[26] Urgent

1.5K 245 21
                                    

Cuaca panas ditambah otak panas karena materi pembelajaran hari ini. Bahkan setelah dosen keluar dari ruangannya pun, ia langsung pergi menuju kantin.

Dan dipesannya sebuah ice cream coklat kesukaannya.

Karena ia tak sabar, ia langsung membukanya dengan posisi masih berdiri. Diambilnya ice cream dengan sendok kecil yang tersedia.

Namun saat satu sendok ice cream hampir masuk kedalam mulutnya, ada seseorang yang menyapanya membuat Rosé kaget hingga ice cream yang dipegangnya terjatuh.

"Rosé!"

Rosé memejamkan matanya dan menghela nafasnya pelan, bermaksud untuk meredakan emosinya. Ia berbalik menghadap orang itu, yang ternyata adalah Jane. "Jane! Gak usah buat orang kaget napa! Eskrimnya jatuh kan"

"Maaf Rosie, nanti gue ganti yaa"

"Gak usah"

"Lo marah?"

"Tau" Dan setelah itu Rosé langsung pergi dari hadapan Jane.

Jane bingung harus bagaimana. Apakah Rosé marah hanya karena ice creamnya jatuh? Padahalkan itu hanya ice cream biasa. Apakah Jane harus mengejarnya? Ah, sepertinya tidak bisa. Langkah Rosé terlalu cepat.

Rosé benar-benar dalam keadaan mood yang tidak baik. Entahlah kenapa. Ia bahkan berjalan sangat terburu-buru sampai tidak memperhatikan sekitar. Dan berujunglah Rosé menubruk seseorang dari lain arah.

Rosé berdecak kesal, melirik sekilas kedepan lalu meninggalkan orang yang ditubruknya tanpa sengaja. Dan orang itu adalah kekasihnya sendiri.

"Rosé, hey" panggil Vantae sambil mengejar Rosé.

Merasa lelah, gadis itu pun berhenti dan menoleh kebelakang. Dan tepat setelah itu Vantae ada didepan Rosé, membuat gadis itu langsung memeluknya.

Vantae mengerinyitkan dahinya bingung, namun seperdetik kemudian ia membalas pelukan Rosé. Diintipnya gadis itu tengah mencari posisi yang nyaman, sepertinya menyembunyikan wajahnya yang kini menangis.

Ia semakin bingung, ada apa dengan sang kekasih? Apakah ada yang menyakitinya? Dia bersumpah akan memberinya pelajaran bagi orang yang menyakiti sang kekasih. Ia pun hanya mengelus pelan kepala Rosé memberi sebuah ketenangan.

"Sayang, kamu kenapa?"

Tidak ada jawaban. Gadis itu semakin menyembunyikan wajahnya di dada Vantae. "Rosie, kamu kenapa? Jangan kayak gini. Ngomong sama aku, kenapa?"

"Say—"

"Ice creamnya jatuh"

Vantae yang semula mengelus rambut Rosé, kini ia diam. Mencerna ucapan sang kekasih. Lalu melepaskan pelukannya dan menatapnya.

Ditatapnya wajah Rosé yang cantik sekarang menjadi memerah akibat menangis. Lucu dan gemas, tapi sedikit kasian sih melihat wajah sang kekasih seperti ini. "Ice cream siapa?"

"Gak tau, aku kesel. Ekspetasi ku hancur gara-gara ice cream jatuh. Dan semuanya gara-gara Jane"

"Kok Jane?"

"Iya, Jane yang ngejatuhin ice creamnya. Pokoknya nanti kalo ketemu Jane, kakak harus marahin dia. Beraninya dia ngejatuhin ice cream aku, dan ngebuat segala ekspetasiku buyar seketika"

Vantae menghela nafasnya pelan. Menatap Rosé dengan alis yang sedikit terangkat, sedikit heran.

"Tapi say—"

"Gak usah pakek tapi"

Dan disini Vantae mencoba mengerti Rosé. Apakah kekasihnya ini sedang datang bulan? Padahal hanya perihal ice cream, sampai sang kekasih seperti ini.

How About Us? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang