"Surprise!!!"
Tzuyu mengerjapkan matanya beberapa kali saat Jungkook melepaskan penutup mata yang sedari tadi menutupi penglihatannya. Setelah penglihatannya mulai normal, Tzuyu langsung mengerucutkan bibirnya karena ini sungguh membuatnya kesal. Terlebih karena Jungkook membuatnya harus diam dengan berjuta-juta pertanyaan.
"Heol, kau kesal?" tanya Jungkook sambil menyentuh pipi Tzuyu. Namun sayang, dengan cepat Tzuyu menepisnya. "Tidak perlu marah, ini kejutan."
"Tapi dengan menutup mataku seperti tadi benar-benar tidak lucu. Apa kau harus seperti tadi?"
Jungkook tersenyum kemudian mencubit pipi Tzuyu yang saat ini lebih menggemaskan. "Iya iya, maafkan aku."
"Ish, kau tetap saja menyebalkan meski sudah meminta maaf."
Jungkook tersenyum sambil menggelengkan kepalanya ketika menatap Tzuyu yang kini berjalan dengan kesal menuju kamar mereka. Dia akui Tzuyu memang selalu saja sukses membuatnya gemas.
Tzuyu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar barunya. Dia tak menyangka jika Chan sangat pandai dalam menyusun segalanya. Ya, dia yakin Jungkook pasti menyuruh pria malang yang selalu membuntutinya itu.
"Kau ingin makan apa?" Tzuyu menoleh ketika Jungkook tiba-tiba saja berada dibelakangnya. Satu jawaban yang dia berikan hanyalah gelengan.
Jungkook tersenyum kemudian memilih untuk memeluk Tzuyu dari belakang, meletakan dagunya dibahu Tzuyu. "Kau masih saja marah padaku? kau tidak suka kejutannya?"
"Apa perlu menutup mataku?"
"Tentu saja, aku kan ingin membuatmu tersenyum. Bagaimana? kau suka dengan apartemen ini? aku tahu ini tak sebesar rumah kita dulu, tapi ini cukup, bukan?"
"Kau yakin Yuna tidak akan kemari?" Tzuyu tahu ini bukanlah hal yang pantas untuk dia tanyakan. Terlebih karena dia tahu pertanyaan itu hanya akan membuat Jungkook sensitif. Tapi bukankah hal itu perlu ditanyakan juga?
Jungkook hanya terdiam. Sebenarnya dia juga tak yakin jika Yuna tak akan bisa menjangkau lokasi apartemen mereka.
"Kau tidak yakin?"
"Ah bukan seperti itu. Aku rasa disini cukup aman. Kau mau makan sesuatu? aku akan memasakannya untukmu." Tzuyu memandang Jungkook dengan tatapan herannya. Bagaimana tidak? Jungkook benar-benar terlihat sangat gugup sekarang. Bahkan pria Jeon itu terus menatap lantai dibanding menatap langsung ke mata Tzuyu.
"A–aku.." Jungkook semakin gugup ketika Tzuyu menangkup wajahnya dan menatap netranya. Dia yakin Tzuyu pasti bisa merasakan kekhawatirannya juga.
"Aku percaya padamu." Tzuyu tersenyum dengan manis, mengusap pipi Jungkook dengan ibu jarinya. Dia benar-benar perlu meyakinkan Jungkook agar dia tak terlalu khawatir. Terlebih dia dengar Chan meminta beberapa polisi kenalannya untuk berjaga di sekitar apartemen mereka.
"Kalau begitu, aku ingin kimbap."
"Tentu, untuk istriku yang paling menggemaskan," jelas Jungkook sambil mencubit kedua pipi Tzuyu.
"Kau benar-benar berlebihan, baby jangan lihat atau nanti kau akan mengikutinya." Tzuyu memeluk posesif perutnya yang kini mulai membesar. Bahkan hal ini sampai membuat Jungkook terkekeh.
"Ah baiklah, maafkan appa." Jungkook menghampiri Tzuyu kemudian mengusap perutnya. Dia benar-benar menyesal karena menunjukan hal yang buruk pada bayinya.
*
*
*Mata Tzuyu terus mengikuti gerak pria yang kini sedang berjalan bolak-balik dihadapannya. Bahkan Tzuyu sampai melupakan acara favoritnya karena Jungkook.
Pria itu nampak gelisah, dia mendesah berat sebelum akhinya memilih duduk tepat disamping Tzuyu.
"Kau kenapa?"
"Tzuyu."
Tzuyu hanya menatap heran Jungkook yang mulai merengek setelah mondar-mandir dengan wajah gelisahnya.
"Lihat?"
Tzuyu terkekeh ketika Jungkook menunjukan ponselnya. Masalahnya hal yang membuat Jungkook gelisah hingga berjalan bolak-balik bukanlah hal yang terlalu penting. Bukankah Jungkook bisa membelinya tanpa mengikuti undian seperti ini?
"Tzuyu, pengumumannya setengah jam lagi."
"Itu hanya jam, kau bisa membelinya, bukan?" tanya Tzuyu yang membuat Jungkook memutar malas bola matanya. "Kau orang kaya yang pelit."
"Ck, aku sudah lama mengincar jam ini tapi tidak menemukannya. Makanya aku ikut undian."
"Karenamu aku tidak bisa menonton acara kesukaanku. Kau terus saja berjalan bolak-balik hingga membuatku sulit melihat TV," kesal Tzuyu yang langsung membuat Jungkook memasang wajah tanpa dosanya. Bahkan dia memilih untuk meletakan kepalanya di pangkuan Tzuyu.
"Baby, eommamu kesal," adu Jungkook yang malah membuat kekesalan Tzuyu mereda. Dia memang paling tidak bisa menolak kemanisan interaksi Jungkook dan juga bayi yang kini masih ada dalam kandungannya.
"Aigo, kau justru membuat kekesalanku hilang dalam sekejap," jelas Tzuyu sambil mengacak gemas rambut Jungkook.
Jungkook kini meraih ponselnya dan mulai mengotak-ngatiknya. Tangannya terlihat gemetar dan membuat Tzuyu penasaran. Namun saat Jungkook mendesah kesal, Tzuyu yakin Jungkook tidam memenangkan undian itu.
"Ah Tzuyu, kenapa aku tidak menang?"
"Memangnya harus kau yang menang? tidak, bukan?"
Jungkook mencebikan bibirnya, memasang wajah memelasnya berharap Tzuyu mau memberikan sedikit semangat untuknya yang gagal mendapatkan undian itu. Namun yang Tzuyu lakukan malah sebaliknya. Dia memutuskan untuk meraih remot dan menatap TV.
"Tzuyu..."
"Apa? jangan menggangguku lagi," tegas Tzuyu sambil memicingkan matanya. Bahkan hal ini cukup untuk membuat Jungkook kehabisan kata-kata.
*
*
*Ting Tong!
"Aku saja," jelas Jungkook saat Tzuyu hendak beranjak dari duduknya. Jungkook tak mau jika makan malam Tzuyu harus terganggu karena tamu yang datang.
Senyuman Jungkook pudar ketika mendapati tamu yang kini datang ke apartemennya. Ya, siapa lagi jika bukan Yuna? Jungkook bahkan sampai tak bisa berkata-kata lagi sekarang.
Jungkook menatap tangan Yuna yang kini terulur. Masalahnya, dia tak mengerti sama sekali maksud dan tujuan Yuna mengulurkan tangannya.
"Aku minta maaf dan aku menyesal." Jungkook mengerutkan dahinya sambil tak mengalihkan pandangannya dari uluran tangan Yuna. Haruskah dia mempercayai Yuna?
"Apa aku tidak terdengar tulus? maaf karena aku membuat banyak sekali masalah. Aku sungguh tidak tahu jika aku hampir membuat seorang anak kehilangan ayahnya. Aku terus datang ke kantormu untuk mencari kabar tentangmu, tapi Chan oppa selalu memintaku untuk pulang dibanding memberitahu diriku,"
"Jika oppa tidak percaya tidak apa-apa. Aku hanya ingin meminta maaf atas semua yang ku lakukan dan satu lagi, aku tidak ingin anakmu kehilangan ayahnya sama sepertiku yang harus kehilangan sosok pria yang seharusnya menjadi tempat berlindungku."
Jungkook masih mencoba mencerna setiap kata yang masuk ke telinganya. Mencoba untuk tak gegabah merupakan hal yang tepat menurutnya untuk saat ini. Terlebih karena dia masih tak yakin Yuna benar-benar meminta maaf tanpa iming-iming apapun.
"Baiklah jika kau tidak mau memaafkanku, aku tidak masalah soal itu," jelasnya yang kemudian menarik uluran tangannya sendiri.
"Kau sungguh menyesal?" tanya Jungkook ragu yang membuat Yuna terkekeh.
"Apa aku terlihat seperti itu? maksudku, apa aku memang terlihat main-main?"
"Biasanya kau seperti itu, bukan?"
"Maka rubah pikiranmu soal aku. Oppa, aku hanya tidak ingin anakmu kehilangan ayahnya dan dia beruntung karena ayahnya bisa bertahan meski berada diujung kematian."
Haruskah aku percaya?
TBC🖤
15 Jun 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
이건 바보라도 알아 (Even A Fools Knows)✅
Fanfic"Entah sejak kapan aku mulai menganggapmu benar-benar berharga"