EAFK #28

1.8K 233 50
                                    

Hanya terisak, itulah yang Tzuyu lakukan. Menatap pria Jeon kesayangannya terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang terpasang di tubuhnya membuat Tzuyu benar-benar merasa putus asa. Matanya tertuju pada mesin yang sejak tadi berbunyi nyaring memecah kesunyian ruangan itu, berharap statik yang dia lihat saat ini tak berubah menjadi sebuah garis lurus.

"Kau tahu, ini adalah hal terberat setelah kau mengatakan 'ayo kita putus', apa kau sungguh tidak memikirkan diriku sama sekali?" Tzuyu tahu harapannya agar Jungkook mau menjawab semua ocehannya hanyalah sia-sia. Pada akhirnya dia akan kembali terisak saat tak mendapatkan jawaban apapun.

"Kau ingin tidur berapa lama lagi, Kookoo? aku benar-benar menunggumu membuka matamu."

Sebuah tangan mengusap bahunya yang langsung saja membuat Tzuyu mendongak, "Tzuyu, Kookoo baik-baik saja."

"Aniyo, dia tidak baik-baik saja."

"Tzuyu, Kookoo hanya tertidur sekarang," jelas nyonya Jeon sambil mengusap surai panjang Tzuyu. Saat ini semua orang justru khawatir akan keadaan Tzuyu. Sudah hampir 2 bulan tak ada satu haripun Tzuyu tak menangis. Bahkan dia terus saja menangis setiap kali datang ke rumah sakit.

"Kookoo, kau tidak merindukanku?"

Tzuyu tahu berapa kalipun dia bertanya hal yang sama, Jungkook tetap tidak akan menjawabnya dan dia sadar bahwa saat ini dia memang bodoh.

"Tzuyu, berhentilah menyalahkan dirimu."

"Ini mungkin memang salahku. Andai aku benar-benar mengajukan surat perpisahan, hal ini tidak akan pernah terjadi."

*
*
*

Suara nyaring dari mesin itu membuat Tzuyu membuka paksa matanya. Dia menjadi panik ketika mesin tersebut menunjukan garis lurus. Dengan cepat dia menekan tombol untuk memanggil dokter. Dia tak ingin terjadi sesuatu pada Jungkook. Terlebih mesin itu bersuara nyaring sekarang.

Lututnya lemas, Tzuyu memilih memundurkan langkahnya hingga punggungnya menyentuh dinding yang berada tak jauh dari brankar Jungkook. Perlahan tubuhnya turun hingga pada akhirnya dia terduduk. Menatap kosong ke arah depan, tak peduli meski saat ini dokter dan beberapa perawat mulai sibuk dengan tugas mereka.

Tidak. Kookoo tidak boleh pergi.

Tetesan air matanya kembali jatuh kala mesin itu tetap saja menunjukan garis lurusnya. Apa ini akhir dari kisahnya?

Tzuyu mengusap air matanya kasar, berusaha menguatkan dirinya sendiri dan meyakinkan jika semua ini hanyalah permainan takdir saja. Dia yakin pada akhirnya dia pasti akan bersama Jungkook. Namun hasilnya tetap nihil, hatinya justru semakin ketakutan dan juga khawatir. Bahkan salah satu perawat sampai menghampirinya untuk menenangkan.

"Nyonya, kau harus tenang."

"Bagaimana aku bisa tenang saat suamiku tiada?" isakan Tzuyu kini mulai menjadi dan menarik perhatian dokter dan juga perawat yang ada disana. Mereka saling tatap seolah saling mengatakan 'ayo selamatkan dia'.

Tzuyu beranjak menghampiri brankar Jungkook. Perasaannya sungguh campur aduk menatap pria itu kini sedang ditangani. Dia lantas tersenyum ketika klise soal sikap manis Jungkook yang selama ini justru sering Tzuyu abaikan, miris.

"Kookoo," panggil Tzuyu dengan suara paraunya. Dia lantas menyentuh kaki Jungkook yang tertutup selimut dengan tangan gemetar.

"Kookoo.." panggilnya lagi. Namun kali ini dia mulai mengguncang pelan kaki Jungkook, berharap sebuah keajaiban terjadi.

"Jika kau pergi, aku sudah siap. Tapi kau tahu? itu adalah kata-kata kebohongan yang pernah ku katakan padamu. Kembalilah karena aku sungguh menunggumu."

Dokter bernapas lega ketika mesin itu kembali menunjukan tanda-tanda adanya kehidupan. Dia lantas mengusap halus bahu Tzuyu.

"Suamimu benar-benar kuat."

Tzuyu langsung mendongak, menatap mesin itu kembali. Senyuman langsung saja merekah apalagi ketika menatap Jungkook. Dia tahu, Jungkook tidak akan pernah tega meninggalkannya seperti ini. Terlebih karena kini yang menunggunya bukan hanya Tzuyu, melainkan bayi mereka juga. Sejauh ini bayi itu sungguh kuat karena dia mampu bertahan meskipun Tzuyu benar-benar lemah. Dia sudah seperti sebuah kekuatan untuk Tzuyu.

Tzuyu meraih tangan Jungkook begitu dokter dan perawat meninggalkan ruang rawat Jungkook, "Selanjutnya aku ingin kau membuka matamu. Aku merasa kesepian, sungguh."

Tzuyu duduk di samping brankar Jungkook, kembali mengusap air matanya sendiri. "Aku merasa kau sungguh berharga saat aku tak bisa mendengar suaramu memanggil namaku. Rasanya sama seperti saat kau meninggalkanku dulu."

*
*
*

Jungkook meringis ketika rasa sakit itu kembali menyerang kepalanya. Dia bahkan masih ingat bagaimana luka itu bisa dia dapatkan. Dia kini berpikir sudah berapa lama dia menutup matanya. Apa sangat lama? bahkan dia merasa tertidur dengan sangat pulas.

Atensinya beralih pada seorang wanita yang kini tidur dengan menggunakan tumpukan tangan sebagai bantal. Tangannya kemudian dengan halus mengusap pucuk kepala istrinya dan tersenyum.

"Kau sungguh menungguku?"

Tzuyu yang merasa seseorang mengusap kepalanya, langsung saja membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya membulat sempurna ketika pria dihadapannya sudah tersenyum. Dengan panik, Tzuyu langsung saja menekan bel untuk memanggil dokter, masih dengan menatap Jungkook. Dia masih tak percaya jika pria itu kini membuka matanya.

Tzuyu memundurkan langkahnya, memukul pelan pipinya. Satu hal yang pertama kali dia rasakan adalah sakit, itu artinya ini bukanlah sebuah mimpi yang setiap harinya mempengaruhi bunga tidur Tzuyu.

"Kookoo." Isakan Tzuyu kembali pecah ketika dia mendekap erat Jungkook. Ini bukanlah tangis kesedihan, melainkan tangis kebahagiaan. Tzuyu merasa jika rasa putus asanya terangkat begitu saja  ketika pria itu mengusap punggungnya.

"Hey, kenapa kau menangis?"

"Kau pergi, lalu kembali, setelah itu kau pergi lagi. Aku hanya takut kau tidak kembali."

"Aku pasti akan kembali seperti janjiku."

*
*
*

"Aku yang sakit tapi aku yang menyuapimu."

Tzuyu hanya tersenyum tanpa dosa kemudian membuka mulutnya menyambut suapan dari Jungkook. Ini memang terlihat lucu. Bahkan nyonya Jeon sampai menahan tawanya karena melihat momen lucu ini. Awalnya Tzuyu memang berniat untuk menyuapi Jungkook, tapi tiba-tiba saja dia ingin Jungkook yang menyuapinya.

"Bukankah seharusnya kau yang menyuapiku?"

Tzuyu kini memasang wajah kesalnya, menatap nyalang ke arah Jungkook kemudian mengerucutkan bibirnya ke arah nyonya Jeon sebagai bentuk pengaduan.

"Turuti saja kemauan Tzuyu. Dia sudah menunggumu selama 2 bulan dan kau tahu? dia sama sekali tidak memikirkan dirinya ataupun bayinya."

Tzuyu menundukan kepalanya ketika Jungkook mulai menatapnya. Memangnya tidak boleh jika dia merasa sangat khawatir pada Jungkook? bahkan bayinya juga baik-baik saja.

"Kenapa kau lakukan itu, Tzuyu?" Tzuyu kini bisa menyadari nada kesal dari pertanyaan yang Jungkook ajukan. "Aku akan sangat sedih jika terjadi sesuatu padamu."

"Aku hanya takut kau pergi."

"Untuk apa aku pergi? kau sangat membutuhkanku. Aku sudah berpaling darimu, jadi aku pikir aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk kembali dekat denganmu. Mana mungkin aku mati sia-sia tanpa melihat anakku."

Tzuyu kini menatap Jungkook dengan mata yang mulai berair. Mendengar kata-kata Jungkook benar-benar membuatnya berpikir jika Jungkook memang akan pergi setelah melihat anaknya.

"Kau mudah sekali menangis, sekarang kau perlu makan yang banyak, aku tidak ingin bayinya merasa kelaparan."

"Kau janji tidak akan pernah pergi, 'kan?"

TBC🖤

8 Jun 2020

Okay, partnya udh mulai random sekarang🤣🤣

이건 바보라도 알아 (Even A Fools Knows)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang