38 - Ambar Wildan?

633 57 0
                                    

"Ikan hiu makan kedondong
Duduk sini dongggggggg!" ucap Hanung pada gadis yang lewat di sampingnya.

"Ogah!" balas gadis itu seraya berlalu.

"Mampus lo, ditolak mulu keberadaannya," ejek Alan.

"Iyah, kau benar. Aku mah apa atuh, nggak pernah dianggap padahal selalu ada," ucap Hanung dengan wajah yang disedih-sedihkan. Sumpah, bikin jijik.

"Makanya punya pacar," ucap Gavin.

"Sombonggggggg!!" seloroh Alan, Hanung, dan Dwi bersamaan. Kalau Linggar mah anteng-anteng bae.

"Ajakin lah si Jihan duduk semeja sama kita. Sama Ambar Fia juga," ucap Dwi.

"Menurut kalian, cantikan Ambar apa Fia?" tanya Alan.

"Ambar lah, imut-imut gimana gitu," jawab Dwi.

"Cantikan Fia. Pembawaannya dewasa, kayaknya bukan cewek manja," ucap Hanung.

"Heran ya, cowok juga suka gibah," ucap Ambar yang tiba-tiba bergabung dengan Gavin CS. Ia datang bersama Fia dan Jihan yang membawa makanan masing-masing.

"Kamu udah sehat?" tanya Gavin.

"Udah lah," jawab Jihan sambil senyum.

"Uhh senyumnya ... bikin Abang meleleh deh," ucap Hanung.

"Lo mau gue goreng?" ancam Gavin dengan mata melotot.

"Emangnya mentega, pake meleleh segala," cibir Fia.

"Ngomongin mentega, kemarin malem gue coba olesin mentega ke muka gue. Gue bawa tidur juga biar paginya bisa glowing. Terus ..." Hanung menggantung ucapannya.

"Terus apa?" tanya Alan penasaran.

"Digerumutin semut," jawab Hanung.

"Itu karena lo manis, Nung," ucap Gavin sambil terkekeh.

"Saking manisnya," tambah Ambar sambil tertawa mengejek.

"Gue aja belum pernah digerumutin semut. Kok lo bisa ya, Nung?" Jihan ikut-ikutan tertawa.

Hanung menggaruk tengkuknya. Salah tingkah karena dipuji seperti itu.

:::::

"GAVIINNNNNNN!!! JANGAN LARI KAMU!"

Gavin mempercepat larinya di koridor sekolah yang sepi sekali. Bu Ika mengejarnya dengan tergopoh-gopoh.

"Nggak usah ngejar Saya, Bu! Berat. Ibu nggak akan kuat," ucap Gavin sambil berlari.

Gavin berhenti di ujung tangga. Hendak berlari sambil menaiki tangga itu. Namun, gerakannya terhenti ketika melihat Jihan yang tengah menuruni tangga itu sendirian.

"Awas, Han!" usir Gavin karena Jihan menghalangi jalannya.

Bukannya minggir, Jihan malah memeluk lengan Gavin dengan erat. "Kamu kira aku nggak tahu kalau Bu Ika lagi ngejar kamu? Aku liatin kamu dari atas," ucap Jihan.

"Nah akhirnya," ucap Bu Ika sambil ngos-ngosan.

Gavin menunjukkan cengirannya sambil menatap Bu Ika yang terlihat sangat kelelahan.

"Pacar kamu itu, Han. Nakalnya ... huh huh," ucap Bu Ika mengadu pada Jihan. Napasnya masih ngos-ngosan.

"Kamu nggak boleh gitu sama Bu Ika, Gav! Kasian kan Bu Ikanya capek gara-gara ngejar kamu," omel Jihan.

"Aku kan nggak nyuruh Bu Ika ngejar. Lagian ngapain sih ngejar-ngejar aku kayak gitu?" ucap Gavin dengan tampang tak berdosanya.

"Ibu kesal sama kamu! Kenapa coba kamu iseng naruh permen karet di kursi guru?!" omel Bu Ika.

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang