33. GRINDRA "SAMUDRA" ATLANTA
"Dan pada akhirnya, diri sendiri adalah tempat terbaik untuk pulang, orang lain bukan tempatmu untuk pulang karena disana bukan jiwamu bertetap."-Grindra Samudra Atlanta
Laki-laki yang menyandang status sebagai siswa di Ilford High School itu kini langsung pulang tanpa ijin terlebih dahulu kepada guru ataupun orang lain. Grindra kini sudah sampai di depan rumahnya, ia melihat mobil berwarna hitam yang terparkir, yang menandakan bahwa Papa dan Mamanya sedang berada di rumah.
Grindra yang sudah sangat kesal kini masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam. Ia berjalan menuju arah Papanya yang sedang duduk di kursi kayu sambil memainkan ponselnya.
Grindra berdiri tepat di depan Papanya dengan ekspresi yang kecewa dan kesal. Sadan yang melihat anaknya pulang sekolah sebelum waktunya pulang pun langsung bertanya kepada Grindra.
"Kenapa kamu pulang? Jam pelajaran aja belum selesai!" tanya dan ucap Sadam kepada anaknya.
"Papa Grindra mau tanya," ujar Grindra langsung tanpa menjawab pertanyaan Sadam.
"Kenapa Papa nyuruh Lendra buat ngawasin Grindra?" Sadam langsung terkejut, lantaran yang mengetahui ini hanya ia dan Sailendra.
"Papa curiga kamu berteman sama anak yang nakal-nakal di sekolah,"
"Karena itu Papa nyurug Lendra, iya?!"
"Jangan tinggikan suaramu di depan Papa!"
"Kenapa?"
Sadam mengambil nafas panjang karena perilaku anaknya.
"Kenapa Papa mengikuti Grindra? Kenapa Papa nyuruh Lendra buat ngikutin Grindra? Papa nggak punya kerjaan?!" tanya Grindra bertubi-tubi, selama ini ia tidak pernah berani untuk bertanya seperti ini ke Papanya.
"Tutup mulut kamu!"
"Papa nggak bisa sehari aja nggak teriak dan bentak Grindra?!"
"Kamu temenan sama siapa sampai berani begini ke Papa?"
"Itu nggak penting!"
"Apa jangan-jangan, tiga laki-laki dan satu perempuan itu yang ngajarin kamu?!"
"Itu semua nggak nyakut sama ini!"
Mama Grindra yang berada diambang pintu kamar itu kini kembali ke kamar dan menutup pintunya karena tidak tahan melihat anak kesayangannya dan suaminya bertengkar hebat, dan ini yang pertama kalinya mereka bertengkar.
"Papa nggak mau kamu temenan sama mereka lagi!"
"Tapi Grindra mau,"
"Dasar anak kurang ajar!"
"Selama ini Grindra menjadi apa yang Papa maui, apa yang Papa suruh pasti Grindra lakuin. Tapi, sekali aja Grindra minta tolong, apa balasan Papa? Papa bahkan nggak peduli jika Grindra sakit, yang dateng pasti dokter, bukan Papa!"
"Kamu anak yang lemah!"
"Oh ya? Lemah, setelah dibully disekolahan dan menjadi bahan olokan semua siswa itu lemah?" tanya Grindra semakin mengeluarkan semua perasaannya.
"Papa yang lemah! Apa-apa main tangan!"
"Dasar kamu anak setan!"
Grindra terasa tertusuk suatu yang sangat tajam, tajam sekali, bahkan lebih tajam daripada Pedang Damaskus. Perkataan Papanya membuat dirinya membeku di tempat, ia mencoba mengambil nafas, tapi udara seakan telah hilang begitu saja.
Mulutmu, harimaumu. Begitulah pepatah mengatakannya.
Air mata Grindra jatuh secara perlahan, ia tidak akan menyangka bahwa Papanya akan berkata seperti itu.
"Kamu itu anak saya! Bicaralah sesopan mungkin!"
"Oke." balas Grindra yang mencoba menahan dirinya agar tidak jatuh.
"Tapi, Papa tidak akan punya seorang anak lagi, selamanya." final Grindra dengan tatapan kosong dan suara yang begitu lemah.
Satu tamparan keras mendarat ke pipi Grindra. Grindra kemudian terkapar ke lantai karena tamparan yang sangat keras. Dirinya layak mendapatkan itu.
Papanya langsung memukuli Grindra yang terkapar lemah di lantai, sedangkan Grindra hanya merasakan sakit yang ia dapatkan.
~~~
Setelah kejadian tadi, Grindra mati rasa, mati jiwa dan mati akal. Sekarang sudah hampir jam sembilan malam, dan ia masih memakai seragam Ilford High School. Rambutnya basah, wajahnya pucat dan dipenuhi lebam dan memar. Pakaiannya juga basah dan terlihat kolot sekali.
Papanya baru saja melelamkan Grindra di bathtub yang berisikan air dingin, dan keluar setelah memukuli dan melelamkan Grindra di bathtub.
Grindra langsung keluar dari kamarnya, ia kemudian berjalan menuju pintu keluar dan akhirnya ia keluar dari rumah. Grindra berjalan dan membuka pagar dan tidak menutupnya.
Grindra berjalan dan terus berjalan tanpa arah, dirinya sudah mati saat ia mendengar perkataan Sadam tadi. Jiwa yang sudah lenyap, pikiran yang sudah kosong, dan juga raga yang tidak berjiwa.
Sudah hampir tiga puluh menit Grindra berjalan tanpa tujuan, akhirnya ia melihat jembatan yang sangat tinggi dan terlihat sungai dibawahnya.
Lebih baik jika ia lenyap, kosong dan tidak berjiwa lagi. Grindra mulai menaiki pembatas jembatan untuk menghempaskan dirinya ke air dari atas sini agar jiwanya bisa terpisah dari tubuhnya.
Satu hal yang Grindra ingat saat ini, sahabat yang baik, teman yang baik. Diri sendiri adalah jalan pulang, bukan diri orang lain. Dan juga tidak ada tempat pelarian jika jiwa ingin lepas dari tubuhnya.
Perlahan-lahan cairan bening membasahi pipi Grindra. Sekarang ia sedang marah, tapi ia juga senang jika mengenang pertemanannya antara Sailendra, Lentera, Sagara, Abi dan Gemintang. Ekspresi Grindra kini tersenyum tapi mengeluarkan air mata.
Sebentar lagi dirinya akan lenyap, dan lambat laun tubuhnya akan menyatu dengan lautan atau bisa disebut dengan Samudra, seperti namanya. Grindra "Samudra" Atlanta.
~~~
Jangan lupa untuk vote, komen dan share, juga jangan lupa untuk Follow akun Wattpad ini!
Jangan menjadi silent readers.
Follow instagram:
AlbericgilbranWpricc
Gringgawattpad
Youtube:
AlbericGilbran
![](https://img.wattpad.com/cover/215998770-288-k450006.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GRINGGA
Ficção AdolescenteGrindra Samudra Atlanta, adalah siswa yang sangat Hiperaktif dan pakaiannya yang kelewatan rapi. Sejak Masa Orientasi Siswa ia bahkan belum mendapatkan teman di sekolah barunya, satu orang pun tidak mau berteman dengannya serta Aksi Bullying dari te...