pula, Jihan tak pernah bersemangat melakukan apa pun. Ia kadang lupa caranya makan dengan teratur, lupa caranya tidur, bahkan kadang lupa cara untuk bernapas.

Ambar memeluk Fia dan Jihan dengan erat. "Kita lulus!" ucapnya senang bukan kepalang.

"Kita harus rayain!" ucap Fia seraya melepas pelukan Ambar.

"Kita makan-makan," ucap Ambar memberi usulan.

"Gue nggak ikut," ucap Jihan cepat. "Gue mau ke rumah sakit aja."

Fia dan Ambar langsung terdiam setelah mendengar ucapan Jihan. Niatnya mau membuat Jihan terhibur, malah Jihan sama sekali tak ada semangat.

"Yang sabar ya, Han," ucap Ambar seraya mengelus bahu Jihan.

"Gavin pasti sembuh. Gue jamin," ucap Fia ikut menguatkan Jihan.

"Makasih," ucap Jihan.

Setelah mendapat berkas nilai dan lain-lain, Jihan segera menuju ke rumah sakit menggunakan taksi. Di jalan, ia sempat membeli bunga mawar untuk diberikan kepada Gavin.

Sampai di lobi rumah sakit, Jihan turun dengan memeluk nilai-nilai dan bunga mawar. Ia akan bercerita banyak dengan Gavin hari ini. Ya, selama Gavin koma, Jihan sering sekali mengajak cowok itu berbicara. Jihan bercerita banyak hal. Menganggap Gavin bisa mendengar semua yang ia ucapkan.

"Hai, sayang," sapa Jihan seraya mengecup dahi Gavin.

Jihan duduk di kursi yang entah sudah berapa kali ia duduki.

"Aku lulus," ucap Jihan mulai bercerita.

"Aku dapat nilai paling tinggi seangkatan. Dan kamu tahu? Aku dapat beasiswa kuliah juga. Tapi ... kayaknya aku nggak usah kuliah, mau langsung nikah aja sama kamu," ucap Jihan. Lalu ia terkekeh mengingat ucapan terakhirnya.

"Aku bawa bunga mawar buat kamu. Mawarnya mirip kayak mawar yang kamu kasih pas kamu ngajak aku balikan. Ingat nggak?" Jihan meletakkan mawar tersebut di atas nakas rumah sakit.

Jihan meraih tangan Gavin. Ia menyatukan jari-jarinya dengan jari-jari Gavin yang dingin.

"Aku kangen kamu," ucap Jihan.

Cup.

Ia mengecup punggung tangan Gavin.

"Bangun ya ... kamu harus bangun," ucap Jihan.

Jihan menoleh ke arah pintu ketika pintu ruangan Gavin dibuka. Ada teman-teman Gavin. Linggar, Hanung, Alan, dan Dwi. Mereka berempat setiap hari selalu ke rumah sakit untuk menjaga Gavin. Sama halnya seperti Jihan.

"Eh, ada Jihan," ucap Hanung. "Udah lama?"

Jihan menggeleng. "Baru aja."

"Gue bawain makanan nih, buat ngerayain kelulusan," ucap Dwi. Ia meletakkan dua kresek putih ke meja yang ada di ruangan itu. Sedangkan yang lainnya menjatuhkan bokong ke sofa.

"Makan sini, Han," ajak Alan.

"Nanti, kalian duluan aja," ucap Jihan.

Linggar mendekati Jihan. Ia menepuk pelan bahu Jihan untuk memberikan kekuatan pada cewek itu. "Gavin pasti bangun," ucap Linggar.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang