25 - Wildan lagi

671 56 0
                                    

Tok tok tok

"Buka pintunya, Han," suruh Arwan.

Jihan meletakkan buku paket yang tengah ia baca-baca ke atas meja. "Iya, Yah."

Malam ini, Jihan dan orang tuanya tengah berada di ruang keluarga. Arwan. berkutat dengan laptop, Jihan membaca bukunya, sedangkan Fitri menonton tv.

Jihan membuka pintu yang tadi diketuk oleh seseorang dari luar. Jihan terlihat sangat panik ketika mengetahui siapa tamu yang hadir malam itu.

"Gavin?" tanya Jihan. Ia menyeret Gavin ke teras dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat. "Kamu ngapain?"

"Loh? Kok pintunya ditutup?" tanya Gavin sambil menunjuk pintu rumah Jihan.

"Kamu ngapain?" tanya Jihan mengulang pertanyaan yang tadi. Sesekali ia menengok ke belakang, memastikan kalau Arwan tak melihat Gavin.

"Mau bertamu ke rumah pacar lah," jawab Gavin enteng.

"Pulang, Gav. Jangan," ucap Jihan mengusir dengan nada memohon.

"Kenapa sih?" Gavin kebingungan. "Aku bawain martabak nih. Kata Alan, kalo ke rumah pacar, wajib bawain martabak."

"Ayahku lagi di rumah, jangan," ucap Jihan.

"Emangnya kenapa kalo Ayah kamu di runah? Ayah kamu gigit?" tanya Gavin sambil terkekeh.

Jihan menunjukkan wajah seriusnya. "Please, Gav. Jangan. Kamu pulang aja."

"Nggak mau. Aku mau kenalan sama Ayah kamu, aku belum pernah ketemu kan sama dia," ucap Gavin.

"Jang--"

"Siapa, Han?"

Jihan menoleh ke belakang. Arwan dan Fitri tengah berdiri di ambang pintu.

"Malam Om, malam Tante," sapa Gavin seraya mendekati Arwan dan Fitri.

"Malam," sahut orang tua Jihan itu.

"Kamu siapa?" tanya Arwan.

"Saya Gavin, Om. Saya pacarnya Jihan," jawab Gavin santai.

Jihan menggigit bibir bawahnya. Ia menatap Arwan yang wajahnya tanpa ekspresi. Semoga Arwan tidak memarahinya. Semoga.

"Sejak kapan kamu punya pacar?" tanya Arwan pada Jihan.

"Hmm ... ud-udah tiga bulan, Yah," jawab Jihan.

"Iya, Om. Tiga bulan," ucap Gavin mengukuhkan.

"Aku juga udah tahu kalau Jihan punya pacar," ucap Fitri.

"Terus kamu diam saja?" tanya Arwan kepada Fitri. "Ini bisa menganggu sekolah kamu, Jihan."

Jihan menunduk, ia tak berani menatap Arwan. Sedangkan Gavin tengah menyimpulkan kalau Ayah Jihan tidak mengizinkan Jihan berpacaran.

"Nggak mengganggu kok, Om," ucap Gavin.

"Yang namanya pacaran sudah pasti menganggu sekolah," ucap Arwan.

"Bisa juga jadi penyemangat kan, Om?" ucap Gavin tidak mau kalah.

"Sudah, Yah. Jangan terlalu mengekang Jihan," ucap Fitri. "Dulu kita juga pacaran waktu SMA."

Arwan diam. Ucapan istrinya benar, ia juga berpacaran saat SMA.

"Maaf, Yah. Kalau Ayah mau, Jihan bisa putus sama Gavin," ucap Jihan.

Gavin menatap Jihan, tidak menyangka dengan ucapan cewek itu. "Kok gitu sih, Han? Jangan nyerah dong! Harusnya kita yakinin Ayah kamu biar nggak ngelarang kamu pacaran sama aku."

GAVHAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang