Twenty

11.8K 979 15
                                    

Agatha POV

"Kita cukupkan materi sampai disini dulu. Terimakasih." ucap gadis yang telah mengajari pelajaran tambahan untuk para murid kelas 12 IPS-1.

Ia mengambil beberapa buku yang berada di meja guru. Saat Alexa berjalan mengarah keluar kelas, cahaya dari senja menyambut wajahnya. Sangat menenangkan.

"Liatin apaan, Tha?" tanya Stella berada di samping. Berusaha mencari tau apa yang memikat perhatian gue.

"Bego! Jangan ngangetin!" ucap gue setengah teriak karena kaget lalu menatap kesal Stella. Berharap dia tidak sadar kalau gue baru saja menatap kagum Alexa.

Stella hanya tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memasukan sisa buku yang masih berada di atas mejanya.

"By the way, kita jadi jalan ke mall, kan?" tanya gue sembari melihat sekitar, hanya tersisa beberapa siswa yang masih berada di dalam kelas.

"Duh, maaf banget deh, Tha. Gue mendadak di ajak jalan sama gebetan hehe." Stella memperlihatkan senyum bodohnya, padahal tanpa perlu seperti itu ia sudah alami terlihat bodoh.

"Gue juga ngga bisa nih, Tha. Nanti malam gue harus ikut acara keluarga." ujar Qiara yang masih berkutat memasukkan buku-bukunya.

"Kita hari ini lagi ngga bisa. Besok aja ya. Eh, doi udah nunggu gue nih, bye guys. Jangan kangen." Stella keluar dari kelas dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Nah, karena udah sepi dan Stella udah pergi, gue mau tanya ke lo tentang Alexa." ucap Qiara sembari membalikkan tubuhnya menatap ke arah gue.

Oh god.. Help me.

•••

"Jadi, udah sejauh mana lo kenal Alexa?" tanya Qiara yang tengah duduk di atas meja miliknya.

"Yaa, udah lumayan kenal." ucap gue singkat. Berusaha tetap tenang.

Please Agatha, jangan gugup!

Ini mengingatkan gue beberapa hari lalu yaitu saat di interogasi oleh Om Leo. Peluh keringat membasahi telapak tangan dan kaki walaupun ruangan ini ber-AC.

"Bagus dong. Lo ngga lupa, kan, kalo niat lo deketin dia buat minta jawaban soal ujian?" Qiara menatap tajam seakan sedang mengintimidasi gue.

Gue berdeham agar menetralkan rasa gugup "Ya ngga mungkinlah. Dia itu cupu, aneh dan ngga jelas. Ngga mungkin gue deketin dia tanpa suatu alasan."

Maaf, Xa.

Suasana hening. Rasanya seperti ada biji salak yang menyangkut di tenggorokan. Kami enggan untuk membuka suara dan yang mendominasi suara hanyalah suara AC yang terdengar.

"Yaudah, supir gue udah sampai nih. Dah." Qiara yang terlebih dulu membuka suara setelah keheningan panjang yang terjadi.

Sebelum ia benar-benar keluar kelas, Qiara menghentikan langkahnya dan berbicara lagi. "Gue harap lo jujur, Agatha."

Flashback on.. (Chap 9)

"Sabar dong, jadi lo tau, kan, ngga mungkin Alexa mendadak di izinin buat ngajar kelas 12 kecuali dia udah di tes oleh pihak sekolah?" Bisik Qiara pelan.

Gue dan Stella mengangguk bersama. Benar juga, pasti dia telah di tes. Kenapa hal ini tak terpikirkan?

"Nah, karena kita kelas 12 dan pasti si tua botak itu ngga mungkin ajarin kita bertele-tele. Gue yakin yang diajarin oleh Alexa bakal ada di ujian, ya kan?" lanjut Qiara dengan nada yang serius.

Lagi-lagi kami hanya mengangguk saja. Mengikuti alur perkataan Qiara dan menunggu intinya.

"Berarti, dia ikut tes yang soal ujiannya sama dengan kita dong! Karena pasti pihak sekolah, tepatnya si botak tua itu bakal ngasih tau Alexa materi-materi yang akan keluar di soal." Qiara tersenyum bangga bisa terpikirkan ide brilian ini.

Killer Queen vs Cold Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang