43 - Gavin Koma

855 55 0
                                    

"Gimana? Sakit kan tamparan gue?" tanya Vivi.

Jihan meronta-ronta, berusaha melepaskan tali yang mengikat kedua tangannya. Dua pipinya merah akibat tamparan yang dilayangkan oleh Vivi.

"CEWEK STRES!" maki Jihan.

Plak

Satu tamparan mendarat lagi di pipi Jihan. Kemudian, Vivi mengeluarkan pisau. Ia berniat melukai pipi Jihan seperti waktu itu.

"Lo liat pipi gue," ucap Vivi. "Gavin ngelukai pipi gue waktu itu, rasanya sakit. Dan gue pengin ngelakuin itu lagi ke lo."

"LO MAUNYA APA SIH?!" bentak Jihan.

"Tadinya mau Gavin, tapi sekarang nggak. Gavin udah bikin gue terluka cukup parah. Gue udah mencintai dia, tapi dia malah nggak pernah ngelirik gue sama sekali. Bisa dibilang, gue udah benci banget sama Gavin. Sama bencinya dengan rasa benci gue ke lo," ucap Vivi panjang lebar. "Kalo Gavin ke sini, gue juga bakal ngebunuh dia. Kalian bakal mati bareng di sini."

Vivi membelai pisau di tangannya. Jihan yang melihat itu sudah gemetar ketakutan. Air matanya mengalir.

"Mana sini pipinya," ucap Vivi.

Jihan menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Ia tidak mau kalau Vivi menggores pipinya lagi menggunakan pisau.

"Jangan gerak-gerak! Lo mau pisau ini malah kena mata lo?!" bentak Vivi.

Vivi memegang dagu Jihan. Lebih tepatnya, mencengkeram. Kuku-kuku Vivi yang panjang sampai menancap ke pipi Jihan. Perih.

Srettt

"Akhhhh sak-kittt!"

Vivi menggores pipi Jihan secara perlahan. Tepat di bawah mata Jihan. Darah langsung mengalir dari luka itu. Bercampur dengan air mata Jihan.

Gedebukk

Vivi tersungkur ketika Gavin mendorongnya menjauh dari Jihan. Ya, Gavin datang bersama dengan Linggar. Sedangkan temannya yang lain tengah melapor pada polisi.

Vivi tidak mau menemui kegagalan untuk yang kedua kalinya dalam menculik Jihan. Cewek itu memanggil bodyguardnya. Kemudian, muncul tiga orang berbadan besar yang langsung menyerang Gavin dan Linggar.

Bugh

Bugh

Bugh

Mereka beradu jotos di ruangan itu. Meski pun Gavin dan Linggar jago bela diri, mereka tetap kewalahan. Lawan mereka bertubuh besar-besar dan sangat kuat.

Beberapa menit kemudian, darah sudah di mana-mana. Wajah Gavin penuh luka dan babak belur. Begitu juga dengan Linggar yang sama parahnya.

"Lo lepasin ikatan Jihan, bawa Jihan pergi!" suruh Linggar seraya melawan lelaki di hadapannya.

Gavin mendekat ke arah Jihan. Salah satu bodyguard itu mengejarnya, namun segera dipukul oleh Linggar. Dengan segera, Gavin membuka ikatan Jihan. Membiarkan Linggar melawan tiga orang itu untuk sementara waktu.

"Aku takut," ucap Jihan dengan suara gemetar.

"Jangan takut, aku di sini," ucap Gavin seraya mengelus rambut Jihan. "Kamu keluar dari sini ya."

"Aku nggak mau tinggalin kamu. Aku di sini aja," ucap Jihan keras kepala.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

"GAVIN!" teriak Jihan.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang