35. SECARIK KERTAS DENGAN TINTA BIRU
Pagi telah tiba dan sinar matahri mulai merambat naik secara perlahan. Sadam sedang memainkan ponselnya sambil meminum kopi yang tersedia di meja. Mama Grindra yang baru saja keluar dari kamarnya segera berjalan menuju kamar Grindra untuk memeriksa anaknya yang belum keluar juga dari kamarnya.
"Grindra?" kata Mamanya seraya mengetuk pintu kamar Grindra.
"Grindra, sayang?" ulang Mamanya dan mengetuk pintu lagi.
Karena tidak ada balasan dari dalam kamar, akhirnya Mama Grindra memutuskan untuk membuka pintunya. Pintu kamar terbuka dan tidak terkunci, Mamanya tidak menemukan anaknya di kamar. Ia pun segera pergi menemui suaminya yang sedang duduk bersantai di teras rumah.
"Mas, kamu liat Grindra?" tanya Mama Grindra.
"Nggak liat," jawab Sadam.
"Grindra nggak ada di kamarnya, Mas,"
"Mungkin Grindra sudah ke sekolah,"
Mamanya memutuskan agar terus berfikir positif. Tidak mungkin Grindra kabur dari rumah, ia saja tidak tau harus kemana. Ini kota besar, dan ini Jakarta, bukan seperti pedesaan atau pedalaman yang cuma kecil dan bisa kembali tanpa tersesat.
Seorang cowok dengan motor besar baru saja sampai ke depan pagar rumah Grindra. Sailendra datang kemari untuk menjemput Grindra dan meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan.
Sadam melihat Sailendra yang baru saja datang pun akhirnya segera menghampiri Sailendra yang masih duduk di motor besar miliknya.
"Grindranya ada, Om?" tanya Sailendra kepada Sadam.
"Grindra sudah duluan ke sekolah," jawab Papa Grindra.
"Oh, kalau begitu, Lendra berangkat dulu ya, Om?" pamit Lendra.
"Lendra?" panggil Sadam.
"Iya, Om?"
"Kalau kamu ketemu Grindra, bilangin ke dia agar ketemu sama Om,"
"Baik, Om."
Sailendra pun menancapkan gas motornya dan melaju meninggalkan kediaman Grindra. Sailendra hanya berfikir, mungkin saja Grindra masih marah kepadanya dan tidak ingin berangkat bersamanya hari ini.
~~~
Perempuan yang hari ini terlihat sangat kusut mencoba mempercepat langkahnya untuk pergi ke kelas Grindra. Jingga sejak kemarin terus dihantui oleh Grindra karena ia terus membuat Grindra sakit hati.
"Mau kemana sih, buru-buru banget lo jalannya?" tanya Pitaloka karena Jingga yang berjalan buru-buru.
"Gue mau nyamperin Grindra," jawab Jingga. Pitaloka mensejajarkan langkahnya dengan Jingga.
"Gue nggak salah denger kan?" tanya Pitaloka.
"Gue nggak main-main,"
"Ngapain nyamperin Grindra?" tanya Pitaloka lagi dengan suara yang sedikit sinis yang membuat Jingga sedikit berjalan lebih pelan.
"Maksud lo?" tanya Jingga balik dan berhenti di tempatnya.
Pitaloka juga ikut berhenti. "Ngapain nyemperin Grindra? Lo ngerasa bersalah? Lo ngerasa Grindra sakit hati karena lo?" tanya Pitaloka yang sudah tidak bersahabat.
"Lo gila apa gimana?" tanya Pitaloka lagi dengan kekehan kecil.
"Sekarang Grindra udah nggak mau lagi liat muka lo. Grindra sekarang udah benci sama lo, dan lo terlambat menyadari kalau Grindra itu cinta sama lo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
GRINGGA
Novela JuvenilGrindra Samudra Atlanta, adalah siswa yang sangat Hiperaktif dan pakaiannya yang kelewatan rapi. Sejak Masa Orientasi Siswa ia bahkan belum mendapatkan teman di sekolah barunya, satu orang pun tidak mau berteman dengannya serta Aksi Bullying dari te...