How About Us? [✔]

[31] Last Journey [End]

Happy Reading..
Jangan lupa tonton videonya hehe

•••

Kursi undangan kini sudah tertata rapi, kurang lebih sekitar 300 kursi. Berisi beberapa kerabat dan teman kolega dari kedua belah pihak.

Sederhana, namun tidak mengurangi sakral acara. Itu yang Rosé dan Vantae mau.

Dan salah satu tamu undangan, yaitu sang Sohib menghampiri Vantae. "Gimana?"

"Apa?"

"Perasaannya"

"Seneng dan hampir mau mati"

"Jangan sampek mati, ntar gue yang ngegantiin posisi lo"

"Si bangsat. Gue gugup njing"

Jimin sontak tertawa mendengar ucapan Vantae. Tapi memang, dilihat dari wajahnya, lelaki itu tengah gugup. "Woles aja. Jangan sampek lo gugup, terus keliatan begoknya"

Disini Jimin berusaha mencairkan suasana hati Vantae. Beberapa menit lagi sohibnya akan menjadi seorang kepala rumah tangga yang artinya memiliki tanggung jawab terhadap anak orang lain.

"Sohib bangsat emang- eh tapi doain ya jim"

"Pasti,"

"Tapi gue gak percaya sih, doa lo ke gue pasti banyakan gak bener"

"Gitu yaaa.. Nethink aja teros"

Kali ini Vantae yang terkekeh, sedangkan Jimin mengedarkan pandangannya kesegala penjuru arah dan berkata, "Gimana WO yang gue pilih keren kan?"

Vantae menangguk-anggukkan kepalanya, dan memberikan isyarat dua jempol pada sang sohib bertanda ia setuju dengan ucapan Jimin. "Thanks banget yaa, pilihan lo emang keren"

♒♒♒

Dan kini sesosok pria tampan tengah berdiri didepan pelaminan bernuansa minimalis. Memandang gadis yang memakai gaun berwarna putih. Menaikkan bibirnya, menunjukkan sebuah senyum bahwa saat ini ia tengah berbahagia.

Beberapa menit yang lalu, ia baru saja mengucap ijab qabul didepan penghulu dan saksi. Berjanji pada Allah untuk menjaga gadis itu selamanya, mencintai disaat sedih maupun senang, selalu bersamanya disaat suka ataupun duka.

Vantae Kimona lelaki yang kini tengah berbahagia memandang sang istri, Roséanne Alleta Sanjaya tanpa kedip, gadisnya itu juga ikut tersenyum.

"Cium! Cium!" Teriak para tamu undangan yang sedari tadi menunggu moment itu.

'Cuppppp
Bukan bibir, melainkan mencium kening sang istri.

"Bibir dong!" Teriak salah satu tamu undangan dan Vantae tidak menggubrisnya. Ia mengambil tangan Rosé, lalu menggandengnya menuju panggung yang sudah disediakan.

"Kakak mau ngapain? Mau nyanyi?" Tanya Rosé.

Vantae hanya mengangguk dan langsung mengambil mic yang sudah disediakan. Dan dengan percaya dirinya, lelaki itu merapikan jas hitamnya lalu mengecek mic.

"tes.. tes .. Haloo selamat siang tamu semuanya. Sebelumnya, terimakasih sudah mau datang diacara pernikahan saya hari ini. Seperti janji saya kepada pac-eh maksud saya istri saya-" Vantae melirik Rosé yang tengah tersenyum malu.