34. PEMBATAS JEMBATAN

25 3 2
                                    

34. PEMBATAS JEMBATAN

Seorang cowok berdiri di atas pembatas jembatan yang dibawahnya terdapat sungai yang mengalir deras dan dingin. Ekspresi wajahnya sulit diartikan, sedih dan senang. Sedih karena mengingat pertemanan dan persahabatannya yang telah ia lalui, dan kakek dan neneknya yang sangat menyayanginya. Senang karena bisa lepas dari Papanya, penghianatan, dan semua yang membebani hidupnya. Memori yang pernah ia lalui terekam jelas di benaknya, ia bisa melihatnya sendiri.

Dua laki-laki yang sedang berboncengan mengendarai motor secara tidak sengaja melalui jembatan tersebut dan melihat seorang cowok yang menggunakan seragam Ilford High School. Laki-laki yang menyetir motor besarnya langsung saja mengurangi kecepatan motornya dan menghentikan motornya.

"Itu Grindra bukan?" tanya cowok yang membonceng temannya yang duduk di belakang.

"Eh iya, liat deh sepatu warna putihnya, itu sepatu Grindra," jawab temannya yang duduk di belakang.

Jerri dan Connor secara tidak sengaja melalui jembatan ini karena mereka ingin kesuatu tempat, dan kemudian secara tidak sengaja pula melihat Grindra.

"Cepetan kita samperin!" usul Connor yang duduk di belakang.

Jerri yang memegang kemudi akhirnya dengan cepat menancap gas dan segera menemui Grindra untuk menggagalkan rencananya. Jerri dan Connor pun dengan sembarang memparkirkan motor dan langsung segera menemui Grindra yang sudah ingin menjatuhkan dirinya ke air.

"Grindra!" panggil Jerri dan berjalan dengan cepat ke arah Grindra.

"Grindra! Lo mau ngapain berdiri di situ?!" tanya Jerri cemas dan bingung.

"Bukan urusan lo," jawab Grindra langsung. Jerri dan Connor langsung terkejut dan memandang satu sama lain. Grindra kali ini menggunakan Lo daripada menyebut nama Jerri.

"Grindra, turun sekarang juga!" perintah Connor.

Grindra hanya mengabaikan ucapan Connor.

"Grindra? Lo sekarang lebih baik turun kesini," ujar Jerri dan berjalan agar lebih mendekat lagi dengan Grindra.

"Mundur!" bentak Grindra dengan nada yang cukup kasar.

"Oke, oke," akhirnya Jerri mundur agar Grindra tidak menjatuhkan dirinya.

"Sekarang lo turun," kata Jerri.

"Apa urusan lo sama gue?" tanya Grindra.

"Apa yang lo pikirin Grin?" tanya Connor dari tempatnya berdiri.

Grindra sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dari Connor.

"Sekarang lebih baik lo turun ke sini dan bicara sama kita," ujar Connor lagi.

Grindra mulai memikirkan apa yang akan selanjutnya ia lakukan. Pikirannya sudah terpotong disana, ia tidak bisa memikirkan hal lain lagi selain menjatuhkan dirinya kesungai.

"Ayo, sekarang lo turun aja," kata Jerri sedikit lebih lembut.

"Tutup mulut lo!" balas Grindra karena ia tidak bisa menjawab dan harus memikirkan dua jalan yang berbeda ini.

"Lo mau bunuh diri? Lo mau lari dari masalah?" tanya Jerri. Grindra terlihat berfikir keras.

"Kalau lo bunuh diri, keadaan semakin rumit, dan masalah lo semakin nambah!"

"Kalian harus pergi dari sini,"

"Nggak! Kita nggak bakalan pergi kalau lo masih berdiri di situ!"

"Kenapa kalian datang kesini dan ngebujuk gue agar berhenti ngelakuin ini?"

"Karena kita tau perasaan lo Grin,"

"Tau?" tanya Grindra dengan sedikit terkekeh. "Bukannya kalian masalah gue pertama kali?" tanya Grindra.

"Gue tau kalau kita berdua itu ngelakuin hal bodoh. Tapi pernah nggak kalau lo berfikit jika disekitar lo masih banyak orang yang sayang sama lo?"

"Sailendra, Keluarga lo, Sagara, Gemintang, Abi, Lentera, guru-guru, mungkin juga Kakek sama Nenek lo,"

Grindra mulai kebingungan dan mulai berfikir keras. Kepalanya mulai sedikit sakit karena harus berfikir keras seperti ini dan karena pukulan Papanya.

"Lo nggak akan dikenang kalau lo meninggal dengan cara ini. Sebaiknya lo buktikan kepada mereka bahwa lo tidak butuh manusia seperti itu di dalam lo,"

"Termasuk kalian berdua?"

"Iya,"

"Sekarang lo turun dan kemari, nanti gue sama Connor anterin lo pulang,"

"Gue nggak mau balik ke rumah,"

"Oke, sekarang lo turun perlahan,"

Saat Grindra ingin turun, tiba-tiba kepalanya menjadi sakit dan membuat ia pusing. Grindra tidak bisa mengkondisikan kakinya karena kepalanya pusing, tubuhnya langsung miring ke depan dan kebelakang beberapa kali.

"Grindra!" Jerri dan Connor langsung berjalan mendekat karena Grindra yang sudah ingin jatuh.

Dan pada akhirnya, Grindra tiba-tiba jatuh karena tidak bisa lagi mengkondisikan kakinya.

~~~

Jangan lupa untuk vote, komen dan share, juga jangan lupa untuk Follow akun Wattpad ini!

Jangan menjadi silent readers. Cukup kasih vote dan komen dan follow, itu aja kok.

Follow instagram:
Albericgilbran

Wpricc

Gringgawattpad

Youtube:
AlbericGilbran

GRINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang