[14] Wanitaku

1.9K 309 19
                                    

Sebelumnya, Selamat hari Raya Idul Fitri ya semuanya
Minal aidzin Walfaidzin💜

•••




Hanya butuh tiga puluh menit akhirnya Vantae sudah sampai di Coin's Hotel. Ia memarkirkan motornya terlebih dahulu sebelum masuk ke hotel tersebut.

Dengan senyum tipis ia melangkahkan kakinya menuju lift sebelum akhirnya sampai di depan pintu kamar yang dituju. Ia menghela nafasnya sebelum mengetuk pintu tersebut.

"Sayang?" Sesosok wanita cantiklah yang keluar dari balik pintu itu, lalu langsung memeluk Vantae dengan erat. Bahkan Vantae juga membalas pelukannya tak kalah erah.

Diciumnya sebuah pipi, membuat Vantae tersenyum. "Ayo masuk" ucapnya.

Vantae langsung melenggang kearah sofa untuk duduk. Sedangkan sang wanita tengah mengambil minuman untuk Vantae. "Gimana kuliah? Lancar?" Ucapnya sambil menaruh minuman dimeja.

"Lancar"

"Syukurlah, kangen nih" ucapnya sambil mencubit pipi Vantae pelan.

"Ish, Vantae juga kangen nih sama wanitaku—" Mendengar ucapan Vantae, wanita itu tersenyum tipis membuat Vantae rindu setiap detiknya, bahkan ngalahin senyumnya Rosé. "—Sejak kapan mama di Bandung?"

"Baru tadi pagi" ucap sang mama.

Ya, wanita itu adalah mama Vantae. Wanita yang berparas cantik diumurnya yang sudah masuk kepala empat. Mungkin karena rindu, atau ada hal lain yang membuat sang mama menghampirinya.

Dan karena sang mama tidak tahu tempat tinggal Vantae, ia memilih bertemu Vantae dihotel. "Maaf ya ma, belum sempet jenguk mama lagi"

"Gapapa kok, senggaknya udah dua kali kita ketemu. Dari pada satu tahun gak ketemu" sindir mama Vantae. Memang, Vantae pernah satu tahun lebih tidak pulang karena saking sibuknya. Begitupun dengan mamanya yang saat itu juga sedang sibuk.

"Padahal minggu lalu aku ke Bandung ma"

"Jahat banget ke Bandung gak ketemu sama mama"

"Bentar doang kok maa. Lagian gara-gara si papa yang maksa"

"Ada sesuatu ya?"

Vantae memilih meminum minumannya. "Tau ah, males sama papa. Ribet"

"Ribet gimana sih sayang"

Vantae menghela nafasnya, mengingat kembali obrolan dengan sang papaa. Sungguh, dia sangat malas jika harus membahas soal itu. Tapi apa salahnya jika ia bercerita pada sang mama? Siapa tau mamanya bisa memberi solusi. "Aku disuruh kenalan sama temen koleganya papa"

"Kan cuma kenalan sayang, apa salahnya"

"Gak mau, aku tuh udah punya pacar. Kalo tiba-tiba papa mau ngejodohin gimana?"

Sang mama terkekeh mendengar ucapan Vantae. "Papa gak sekolot itu"

"Terus ngapain suruh gitu?

"Mana mama tau"

Sang mama meleggang menuju pintu, untuk membuka. Karena tadi ia tengah memesan makanan melalui pesanan online. "Bantu dong maa, bilangin ke papa gak usah pakek acara kenalan-kenalan segala"

"Mau ngomong gimana? Kan mama gak pernah kontekan sama papaa— takut sama istrinya"

"Ya tinggal kontek, lagi pula ngapain takut sama dia sih ma"

"Sayang, kamu kan sudah dewasa, pasti ngerti kok—nih makan dulu" ucap sang mama sambil membuka makanan tersebut.

"Iya iya, eh ya maa.. Vantae mau cari kerja"

"Buat apa sayang? Kan udah ada mama yang kerja"

"Aku gak mau mama terlalu capek, lagi pula Vantae juga mau belajar mandiri. Kalau bisa Vantae gak mau nerima uang dari papa juga"

"Kok gitu"

"Ya kesel maa ke papaa. Mama dukung Vantae kerja gak?"

"Sebenernya nggak. Tapi selama itu ngebuat kamu senang, dan gak ngeganggu kuliah kamu, mama sih fine-fine aja"

"Ah, wanitaku ini pengertian sekali"


♒♒♒

"Pagi-pagi tadi siapa yang dibonceng?"

Rosé dan Vantae kini sedang duduk dimeja kantin. Tentunya mereka sedang menikmati makan siang bersama. Jujur, Vantae bingung siapa yang dimaksud oleh Rosé. "Si-siapa sayang?"

"Gak tau. Gak jelas. Rambutnya panjang"

Vantae terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, sepertinya dia tau siapa yang dimaksud Rosé. Vantae lupa kalau ia belum menceritakan perihal mamanya yang mengunjunginya. "Oh dia.."

Sorot mata Rosé terlihat sangat cemburu, dan ia memilih diam. Ya bagaimana tidak cemburu, seharusnya pagi itu Vantae menjemput Rosé namun lelaki itu lebih memilih mengantar wanita lain bahkan sampai melewati Rosé saat di halte.

"Kamu tau dia siapa?"

"Pacar baru kakak mungkin"

"Iya pacar aku"

Rosé menatap Vantae tajam. Rasanya ia ingin marah bahkan ingin menumpahkan jus mangganya pada Vantae. Tapi ia masih merasa kasihan—kasihan jika wajah tampan Vantae harus terlumuri jus mangga itu.

Sedangkan Vantae sendiri ia sedikit menahan tawanya. Ia gemas melihat sang pacar yang sedang cemburu. "Itu mama aku sayang" ucapnya sambil mencubit pipi Rosé.

Rosé diam, mulutnya sedikit menganga. Ia sungguh malu terhadap Vantae karena sudah cemburu terhadap mamanya. Mama Vantae terlihat cantik meski dari belakang dengan rambut yang tergerai. Bahkan pikiran Rosé pun sudah kemana-mana. "Kakak ih, kok gak bilang"

"Cieee cemburu ni sama calon mama mertua"

Rosé cemberut, lalu pipinya dicubit kembali oleh Vantae membuat si empunya meringis kesakitan. "Mama tadi buru-buru, jadi gak sempet aku kenalin ke kamu"

"Emang dari kapan?"

"Pagi kemarin katanya. Tapi aku ketemunya sore"

Rosé hanya berohria, melanjutkan makannya dengan muka yang sedikit cemberut. "Gak usah marah, kapan-kapan aku kenalin kamu sama mamaa deh—janji"

Ia hanya mengangguk malas. "Habis ini mau kemana?" Tanya Vantae.

"Entah, pulang atau jalan"

"Mau jalan kemana?"

"Luar angkasa" jawab Rosé singkat lalu berdiri dan berlalu meninggalkan Vantae. Mungkin karena ia masih kesal terhadap lelaki itu.

♒♒♒







Hayoooo yang kemaren udah suudzon, cepet minta maaf🤭

How About Us? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang