[3] D'javu

3.5K 478 10
                                    

•Chapter 3•
Happy Reading

Pagi ini Rosé sudah berada di kantin, ia tengah menunggu sahabatnya - Jane Octaviana.

Karena menunggu itu bosan, Rosé mengeluarkan laptop dan beberapa bukunya sambil mengerjakan tugas untuk lusa depan. Tak lupa ia mengeluarkan beberapa camilan dari tasnya.

Tangan kanannya bergerak menggeser mouse disampingnya, matanya pun terfokus pada bacaan di laptop. Sedangkan tangan kirinya tengah memegang snack yang sebentar lagi akan mendarat ke mulutnya.

'Happpp..

Hingga tiba-tida datang seseorang dengan tanpa bersalahnya langsung mengambil snack yang ada ditangan Rosé. Membuat gadis itu mendongakkan kepalanya. "Enak juga disuapin kamu"

Rosé masih belum menanggapi ucapan lelaki itu.

Sebenarnya ia masih bingung, apa maunya lelaki itu. Dari kemarin siang sampai sekarang selalu bertemu. Terlebih sekarang ia sudah duduk di depan Rosé dengan antengnya.

"Kamu mau ngapain?"

"Nemenin kamu" jawab Vantae.

Rosé diam, tak menanggapi ucapan Vantae tersebut. Ia memilih melanjutkan mengerjakan tugasnya. Sedangkan Vantae pun tak masalah jika omonganya tak ditanggapi. Ia terus tersenyum memandang wajah gadis di depannya ini.

"Eh, kok diberesin, mau kemana?" Tanya Vantae karena melihat Rosé yang sudah mematikan laptop dan memasukkan bukunya kedalam tas.

Gadis itu masih enggan menjawab. Mungkin karena terlalu risih atau malu sedari tadi ditatap oleh Vantae. "Sebentar" tahan Vantae.

Mau tak mau Rosé berhenti, dan menatap wajah tampan Vantae. "Kenapa?"

"Pulang jam berapa nanti?"

"Kenapa?"

"Ada yang jemput?" Terus aja saling melontarkan pertanyaan tanpa jawaban.

Rosé menatap Vantae, "Ada."

"Oke, nanti aku tunggu di gerbang kampus"

"Ha-?"

"Aku mau nganterin kamu." Ucap Vantae dengan menampilkan senyum khasnya. Pria itu mengacak rambut Rosé sebelum beranjak pergi, membuat Rosé diam ternganga.

♒♒♒

Waktu sudah menujukkan pukul 15.30. Sekitar 15menit Vantae menunggu sang pujaannya- Rosé, di depan gerbang kampus. Bagaimana ia bisa tau jika Rosé belum pulang? Padahal tadi pagi Rosé juga tidak memberitahu jam pulangnya.

Ah, tentu saja ia mencari tahu pada teman satu jurusan dengan Rosè.

"Kamu beneran nunggu dari tadi?"

Ucapan seseorang itu membuat Vantae sedikit kaget, ia mendongakkan kepalanya lalu tersenyum tipis.

"Kamu kira aku becanda?"

"Tapi kan aku gak ngasih tau jam berapa aku pulang."

Vantae mengedikkan bahunya, "Apapun tentang kamu, aku akan selalu tau"

"Tae- maaf. Maksud aku, kak Vantae"

Seketika Vantae diam, baru kali ini Rosé menyebut namanya. Terlebih ia memanggil dirinya dengan sebutan kakak. Sebuah peningkatan pikirnya.

"Ya?"

"Kita nggak kenal, gak seharusnya kayak gini"

Vantae menghela nafasnya, "Kamu bilang kita gak kenal? Barusan kamu nyebut nama aku loh. Manggil kak juga kan?"

Rosé tak bergeming. Benar juga apa yang dikatakan Vantae. Namun maksud Rosé bukan begitu. Mereka baru kenal kemarin, dan tidak seharusnya Vantae seperti ini.

"Tap-"

"Udah, ayo naik. Aku gak akan jahatin kamu." Dan mau gak mau, akhirnya Rosé pun menurut. Dengan telaten Vantae memasangkan helm pada Rosé, membuat yang melihatnya pun merasa iri.

Dan untuk kedua kalinya Rosé dibonceng oleh lelaki yang baru ia kenal kemarin. "Pegangan, nanti jatuh"

'Seperti D'javu...

♒♒♒

"Jadi gimana?" Lagi-lagi malam ini Vantae mengajak Jimin nongkrong di cafe favoritenya. Biasa, lelaki itu kini sedang bermode bahagia.

Vantae meneguk minumannya dulu, sebelum menjawab pertanyaan dari sang sohib. "Nggak secuek pertama kali ketemu."

"Terus? Gitu doang? Gak berkesan banget, bangsat."

"Gue belum selesai ngomong ya sat."

"Kalem lur."

"Lo tau-"

"Gak." Vantae refleks melempar kentang yang ia pesan tadi ke arah Jimin. "Gue belum selesai ngomong"

Sedangkan Jimin hanya terkekeh. "Lo tau? Gue kemaren nganterin dia pulang bro!"

"Wow! Bocengan dong."

"Iya lah, sat. Bonusnya lagi, gue dapet nomor WhattsApp nya dia. Keren gak tuh?"

"Gila. Ngegas banget njir."

"Yaiyalah, harus gerjep. Tadi aja gue baru nganter dia pulang. Dan asal lo tau lagi, dia tadi manggil nama gue, pakek embel-embel kakak pula."

Jimin hanya menganggukkan kepala, sembari menghisap sebatang rokok yang ia pegang. "Gimana, menurut lo itu suatu perkembangan gak?"

"Hm, bisa jadi"

Vantae berdecak kesal mendengar tanggapan Jimin. Untung hari ini ia sedang bermode bahagia, jadi agak santai.

♒♒♒


















Semoga menikmati cerita kebucinan si Vantae ini yaa💜

Pay, pay

And see you next Chapter 💜

How About Us? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang