1 - Hari Pertama Jihan

3.1K 160 2
                                    

Bu Ayu melangkahkan kakinya dengan anggun memasuki kelas XII IPA 1. Guru killer yang masih muda dan cantik itu terlihat segar seperti biasanya. Tangannya memeluk buku paket Matematika dan buku nilai.

Kelas yang tadinya ricuh itu mendadak hening, tidak ada yang berani bersuara. Tatapan mereka terfokus kepada seorang gadis yang mengikuti langkah Bu Ayu.

"Hari ini, kalian mendapat teman baru." Bu Ayu melirik seorang siswa yang berdiri di sebelahnya. "Perkenalkan nama kamu," titahnya.

Gadis itu tersenyum, pede dan terlihat manis. Para siswa dan siswi di kelas itu bagaikan terhipnotis oleh pesona kecantikannya. Mereka menatap gadis itu tanpa berkedip sedetik pun.

"Hai," ucap gadis itu dengan suaranya yang lembut. "Nama saya Jihan Cassalova, pindahan dari SMA Permata."

"Ada yang mau bertanya?" tanya Bu Ayu kepada anak didiknya.

Bobby, cowok yang duduk di kursi paling belakang mengangkat tangan kanannya. "Alamat!" ucapnya sedikit berteriak.

"Jalan Mawar nomor tujuh," jawab Jihan dengan senyum mengembang.

"Minta nomor ponsel, Han!"

"Id Line dong!"

"Udah punya pacar belom, Han?"

"Jadi pacar gue mau?"

Brakk

Bu Ayu meletakkan buku paket tebalnya dengan kasar ke atas meja, menimbulkan bunyi gebrakan yang keras. Kelas tersebut mendadak hening karena teguran tidak langsung dari Bu Ayu.

"Jihan, kamu boleh duduk di sebelah Ambar," ucap Bu Ayu dan dibalas anggukan oleh Jihan. "Yang namanya Ambar, angkat tangan."

Ambar mengangkat tangan kanannya. Ia duduk di barisan bangku nomor tiga dari depan.

"Itu Ambar, kamu duduk sama dia," ucap Bu Ayu. Guru itu duduk di kursi guru dan bersiap memulai pembelajaran.

Jihan menghampiri meja Ambar dengan kedua tangan memegang tali ransel.

"Jadi juga lo pindah ke SMA Rajawali," ucap Ambar yang merupakan sepupu Jihan. Suaranya agak berbisik, takut didengar oleh Bu Ayu.

"Jadi dong, Mbar. Males banget kalo gue masih stay di SMA Permata," balas Jihan seraya meletakkan ranselnya.

Bu Ayu berdiri dari kursi guru. Tangan kanannya memegang buku paket, sedangkan tangan kirinya memegang spidol whiteboard. Jihan dan Ambar kembali memperhatikan ke depan.

"PR minggu kemarin, halaman dua puluh tiga. Dalam hitungan ke sepuluh, buku PR kalian sudah ada di hadapan saya," ucap Bu Ayu.

Ambar membuka tas ranselnya. Ia mengorek-ngorek isinya dengan tergesa-gesa.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

"Mana sih?!" Ambar masih mencari buku PRnya di dalam tas. Perasaannya sudah tidak karuan, takut kalau buku PRnya ketinggalan.

"Empat."

"Lima."

"Di laci kali, Mbar," ucap Jihan.

Ambar mengarahkan tangannya di laci meja, lalu menarik sebuah buku. "Ini dia," ucapnya girang.

"Enam."

"Tujuh."

"Delapan, sembilan, sepuluh."

Ambar kembali duduk setelah selesai mengumpulkan buku PR. Ia bisa bernapas lega. Sementara Jihan menatap dengan heran. Bu Ayu semengerikan itu, ya?

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang