33

8.6K 711 18
                                    

"Tau hal-hal yang mustahil? Kelinci berubah menjadi kerbau, angin berubah menjadi air dan aku dan kamu menjadi kita." - J/E

.

.

.

Author POV

"Tidak perlu." tukas Alexa dengan cepat.

Leo menghela nafas lelah. Ia berniat menemani anaknya —Alexa sudah ia anggap sebagai anak kandungnya— untuk ke makam Allard, tadinya. Tapi, Alexa menolak tawarannya mentah-mentah.

Alexa kembali melangkah menuju pintu berwarna cokelat itu, tapi ucapan dari Leo menghentikan langkahnya.

"Besok kamu akan bertunangan. Jadi bersiap-siaplah dan Om juga mengundang Agatha ke acara pertunanganmu!" seru Leo mendadak.

Alexa menoleh ke arah belakang, menatap Om-nya tidak percaya. Ia tidak pernah mendengar tentang acara pertunangannya sebelumnya. Ini gila!

Bahkan, dirinya sendiri tidak tau warna dress apa yang akan digunakan saat acara pertunangannya nanti. Alexa bisa berubah menjadi gila dalam waktu singkat!

Apakah Leo sudah berubah menjadi gila? Apakah semuanya sudah di atur dari awal? Alexa benar-benar tidak bisa memahami jalan berpikir Leo.

"Om kasih tau Agatha?" tanya Alexa dengan lirih, namun masih bisa terdengar di telinga Leo.

"Ya, semuanya." jawab Leo sembari memutuskan kontak mata dengan Alexa. Leo merasa bersalah ketika melihat manik mata Alexa yang memancarkan kesedihan itu.

Dengan sekuat tenaga Alexa kembali bertanya, "Untuk apa Agatha diundang?"

"Itu akan menjadi terakhir kalinya Agatha melihatmu sebagai seorang gadis. Sebelum akhirnya kamu akan menjadi istri seseorang nantinya." jelas Leo.

Alexa terpaku diam. Ia menuruti segalanya. Pernikahan, tidak menghubungi Agatha dan tidak bersekolah sampai ia resmi menikah dengan entahlah siapa namanya.

Apakah kurang? Apakah semua ini tidak cukup? Bagaimana perasaan Agatha saat ini? Gadis itu baik-baik saja? Tentu saja tidak!

"Tidak cukupkah?" lirih Alexa pelan. Bibirnya kembali bergetar, hatinya mencelos dan crystal bening berada di pelupuk matanya.

Leo membuka mulutnya, ingin berbicara, hanya suaranya tidak sanggup keluar dari bibirnya.

Alexa menghela nafasnya. Dadanya sesak. Oksigen di sekitarnya menipis seketika. Kakinya kembali melangkah di iringi dengan bodyguard yang mengikutinya.

•••

"Hai, Pa." sapanya lirih. Ia menoleh ke arah kanan, "Hai, Ma."

Dirinya tau, semua orang juga tau, bahwa mustahil batu nisan tak bernama itu akan menjawab sapaannya tadi.

Gundukan tanah dengan batu nisan tak bernama, disitulah tempat Allard dan Ellena berbaring.

Sedih bukan? Kematian kedua orangtuanya tidak bisa diberitahukan kepada publik karena itu mengancam Perusahaan Delard.

Bahkan keduanya di makamkan sangat jauh dari perkotaan. Nisan itu memang dengan sengaja tidak ada nama, agar tidak ada yang tau siapa yang terbaring di sana.

Killer Queen vs Cold Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang