26. HARI BARU GRINDRA
Satu orang yang menyebabkan Grindra pingsan selama beberapa jam sesaat setelah Festival Ilford selesai. Bintang sedang berdiri di tengah-tengah lorong membuat orang-orang menatapnya tidak percaya.
Bagaimana bisa seseorang yang telah ditahan di kantor polisi tiba-tiba keluar begitu saja, dan masuk ke sekolah seperti tidak terjadi apa-apa kepadanya.
"Gila, ngapain dia sekolah?" tanya Connor heran.
"Emang dia nggak ditahan di kantor polisi?" tanya Connor lagi.
"Orang banyak uang memang gitu. Uang lancar, kita bebas." jawab Jerri. Connor hanya menggelengkan kepalanya.
Di lorong kelas sepuluh banyak sekali pandang mata yang tertuju pada Bintang, bisikan-bisikan juga sedang terjadi saat ini.
"Grindra Samudra Atlanta, segera mendatangi ruang guru." speaker di lorong berbunyi keras. Grindra yang mendengarnya segera beranjak pergi ke ruang guru. Ketika berjalan mendekati Bintang, Grindra hanya tunduk karena tidak ingin melihat wajah Bintang.
~~~
"Tuan Grindra, kamu yakin masalah ini ditutup saja?" tanya guru konseling.
"Iya Pak, Grindra ingin masalah ini ditutup saja." jawab Grindra final memutuskan apa yang terbaik untuknya. Grindra tidak ingin masalah ini dibesar-besarkan.
"Kamu boleh kembali ke kelas," ujar guru konseling mempersilahkan Grindra untuk kembali ke kelasnya.
"Terima kasih, Pak."
Grindra bangkit dari kursinya. Ia segera keluar dari ruang guru dan kembali ke kelasnya untuk memgikuti pelajaran. Selama ia berjalan, Grindra terus memikirkan, bagaimana ia nanti di kelasnya? Bahkan ia duduk sebangku bersama Bintang.
Setelah ia sampai di depan pintu kelasnya, Grindra mengetuk pintu beberapa kali, tapi ia tidak mendengar adanya suara gurunya. Grindra mengetuk sekali lagi untuk memastikan.
Dan akhirnya, pintu kelas dibuka oleh seseorang. "Terima ka-" Grindra menggantungkan ucapannya karena yang membuka pintunya adalah Bintang.
"Grindra, maafin gue," kata Bintang memohon pada Grindra.
"Bintang, Grindra mau masuk ke kelas," balas Grindra masih tidak ingin melihat wajah Bintang.
"Grindra, plis maafin gue," ucap Bintang lagi, kali ini ia memegang tangan Grindra.
"Bintang lepasin, Grindra cuma mau masuk," balas Grindra dan mencoba melepaskan tangan Bintang dari tangannya. Bintang tidak membiarkan Grindra masuk karena Bintang berdiri di jalur masuk.
"Bintang, Grindra cuma mau masuk kelas,"
"Oke, Grindra." akhirnya Bintang mundur perlahan. Grindra pun maju beberapa langkah, tangannya masih dipegang oleh Bintang. Sejak tadi mereka cuma menjadi tontonan di dalam kelas ini.
"Lepasin tangan Grindra," ujar Grindra kepada Bintang.
"Enggak, gue maunya lo maafin gue dulu," balas Bintang.
"Bintang, Grindra cuma mau duduk," ucap Grindra lagi.
"Grindra, gue cuma ingi lo maafin gue!" balas Bintang dengan suara yang sedikit nyaring.
"Bintang lepasin!" balas Grindra.
"Grindra, gue-"
"Grindra, lo duduk bareng gue!" ucap seseorang lalu melepaskan tangan Bintang dari tangan Grindra.
Laki-laki itu menyeret Grindra hingga tempat duduknya di belakang, tempat duduk baru, kosong dan sepertinya hanya dirinya. Ia pun mendudukan Grindra, lalu ia duduk di kursinya. Semua orang menatap ke arah Grindra dan siswa baru itu.
"Lendra?!" tanya Grindra tidak percaya.
"Gimana Lendra bisa sekolah disini?" tanya Grindra masih tidak percaya.
"Lendra bisa apa aja," balas Sailendra dan tertawa pelan.
"Kenapa tempat duduk baru?" tanya Grindra kepada Sailendra. "Kan tempat duduk Jerri masih ada," lanjut Grindra lagi.
Jika Sailendra mau, pasti ia sudah duduk bersama Jerri yang duduk sendirian. Tapi karena Sailendra ingin duduk bersama Grindra, maka dari itu ia mengambil tempat duduk baru.
~~~
Grindra berjalan sendirian ingin kembali ke kelasnya, ia baru saja dari ruang guru karena dipanggil lagi.
"Grindra?" panggil seseorang siswa. Grindra menoleh ke arah siswa itu yang tak lain adalah Alardo.
"Alardo?" tanya Grindra. Grindra senang jika sahabat lamanya ini mau berbicara kepadanya lagi.
"Grin, kalau lo butuh bantuan, lo bisa pergi ke gue," kata Alardo yang masih kikuk karena tidak pernah berbicara dengan Grindra lagi saat itu.
"Iya," balas Grindra sambil tersenyum.
"Kalau gitu Grindra mau balik ke kelas dulu," pamit Grindra kepada Alardo.
"Oke."
Grindra pun berjalan kembali menuju kelasnya. Saat memasuki kelasnya, Grindra secara tidak sengaja hampir bertabrakan dengan Jingga.
"Jingga?" panggil Grindra kepada Jingga. "Jingga lagi ngapain?" tanya Grindra.
"Gue abis ngembaliin buku paket," jawab Jingga sambil menoleh ke belakang.
"Gitu ya?" tanya Grindra. Grindra mengira bahwa Jingga datang ke kelasnya untuk menemuinya, ternyata tidak.
"Lo sekarang baik-baik aja?" tanya Jingga kepada Grindra.
"Baik kok," jawab Grindra.
"Lo udah sarapan?" tanya Jingga lagi.
"Belum, tapi nanti mau ke kantin kok bareng Sailendra,"
"Sailendra? Sailendra sekolah disini?"
"Iya. Grindra juga nggak tau kenapa Sailendra bisa secepat itu masuk ke Ilford."
Jingga sudah pasti tau, Sailendra adalah sahabat dari Grindra karena Grindra yang dikenal sangat ceroboh, manja, tidak berfikir dua kali kalau mau melakukan sesuatu. Tapi Jingga sudah menebak jika Sailendra masuk ke Ilford hanya untuk melindungi Grindra yang benar-benar ceroboh saat apapun.
"Sanjaya Lentera Agaton, segera mendatangi ruang guru." speaker memancarkan suara dari kantor guru.
"Itu pasti untuk bidang fotograpi," ujar Jingga.
"Fotograpi?" tanya Grindra. "Iya, Kak Lentera kan ketua bidang fotograpi,'
"Muhammad Bintang Akbar, segera mendatangi ruang guru," sekali lagi suara speaker terdengar jelas.
"Yang ini gue nggak tau," ucap Jingga.
Bintang yang sedang duduk di kursinya sendirian kemudian beranjak untuk segera pergi ke ruang guru. Bintang sempat menatap Grindra dan Jingga secara bergantian.
Sejak kejadian tentang Grindra, teman-teman Bintang menjadi enggak untuk berteman dengannya. Bintang juga menjadi bahan olok-olokan kakak kelas dan juga teman-temannya yang lain.
~~~
Jangan lupa untuk vote, komen dan share, juga jangan lupa untuk Follow akun Wattpad ini!
Jangan menjadi silent readers.
Follow instagram:
AlbericgilbranWpricc
Youtube:
AlbericGilbran
KAMU SEDANG MEMBACA
GRINGGA
Teen FictionGrindra Samudra Atlanta, adalah siswa yang sangat Hiperaktif dan pakaiannya yang kelewatan rapi. Sejak Masa Orientasi Siswa ia bahkan belum mendapatkan teman di sekolah barunya, satu orang pun tidak mau berteman dengannya serta Aksi Bullying dari te...