[27] Siapa?

1.5K 233 14
                                        

"Selamat pagi Princessnya Vantae yang cantik"

Sapaan pertama dipagi ini dengan senyuman Vantae yang ramah terhias diwajahnya, walaupun sapaannya sedikit alay. Rosé hanya melihat sekilas Vantae lalu membuka gerbang untuk keluar.

Dilihatnya sang kekasih hanya menatapnya datar. Apakah ada yang salah dari penampilan Vantae? Atau apakah ada sikap yang menjengkelkan sampai kekasihnya ini tidak tersenyum balik?

"Kamu kenapa? Pagi-pagi udah unmood aja. Males kuliah? Apa ada masalah lain?"

"Gak tau"

Ah, Vantae tau. Sepertinya ini efek dari datang bulan.

Lelaki itu tak menanggapi, ia memilih membukakan pintu mobil untuk Rosé terlebih dahulu, lalu menuju ke kursi kemudi. Dilihatnya sekilas kesamping, dan kekasihnya masih menunjukkan wajah datar.

"Kalo unmood mending gak usah pergi kuliah"

"Nggak. Mau kuliah aja, dosennya ganteng hari ini"

Pengakuan Rosé sontak membuat Vantae menoleh sepenuhnya. Posisinya mereka masih berada didepan rumah Rosé, dan masih belum berangkat. "Gantengan siapa sama aku?"

"Kamu. Eh nggak, ralat. Gantengan dosen hari ini"

"Jadi gantengan dosen itu dari pada aku? Turun, mobilku tiba-tiba mogok gak bisa jalan nih"

Rosé terkekeh mendengar ucapan Vantae, terlebih saat dia menoleh kearah Vantae, ternyata lelaki itu tengah menunjukkan ekspresi sedikit marah. Lantas Rosé langsung mendekat, dan memeluk bahu Vantae.

"Hehe, yaudah ayo berangkat keburu telat"

"Telat ngeliat dosen ganteng?"

"Ciee cemburu" goda Rosé.

"Gak. Ngapain. Beliau terlalu tua untuk aku cemburui"

"Dih percaya diri banget yaa bapak satu ini"

"Itu fakta, sayang"

"Udah ah ayoo, keburu unmood lagi nih aku"

Dan setelah itu Vantae mengegas mobil yang dibawanya. Ingat, sekarang mereka sudah tidak lagi memakai motor kesayangan Vantae karena rusak akibat kecelakaan itu.

Sepanjang jalan mereka tidak terlalu mengobrol banyak seperti biasa. Vantae hanya terlalu takut jika ia salah ngomong, karena Rosé yang tengah datang bulan.

Dan beberapa menit berlalu, Vantae dan Rosé sudah sampai. Mereka berdua berpisah pas didepan kelas Rosé. "Belajar yang semangat jangan unmood terus. Biar pinter, cepet lulus, terus cepet nikah"

Ucapan Vantae yang terakhir mampu membuat wajah Rosé memerah. Ia hanya menanggapi dengan anggukan, lalu melenggang masuk kekelasnya.

'Ting..

Baru beberapa detik Rosé duduk dikelasnya, ponselnya pun berbunyi pertanda ada pesan masuk.

From : My Alien
Lupa bilang, kalau pagi ini aku...

Buru-buru Rosé langsung membuka pesan itu. Hitung-hitung sambil menunggu dosen yang belum datang.

My Alien
Lupa bilang, kalau pagi ini aku gak ada kelas
Siang nanti baru ada

Rosé
Kemana aja sampek kelupaan

My Alien
Mikirin kamu
Dari kemaren unmood terus

Rosé
Lagi dimana sekarang

My Alien
Dimana-mana hatiku senang

Rosé
Oh

My Alien
Mau cabut ah
Mau cari dedek gemas yang lagi bolos

Rosé
Sana, gak usah balik sekalian
Hus, hus, hus

My Alien
Marah bos?

Rosé
Ga

My Alien
Lupa lagi. Aku nanti gak bisa nganterin kamu pulang
Diajak latihan basket
Gak tau selesai jam berapa

Rosé
Ya

My Alien
Efek sampingnya PMS gini ya

Rosé
Knp

My Alien
Cuek sekaligus nyebelin

Rosé
Sp nyebelin?

My Alien
Aku

Rosé membiarkan pesan terakhir Vantae dengan mode read lalu memasukkan ponselnya kedalam tasnya. Ia terlalu malas untuk membalas pesan kekasihnya. Entahlah dari kemaren moodnya sedang tidak baik.

Apalagi ditambah satu fakta kalau Vantae tidak bisa mengantarnya pulang. Padahal disaat seperti ini rasanya ia ingin Vantae bersamanya.

♒♒♒

"Rosé, belum pulang?" Sapa seseorang membuat Rosé refleks menoleh kebelakang.

Dilihatnya sesosok lelaki bertubuh tegap, tinggi, dan tak kalah tampan dari kekasihnya. Apalagi saat tersenyum dengan kedua mata yang sedikit menyipit. Lalu ia berjalan mendekat kearah Rosé.

"Belum kak"

"Udah mau gelap lho"

"Hehe iya kak, masih nunggu bus lewat ini"

Rosé menoleh kekanan, kekiri, berharap ada bus yang lewat. Karena benar, langit sudah mulai gelap. "Gak dijemput? Kamu berani pulang naik bus hampir gelap begini?"

"Berani kok" Dalam hati sebenarnya ia tidak terlalu yakin pulang dengan bus bahkan hampir gelap seperti ini. Tapi ya bagaimana lagi, mau pesan taxi online pun ponselnya sudah mati.

"Mau aku anter?" Sebuah pertanyaan mencolot dari seorang lelaki terebut.

Dan Rosé menolak. "Hhe, gak usah kak"

"Yaudah, aku temenin kamu nunggu bus disini ya"

"Eh, jangan kak. Kakak kan harus pulang juga"

"Gapapa kok"

Beberapa menit berlalu, akhirnya bus yang ditunggu Rosé pun datang. "Kak, busnya udah dateng— aku duluan yaa. Makasih"

"Iya, Hati-hati yaa" Lelaki itu tersenyum, lalu tangannya terangkat mengusap gemas pucuk kepala Rosé, membuat sang empunya sedikit salah tingkah. Rosé membalas dengan senyuman, dan mengangguk pelan lalu berlalu meninggalkan lelaki itu.

Tanpa mereka ketahui, disisi lain ada seseorang yang tengah geram melihat interaksi keduanya. Siapa lagi kalau bukan Vantae.

Kedua tangannya mengepal sangat kesal karena sudah berani memegang sang kekasih tanpa ijin. Namun saat ia ingin menghampirinya tiba-tiba seseorang menariknya tanpa sopan, membuat Vantae semakin kesal.


























'Brengsek...

How About Us? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang