EAFK #34

1.9K 184 6
                                    

Jungkook tersenyum, menatap bayi yang kini tertidur dalam pelukannya itu. Setelah hampir satu bulan dia menunggu, akhirnya dia bisa mendekap bayi yang baru saja dia namai Jaeyu itu. Namun sayangnya, sampai saat ini Tzuyu masih saja belum mau membuka matanya. Bahkan saat Jungkook meletakan Jaeyu di sampingnya, Tzuyu sama sekali tak merespon.

"Jaeyu, kau harus do'akan eomma agar dia cepat bangun. Kau ingin digendong oleh eomma, bukan?"

Jungkook mengusap halus pipi Jaeyu kemudian menatap Tzuyu. Dia masih tak tahu sampai kapan Tzuyu akan terbaring di sana dengan beberapa alat medis yang terpasang di tubuhnya.

"Tzuyu pasti akan segera membuka matanya." Jungkook hanya tersenyum. Kata-kata itu nyatanya memang selalu menjadi penguat untuknya. Terlebih karena yang mengatakannya adalah ibunya sendiri. Dia jadi yakin Tzuyu memang akan segera membuka matanya.

Jungkook bersyukur karena selama satu bulan terakhir ini dia mendapat banyak kekuatan. Dari mulai ibunya, hingga ibu mertuanya. Mungkin jika mereka tak ada, Jungkook sudah merasa sangat putus asa dan bisa saja menyakiti dirinya sendiri.

"Jaeyu sangat mengerti keadaanmu. Dia bahkan jarang menangis. Dia hanya menangis saat merasa lapar saja."

"Jaeyu sangat menyayangiku, itulah kenapa dia hanya tertidur saat aku menggendongnya."

"Berikan Jaeyu pada eomma, kau ingin menyapa Tzuyu, 'kan? biar eomma disini."

Jungkook tersenyum kemudian menyerahkan Jaeyu. Sejak tadi dia hanya menggendong Jaeyu di depan ruang rawat Tzuyu. Setelah saat itu dia membawa Jaeyu ke dalam, dokter memarahinya. Makanya dia hanya berani berdiri di depan ruangan Tzuyu jika harus menggendong Jaeyu.

Jungkook tersenyum, meraih tangan Tzuyu yang masih saja tidak mau menggenggamnya. Dia mengecup punggung tangannya dan memejamkan matanya, membiarkan air mata itu luruh begitu saja.

"Tzuyu, kau sungguh masih marah padaku hingga tidak ingin membuka matamu dan bicara padaku?" Jungkook mulai terisak lagi. Dia memang selalu saja gagal mengendalikan dirinya jika sudah seperti ini. "Jaeyu pasti sangat merindukanmu. Sejak kelahirannya kau belum memeluknya,"

"Kau sangat berharga dan penting dalam hidupku. Saat kau memutuskan untuk beristirahat seperti ini, hariku mulai kosong. Aku sudah seperti mayat hidup karena terus saja melamun. Aku merindukanmu, Tzuyu. Cepatlah kembali. Jika bukan karena diriku, setidaknya demi Jaeyu."

Bayangan-bayangan tak baik mulai berputar dalam pikiran Jungkook dan membuatnya semakin terisak. Jika Tuhan memang mengambil Tzuyu dari hidupnya, dia sungguh tak akan pernah sanggup. Tzuyu bukan hanya istrinya, dia juga sebagian hidup Jungkook. Dia hanya menyesali kejutan yang justru membuat Tzuyu harus terluka seperti ini.

"Saranghae, Tzuyu-ya," lirih Jungkook dengan isakan yang berusaha dia tahan. Andai menangis bisa mengendalikan Tzuyunya, dia akan menangis tersedu-sedu di sana hingga Tzuyu membuka matanya. Tapi sayangnya hal itu tak akan pernah terjadi. Kini dia hanya berharap keajaiban datang padanya.

Nyonya Chou menyentuh pundak besannya kemudian tersenyum. Sejak tadi mereka berdua memang menyaksikan kerapuhan Jungkook di dalam sana melalui jendela. Mereka hanya menyesal karena tak bisa menjadi penguat Jungkook.

"Ini memang berat, tapi aku yakin Jungkook bisa melewatinya. Sama seperti Tzuyu saat menunggunya terbangun."

Nyonya Jeon menatap Jaeyu dan tersenyum. Takdir bayi itu sungguh tak beruntung karena saat kelahirannya Tzuyu justru tak bisa langsung memeluknya.

"Dan Jaeyu adalah anak yang kuat."

*
*
*

Seperti yang selalu terjadi, setelah menangis Jungkook pasti akan tidur sambil menggenggam tangan Tzuyu di sana. Dia hanya berharap ketika dia terbangun, Tzuyu sudah membuka matanya dan tersenyum ke arahnya.

"Kookoo," panggilan itu langsung membuat Jungkook terbangun. Dia pikir itu adalah Tzuyu, ternyata bukan. "Ayo kita makan siang."

"Aku akan–"

"Tzuyu akan sedih jika sampai kau sakit. Dia akan kerepotan menghadapi sikap manjamu nanti."

"Bagaimana dengan Tzuyu? dia juga tidak makan."

"Tzuyu makan, tapi dengan cara berbeda. Sekarang kau harus makan siang."

Jungkook akhirnya menurut, dia lantas mengikuti ibunya. Namun saat dia sampai di ambang pintu, dia ksmbali menoleh ke arah Tzuyu dan tersenyum.

Aku tak akan pernah bosan meminta kesembuhan untukmu, Tzuyu.

Jungkook menyusuri lorong tersebut. Dia hanya tersenyum miris kala berpapasan dengan pasangan yang sedang menggendong bayi mereka. Dia sungguh tak sabar hal itu juga terjadi padanya. Mungkin saat Tzuyu menggedong Jaeyu, hatinya akan merasa sangat bahagia.

*
*
*

"Pasien sudah membuka matanya." Berita bahagia itu tentu saja membuat Jungkook langsung bergegas. Dia bahkan tak peduli meski makanannya belum dia habiskan. Dia sudah terlanjur senang dengan hal itu.

Tzuyu, terimakasih.

Jungkook terus berlari dengan wajah bahagianya menuju kamar rawat Tzuyu. Rasa rindu yang selama ini memenuhi hatinya seolah menggebu ingin segera dia luapkan.

Senyumnya pudar ketika mendapati Tzuyu masih menutup matanya. Padahal dia ingin menceritakan banyak hal dan kini Tzuyu justru masih menutup matanya.

"Kami menyuntikan obat tidur agar dia bisa beristirahat." Jungkook bernapas lega mendengarnya. Dia pikir perawat itu salah memberikan informasi. Ternyata tidak sama sekali.

Jungkook memilih duduk di samping Tzuyu, menggenggam tangannya seperti yang biasa dia lakukan. Senyumnya tak ingin dia pudarkan saat ini juga. Dia bahagia karena Tzuyu akhirnya mendengar permintaan yang setiap hari dia katakan.

"Tzuyu, aku bahagia kau akhirnya mau membuka matamu. Kau harus menemui Jaeyu, dia sangat merindukanmu."

Jungkook berdecak saat air mata lagi-lagi membasahi pipinya. Meski kali ini bukan tangis kesedihan, tetap saja hal ini akan membuat Tzuyu lebih khawatir.

"Aku selalu mengatakan pada Jaeyu jika kau adalah ibu yang luar biasa. Ah iya, aku iri karena Jaeyu mirip sekali denganmu. Apa karena aku selalu mikirkan Yuna saat itu dan membuat Jaeyu membenciku? tapi tidak apa-apa, aku masih merasa sangat senang karena Jaeyu adalah putraku."

*
*
*

"Kau akan terus memandangku seperti itu?" tanya Tzuyu kesal. Dia justru risih karena Jungkook terus saja memandangnya. "Kookoo!"

"Ah maaf. Aku hanya bahagia karena akhirnya kau kembali."

"Aku kembali karena aku tahu jika aku sangat berharga untuk hidupmu dan Jaeyu."

"Jaeyu, kau tidak mau lepas dari eomma?" protes Jungkook karena sejak Tzuyu membuka matanya, Jaeyu hanya ingin berada di pelukan ibunya itu.

"Dia putraku, jadi dia hanya ingin bersamaku."

"Tzuyu?"

"Hm?"

"Kau tahu? kau sudah seperti separuh dari jiwaku. Aku mungkin hanya akan jadi mayat hidup jika sampai kau meninggalkanku."

Tzuyu menatap Jungkook dengan tatapan teduhnya, dia tersenyum kemudian menggeleng. "Kau juga sama pentingnya dalam hidupku. Dulu, ketika aku punya kesempatan untuk lebih dekat denganmu, aku malah menyia-nyiakannya. Selama 3 bulan aku terus penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa kau akan meninggalkanku? atau justru kau mau kembali untukku? aku terus saja bertanya-tanya seperti itu. Tapi aku bersyukur karena kau mau kembali demi aku."

"Bahkan orang bodoh saja tahu, kau sangat berharga untukku dan aku tak bisa hidup tanpamu. Aku sadar, seharusnya aku tak pernah berpaling dan membuat langkahku semakin menjauh darimu. Tapi aku bersyukur pada akhirnya aku bisa melangkah kembali ke arahmu."

The End

Sepertinya ini adalah ending yg aneh wkwk. Aku udh kehabisan ide buat lanjut karena rencananya ff ini tadinya partnya gk akan panjang dan ya, semakin nambah part malah semakin gaje menurutku. Tapi tengkyu buat yang udh stay sampe akhir.

Ah iya jgn lupa buat mampir ke ff aku yang lainnya yaa😚😚

23 Jun 2020

이건 바보라도 알아 (Even A Fools Knows)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang