Twenty Four

11.4K 934 49
                                    

Author POV

"Baiklah anak-anak jangan lupa untuk belajar lagi di rumah ya?" ucap guru yang mengajari pelajaran tambahan, menggantikan Alexa yaitu Bu Tika.

Tidak ada anak kelas 12 IPS-1 yang menjawab ataupun perduli perkataan guru itu. Mereka hanya sibuk membereskan bukunya dan pulang secepatnya.

Bukankah itu kebiasaan dari dulu?

Agatha masih sibuk melamun. Memikirkan pemandangan menjijikan beberapa hari lalu. Kantung matanya menandakan bahwa Agatha tidak bisa tidur dengan baik.

"Serius, beberapa hari ini lo kaya mayat hidup. Muka pucet dan mata panda lo, parah banget sih." komentar Stella.

Ia benar-benar khawatir dengan Agatha. Seperti zombie saja.

Stella cemas karena dari beberapa hari lalu Agatha seperti mayat hidup yang bangkit dari kuburannya dan bersekolah di sini. Hanya saja, mayat itu -Agatha- masih cantik walau begitu pucat.

Agatha hanya menghembuskan nafasnya dengan begitu berat. Ia tidak berminat membalas perkataan Stella.

"Iya, Tha. Kita, gue dan Stella bukan orang yang peka kaya Qiara." Aldo ikut menyahut.

Sayang sekali di saat Agatha seperti ini, Qiara sedang tidak berada di sini. Ia memiliki masalah keluarga dan harus keluar negeri untuk 2 minggu ke depan.

Stella mengangguk setuju dengan perkataan Aldo.

"Masalah cinta?" tebak Stella. Ia menaikan alisnya sebelah.

Agatha hanya menganggukkan kepalanya. Seolah ia sangat tidak bertenaga, walau hanya untuk menjawab.

"Jangan-jangan lo lagi ada masalah sama gebetan ya?" Stella memincingkan matanya.

Ia hanya kembali menganggukkan kepalanya.

"Dan kalian belum bicara tentang masalah ini?" lagi-lagi tebakan Stella tepat pada sasarannya.

Agatha menyipitkan matanya, curiga bahwa Stella tahu tentang hubungan dirinya dengan Alexa. "Kok lo tau?" tanyanya balik.

"Bukannya udah keliatan jelas ya?" tanya Stella sembari mengangkat kedua bahunya acuh. "Jadi bener tebakan gue?"

Agatha menghela nafas dan mengangguk. Terkadang Stella itu seperti Patrick yang ada di Spongebob. Kadang bodoh dan kadang pintar.

Ya, otaknya bekerja sesiapnya saja.
Kadang siap, kadang tidak.

"Gue punya beberapa tips buat lo." Stella tersenyum lebar.

Agatha menatap Stella dengan lesu. Ia akan mendengarkan saran yang akan di berikan oleh Stella walau tidak berharap lebih.

Kenapa? Karena otaknya Stella bahkan lebih kecil daripada udang. Agatha hanya bisa berdoa dan berharap bahwa suatu saat dengan kebaikan Tuhan, Stella akan di berikan otak yang lebih layak.

"Jadi..."

•••

"Nah, gimana? Bagus kan tips gue?" Stella menaik-turunkan alisnya.

"Iya, bagus. Thanks, Stel. Gue balik duluan ya? Bye!" Agatha buru-buru pulang. Ia harus tidur cukup agar mempersiapkan hari esok.

Hari nasional Agatha menyelamatkan percintaannya.

Mereka hanya memandang punggung Agatha yang menjauh. Aldo dan Stella masih duduk nyaman di kursinya. Sejujurnya, ada yang menganggu pikiran Aldo dari tadi.

Aldo memincingkan matanya ke arah Stella dan bertanya, "Lo serius dengan tips itu?"

"Kayaknya sih. Udah ah, gue mau balik." Stella berjalan pergi meninggalkan Aldo sendiri.

Killer Queen vs Cold Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang