Part 8 - Kemana Hanna?

228 34 1
                                    

Kita bahkan bisa menderita oleh perbuatan yang sama sekali tidak kita sadari.
- Hanna Griselda

Chapter 8. Kemana Hanna?
___________________________

Agustian baru saja sampai kerumahnya. Ia disambut hangat oleh ibu, dan adik perempuan kecilnya. Sikap Agustian akan berubah 180° ketika ngobrol dengan orang tuanya.

Sikap Agustian begitu hangat, ramah dan mencengangkan ketika berada di rumah atau di keluarganya. Apalagi bersama adik kecilnya-Asya. Anak kecil hampir berumur 6 tahun lebih.

"Bang Aguuus!" Teriak Asya berhambur ke pelukan abangnya itu. Agustian dengan tersenyum menangkap dan menggendong Asya dengan satu tangan.

"Kenapa malem pulangnya?" Ucap Asya dengan nada anak kecilnya.

"Kenapa? Asya kangen Abang ya?" Ucap Agustian menggelitik adiknya. Asya yang di gelitik tak henti-hentinya tertawa geli.

"Abaaangg.. geli!" Pekik Asya di gendongan Agus. Agustian ikut tertawa mendengar pekikan Asya dan menghentikan aksi menggelitiknya.

"Abang! Udah. Sini turunin adeknya!" Ucap Maya-ibunya.

"Gak mau! Asya gak mau diturunin Abang!" Ucap Asya terus memeluk tubuh Agustian erat.

"Mungkin dia lagi kangen mah, biarin aja." Agustian membawa adiknya menuju sofa dan di dudukan di pangkuannya.

"Kemana dulu? Kenapa malem banget?" Maya ikut duduk di samping Agustian dan bertanya kepada anaknya.

"Tadi Agustian ke basecamp dulu mah, biasa." Ucap Agustian santai. "Tapi gak harus sampe malam gini dong, bang!" Maya terlalu khawatiran kepada anak sulungnya ini.

"Mamah khawatiran banget sih. Sayang banget ya sama abang?" Ucap Agustian melenceng dan nyengir kuda.

"Kamu ini, mamah lagi serius juga!"

"Agus udah gede mah, Agus bisa jaga diri Agus baik-baik."

"Jaga diri baik-baik gimana, kemarin kemarin baru aja muka bonyok habis berantem."

"Resiko orang ganteng, mah. Semua orang tuh iri hahaha....," Agustian tertawa terbahak-bahak.

"Percuma modal ganteng, kalo move on sama satu cewek aja gak bisa-bisa!" Telak. Agus terdiam. Maya sangat mengetahui kelemahan anaknya ini. Agustian akan diam seribu bahasa ketika ibunya membahas masa lalunya.

Air muka Agustian kemudian berubah, yang asalnya tertawa terbahak-bahak menjadi murung dengan bibir cemberut.

"Kok Abang diem?" Ucap Asya meraba bibir kakaknya dengan telunjuk kecilnya.

"Abang mau mandi dulu ya, Asya sama mamah dulu." Agustian mengalihkan tubuh adiknya kepangkuan ibunya.

"Kenapa bang?" Ucap Maya tersenyum mengejek.

"Apa sih mah?" Agustian segera beranjak dari duduknya dan melangkah ke kamar. Dan Maya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ia sudah tahu kelemahan terberat anak sulungnya ini. Yup, GALON alias GAGAL MOVE ON!

********

Hari mulai malam.

Hanna melangkahkan kakinya menuju dapur. Meski suasana belum terlalu malam, rumah ini sudah nampak sepi. Mungkin ibu dan kakaknya tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Bruk!!

Ketika kaki Hanna hendak melewati ruang tamu, ia dikejutkan dengan suara seseorang terjatuh.

"Arggggghh!!!?"

Suara itu terdengar dari luar rumah yang terhalang tembok dari pendengaran Hanna.

HANNA ( End + Completed )✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang