Part-18 Terlambat

261 25 4
                                    

        Malam yang berselimut dingin. Seperti malam-malam sebelumnya, Hanna sangat susah sekali tertidur. Apalagi hari ini ia merasa sangat aneh. Aneh dengan apa yang ia temui.

Ah Hanna akan melupakannya. Itu juga bukan masalah Hanna apalagi masalah keluarganya.

Hanna menaiki tempat tidurnya dan menarik selimut agar mendapat kehangatan. Ia mulai berbaring dengan posisi terlentang.

Hanna berdoa semoga malam ini ia sangat mudah terlelap. Ia tidak ingin terlambat besok pagi untuk memulai latihan lomba PMR bersama Bram, pembimbingnya.

Hanna mulai memejamkan matanya berniat memulai dunia mimpi. Namun rasa tidak nyaman terus menghantam dirinya yang ingin istirahat.

Sangat mengganggu sekali, entah kenapa ia merasa tidak nyaman setiap tidurnya.

Hanna kembali membuka matanya dan kemudian mendengus kasar. Harus apa yang ia lakukan untuk bisa terlelap dalam waktu singkat. Hanna ingin istirahat, itu aja kok.

Hanna menatap atap kamarnya yang indah

Ia tersenyum setiap menatap itu. Ia sengaja membelinya agar bisa ingat terus kepada ayahnya melalui sinar kerlap-kerlip aksesoris bintang itu.

"Mending gue jalan-jalan dulu aja ya. Daripada nungguin ngantuk gak dateng-dateng." Ucap Hanna sembari berusaha duduk.

Kemudian Hanna beranjak dari tempat tidurnya. Ia ambil sebuah jaket hangat dan sebuah syal tebal yang dililitkan dengan satu lilitan. Sehingga ujungnya yang masih panjang menjuntai kebawah.

Jaketnya yang kebesaran menutupi tubuh mungilnya sampai paha. Hanna memang memiliki tubuh mungil dan wajah yang bulat.

Hanna mulai membuka pintu kamar dan berjalan menuruni anak tangga. Malam sudah larut, kakak dan ibunya pasti sudah tidur.

Hanna tidak memakai sepedanya malam ini. Ia memutuskan untuk berjalan kaki dan mencari udara segar disekitar jalan kompleknya yang sudah sepi.

"Heummmm...haaaaaaaaahhhhhh..... Seger banget ya udara malam ini." Ucap Hanna menghela nafas panjang sembari berjalan-jalan santai.

Kakinya terus lurus menyusuri jalanan komplek yang remang-remang oleh lampu rumah di sekeliling.

Kiiiikk....kiiiikk..

Bunyi klakson mobil membuat Hanna kaget dan menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap kesal mobil hitam di depannya itu.

Seseorang dari kursi kemudi membuka pintu dan keluar dari mobilnya. Wajah kesal Hanna seketika berubah setelah mengetahui siapa yang ia temui malam ini.

"Kak Agus," gumamnya masih ditempat.

Agustian menghampiri Hanna yang mematung dan menatap kearahnya. Entah angin apa yang membuat Agustian ingin menghampiri gadis itu.

"Ngapain lo malam-malam dijalanan kek gini? Mau ngelonte?" Ucap Agustian membuat Hanna cemberut.

"Sembarangan banget sih kalau ngomong! Amit-amit gue jadi lonte." Ucap Hanna pura-pura kesal dan memalingkan wajahnya.

"Terus ngapain?" Tanya Agustian heran.

"Lagi nyari angin seger aja." Hanna masih dengan posisi wajah yang sama.

"Lah, lo ngapain kesini?" Tanya Hanna hanya melirik wajah Agustian dan kembali ke posisinya.

"Lo kenapa malingin muka terus dari gue? Cemberut lagi!" Tanya Agustian yang aneh dengan perilaku Hanna malam ini.

"Enggak!" Ucap Hanna singkat.

"Lo marah, tadi gue bilang ngelonte?" Tanya Agustian kemudian.

Bola mata Hanna membulat. Bagaimana bisa cowok disampingnya ini mempunyai otak yang peka dengan perasaan cewek. Biasanya kan cowok jarang peka kalau ceweknya lagi gak mood.

HANNA ( End + Completed )✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang