Raka memasuki kamarnya tanpa suara sedikitpun. Dia melihat adiknya kini meringkuk seperti bayi dengan badan yang menggigil padahal selimut tebal sudah membungkus tubuh mungilnya itu.
Raka mengusap rambut Fella dan memanggil namanya dengan lembut, berniat untuk membangunkan gadis itu. Namun hal itu tak membuat Fella terbangun. Raka menyentuh kening Fella dan rasa panas yang dirasakan oleh tangannya membuktikan bahwa adiknya ini demam.
Tok.. tok.. tok
Suara ketukan pintu membuat Raka mengalihkan pandangannya pada pintu yang sedikit terbuka. Lalu muncul Bi Mun dari balik pintu dengan membawa nampan yang berisi sepiring nasi dan segelas susu.
“Maaf Den, ini makanannya. Biar Bibi saja Den yang mengurus Non Fella.” Ucap Bi Mun seraya meletakan nampan di nakas yang berada di samping tempat tidur.
“Gak usah Bi, biar saya saja. Bibi tolong ambilin baju ganti buat Fella ya Bi, kasian ini bajunya basah.”
“Baik den, saya permisi ambil baju Non Fella dulu.” Raka mengangguk.
“Dek? Bangun dulu yu! kamu harus makan dulu.” Raka menepuk-nepuk pipi tirus Fella supaya terbangun.
Merasa tidurnya terusik, Fella membuka matanya. Dia dapat melihat Kakaknya tersenyum dengan raut wajah khawatir yang menghiasi wajahnya.
Fella berusaha untuk duduk dengan memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, serta anggota badan lainnya yang juga terasa sakit.
“Kepala aku sakit kak.” Ucap Fella dengan suara serak, karena tadi menangis.
Raka mengusap pelipis Fella yang memar, hingga membuat Fella meringis. Padahal Raka mengusapnya dengan sangat lembut.
“Makan dulu ya? Kakak suapin.” Fella menggeleng.
“Kamu belum makan kan dari pagi? kamu harus makan. Udah makan nanti luka kamu Kakak obatin.” Raka menjulurkan sendok yang telah terisi nasi ke depan mulut Fella, dengan terpaksa Fella menerima suapan itu walau dia sedikit meringis karena sudut Bibirnya yang sedikit sobek.
Pintu terbuka dan Bi Mun masuk dengan membawa baju ganti untuk Fella.
“Ini Non, Bibi bawa baju ganti buat Non.”Bi Mun melatakan baju yang dia bawa di ujung kasur.
“Makasih Bi.” Balas Fella lirih.
“Iya Non sama-sama. Non gapapa kan?” tanya Bi Mun khawatir.
“Gapapa kok Bi, Bibi gak usah khawatir.” Fella menjawab masih dengan suara yang lirih.
“Yaudah Bibi kebawah lagi ya, masih banyak kerjaan. Kalo butuh sesuatu tinggal panggil Bibi aja. Permisi Den, Non.”
Anggukan dari Fella dan Raka membuat Bi Mun langsung undur diri dari hadapan mereka dengan senyum yang terulas di Bibirnya.
Raka menyuapkan suapan yang ke lima pada Fella. Melihat adiknya yang begitu kurus dengan pakaian yang terbilang tidak layak, sungguh membuat hatinya teriris. Dia sungguh gagal menjadi Kakak, dimana harusnya dia melindungi adiknya dia malah mengacuhkannya. Ia menyesal kenapa dulu dia menuruti perintah ibunya.
“Maafin Kakak.” Ucap Raka, ia mengusap pelipis Fella yang memar dengan air mata yang sudah tak bisa dia bendung.
Fella mengulurkan tangannya yang sedikit gemetar untuk menghapus air mata yang jatuh ke pipi Kakaknya itu.
“Kakak jangan nangis! Kakak gak salah jadi gak ada yang perlu dimaafkan.” Ucap Fella dengan senyum tipis yang menghiasi Bibirnya.
“Kakak salah. harusnya Kakak bisa lindungin kamu, jadi sandaran buat kamu. Bukanya malah jauhin kamu. Kakak udah gagal jadi seorang Kakak yang seharusnya.” Raka kembali menyuapkan suapan terakhir untuk Fella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, MAMA! ✔
Teen Fiction"Mama, lihat! Lukaku semakin parah." "Mama, aku ingin sembuh." "Mama, aku kedinginan. Aku ingin dipeluk mama." "Mama, jangan pukul aku lagi. Badanku sakit semua" "Mama, aku menyayangimu." ~~~ Fella, Seorang gadis berusia 17 tahun, tak pernah sekalip...