Twenty Two

11.6K 948 7
                                    

Author POV

Langit pagi ini terlihat abu-abu. Seperti mengatakan bahwa dia juga ikut bersedih. Mungkin sebentar lagi ia akan membasahi bumi dengan tangisannya.

"Tha!" panggil Qiara melihat punggung Agatha yang berada tidak jauh darinya.

Agatha menoleh ke belakang. Ia melihat Qiara bersama dengan Stella melangkah cepat menuju dirinya.

"Akhirnya, lo bisa juga nyakitin Alexa. Jahat banget sih lo." tawa Stella dengan terbahak-bahak.

Iya, gue jahat.

"Nanti traktir gue ya, Tha?" Qiara juga ikut menyahut dengan senyum bahagia menghiasi wajahnya.

"Ya." ia hanya bisa menjawab dengan singkat.

Agatha berjalan menunduk, membiarkan beberapa helai rambut menutupi wajahnya yang murung. Berusaha menahan air mata yang memaksa ingin keluar saat ini juga.

Stella menoleh ke arah Agatha, ia sadar bahwa ada yang berbeda dari temannya hari ini. "Tha, kok lo murung sih?"

Agatha berdeham sebelum menjawab. Berusaha suaranya tidak terdengar serak seperti menahan tangisan. "Gue baik-baik aja."

"Tapi, kok lo-"

"Gue baik-baik aja, Stel." ulang Agatha sedikit jengkel. Apakah Stella tidak tahu bahwa sangat susah berbicara saat bibirnya tengah bergetar?

"Oke."

Stella menepuk jidatnya dan menutup matanya pelan. "Eh, gue kelupaan sesuatu dimobil. Gue ambil dulu ya? Bye."

"Qi, nanti temuin gue di rooftop pas pulang sekolah. Lo naik ke atas sendiri, tanpa ajak Stella." ucap Agatha memecahkan keheningan diantara keduanya.

Walau Qiara bingung ia hanya mengiyakan saja "Iya."

•••

"Jadi, ada apa suruh gue ke sini?" tanya Qiara to the point. Ia memang sudah penasaran daritadi pagi.

Agatha menghela nafas pelan sebelum mengangkat bicara. "Lo yang dorong, kan?"

Gadis yang di tanya hanya mengerjapkan matanya. Dia bingung maksud dari perkataan Agatha. "Maksud lo?"

"Lo tau gue mau peluk Alexa, kan?! Tapi, lo dorong dari belakang tangan gue dan membuat semua orang berpikir kalo gue dorong dia! Lo pikir gue ngga sadar?!" kemarahan Agatha benar-benar sudah berada di puncaknya.

Qiara menatap datar ke arah Agatha. Kini, ia paham alur dari pembicaraan ini. "Kalo iya, kenapa?" tanyanya balik.

"Lo mau apa sih?!" Agatha tidak pernah menyukai basa basi, khususnya jika ini menyangkut Alexa.

Qiara memandang senja yang begitu indah namun sering di hiraukan. Ia mendesah pelan. "Gimana rasanya ciuman sama dia?"

"A-apa maksud lo?" suara Agatha kali ini tidak meninggi seperti tadi. Ia juga tergagap menjawabnya.

"Waktu lo kabur dari rumah. Gue ada dipantai yang sama dan dihari yang sama. Gue liat lo berdua. Siapa yang ngga shock liat seorang Agatha dekat dan tersenyum tulus dengan mainan-nya?" Qiara terkekeh sembari mengingat hari itu.

Agatha masih terdiam. Membiarkan lawan bicaranya melanjutkan perkataannya.

"Gue akhirnya ngikutin lo dan Alexa sampai ke toilet. Jelas, gue ngga mungkin bisa lihat, tapi suara kalian terlalu jelas." lanjut Qiara.

Keheningan menerpa keduanya. Agatha dan Qiara sibuk dengan pikirannya masing-masing. Raganya diterpa oleh angin senja namun pikirannya berkelana.

"Lo ngga terima kalo gue suka dengan perempuan juga?" tanya Agatha serak. Sejujurnya ia masih belum siap dengan keadaan seperti ini.

Killer Queen vs Cold Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang