32. JINGGA
Grindra keluar dari kelasnya dengan tergesa-gesa, ia sedang mencari seorang perempuan yang pernah berkata kepadanya bahwa kalau Grindra ingin bercerita dan sebagainya, bisa pergi menemuinya.
Grindra berjalan menuju kelas Jingga untuk menemui Jingga. Grindra kemudian berdiri di depan pintu kelas Jingga, tapi Grindra tidak melihat adanya Jingga disana, ia hanya melihat Pitaloka yang sedang duduk bersama teman-temannya.
"Pitaloka?" panggil Grindra. Pitaloka yang sedang mengobrol bersama teman-temannya pun langsung melihat ke arah Grindra dan bergegas untuk menemui Grindra.
"Ada apa, Grin?" tanya Pitaloka.
"Pitaloka liat Jingga nggak?" jawab dan tanya Grindra.
"Jingga baru aja keluar, katanya mau pergi ke toilet,"
"Oh ya udah, makasih ya, Pitaloka,"
"Sama-sama."
Grindra berharap segera bertemu dengan Jingga untuk membagikan ceritanya. Grindra tidak tahu lagi harus bercerita kepada siapa.
Grindra lebih baik menuju taman lama yang berada di belakang sekolah agar ia dapat menenangkan pikirannya, cuma taman belakang sekolah yang paling sepi karena dianggap berhantu oleh penghuni sekolah.
Grindra berjalan dengan lesu karena ia hari ini telah mendapatkan dua hal yang sangat menghancurkan perasaannya, pertama dari Sagara, kedua dari Sailendra.
Grindra berjalan dengan perlahan, ia hanya beberapa langkah lagi akan sampai di taman belakang sekolah yang sangat sepi.
"Jangan pergi dulu, gue mohon!"
Grindra mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, ia sangat mengenali suara itu.
"Lepasin gue!" bentak seorang siswi.
Grindra akhirnya secara perlahan untuk berjalan dan melihat siapa kedua orang itu. Grindra melihat Jingga dan Bintang disana. Bintang menahan agar Jingga tidak pergi dari penglihatannya. Jingga berdiri dengan badan yang menyentuh tembok karena Bintang yang sangat dekat di depannya dan memegang kedua tangan Jingga.
"Gue mau pergi!" bentak Jingga.
"Tunggu sebentar," balas Bintang.
"Gue tau lo marah sama gue," ungkap Bintang yang tidak diragukan lagi oleh Jingga.
"Tapi gue minta maaf sepenuh hati. Cuma lo perempuan yang terus menghantui pikiran gue," Jingga hanya terdiam sambil mendengarkan Bintang yang terus berbicara.
"Gue cuma butuh kepastian,"
"Kepastian apa lagi?" tanya Jingga.
"Gue mau lo jujur sama gue. Lo sebenernya cinta atau enggak sama gue?" tanya Bintang kepada Jingga. Jingga diam seperti batu di tempatnya.
"Gue cuma minta penjelasan, apa sebenarnya perasaan lo terhadap gue?" lanjut Bintang.
"Lo mau tau perasaan gue?" tanya Jingga yang kedengaran marah bercampur rasa sedih dan sakit. Bintang hanya diam menunggu jawaban dari Jingga. Dan Grindra menajamkan pendengarannya.
"Kenapa lo nggak bisa ngehargain perasaan gue?!"
"Kenapa lo diam-diam mainin perasaan gue?!"
"Kenapa lo berciuman di ruang osis sama perempuan itu?!"
"Lo nggak tau gimana perasaan gue waktu tau itu dari orang lain?!"
Dengan perasaan yang marah dan kecewa, Jingga menanyakan itu bertubi-tubi yang membuat Bintang tidak bisa menjawabnya secara sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRINGGA
Teen FictionGrindra Samudra Atlanta, adalah siswa yang sangat Hiperaktif dan pakaiannya yang kelewatan rapi. Sejak Masa Orientasi Siswa ia bahkan belum mendapatkan teman di sekolah barunya, satu orang pun tidak mau berteman dengannya serta Aksi Bullying dari te...