[24] Fine

1.6K 270 25
                                    

"K-kak Vantae?"

Kedua matanya kini perlahan terbuka, dan sedikit silau karena sinarnya lampu diruangan tersebut. Lelaki yang dipanggilnya itu mengedarkan pandangannya kesegala penjuru arah.

Suara yang didengarnya tadipun sedikit familiar, sontak membuat Vantae menoleh kesamping. Ia mendapatkan gadis cantik tengah duduk disampingnya dengan mata sembab.

"Kakak sudah sadar? Biar aku panggil dokter dulu"

Saat Rosé ingin beranjak, tangannya pun ditahan oleh Vantae. "Kenapa kak?"

"Kenapa aku bisa ada disini?" Tanyanya pada Rosé. Ia cukup sadar dengan posisinya dan tentunya ruangan yang ditempati dengan berbagai peralatan dokter yang dipasang ditubuhnya.

Rosé mengurungkan niatnya. Ia masih diam menatap wajah lelaki yang baru sadar itu. Dan detik berikutnya Rosé menangis, membuat Vantae kebingungan. Entahlah ini tangisan untuk keberapa kalinya dari Rosé.

"Hampir seminggu kakak koma, aku mau mati rasanya. Dan sekarang aku lega kakak sudah sadar"

Ya, setelah Vantae meninggalkan acara makan malam itu dengan emosi yang memuncak, ia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.

Bahkan ia sempat salah fokus dijalan. Lampu merah yang harusnya berhenti, ia malah terus tanpa memikirkan suara klakson dari pengemudi lain.

Hingga saat dia berniat untuk menghindari pejalan kaki, naasnya dari arah lain sebuah truk juga melaju dengan cepat. Vantae tidak bisa menghindar. Motor yang dipakainya pun hancur, begitu pun dengan Vantae yang terluka parah.

Vantae tersenyum sekilas, lalu tangannya terulur untuk menghapus air mata Rosé. Ia senang, ternyata orang pertama kali yang ia lihat saat sadar adalah Rosé-sang kekasih.

"Jangan nangis, kamu kayak anak kecil kalo nangis"

Buru-buru Rosé manghapus air matanya yang tersisa. Gadis itu sungguh bersyukur melihat kekasihnya sudah sadar. Seminggu ini ia seperti orang gila. Yang kadang menangis sampai sesegukan. Bahkan nafsu makannya pun hilang.

Dia sadar, ternyata sebegini takutnya kalau ia kehilangan Vantae.

"Aku takut-"

"Sttttt, gak usah takut. Aku baik-baik aja selama ada kamu disini"

Rosé diam, matanya mulai berkaca-kaca lagi. Dan kali ini tangan Vantae beralih menggenggam tangan Rosé, agar memberikan sebuah ketenangan pada gadis itu. "Yasudah, aku panggilin dokter dulu ya"

Vantae menggeleng pelan. "Jangan dulu, aku masih mau kayak gini sebentar. Aku baru aja ngelewatin masa sulit"

Tak lama tiba-tiba pintu terbuka menampilkan sosok kedua orang tua Vantae. Pandangan mereka pun sontak langsung menuju pintu, sedangkan kedua orang tuanya kaget ketika melihat Vantae sudah dalam kondisi sadar.

Sang mama langsung menghampirinya, dan memeluknya penuh erat pada anak satu-satunya itu. "Sejak kapan dia sadar?" Tanya papa Vantae pada Rosé.

"Mungkin sekitar 15menit yang lalu, om"

"Sudah panggil dokter?"

"K-kak Vantae bilang jangan dulu om, katanya nanti"

Papa Vantae hanya mengangguk, lalu menghela nafas pelan. Ia juga bersyukur akhirnya sang anak sudah sadar. "R-Rosé terimakasih sudah mau menjaga anak saya"

"Iya om sama-sama"

Papa Vantae hanya tersenyum sekilas. Ternyata gadis yang sangat dicintai anaknya sangatlah baik. Bahkan ia merelakan waktunya hanya untuk menjaga Vantae.

How About Us? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang