Four

19.8K 1.6K 31
                                    

Author POV

Tawa terlihat begitu mendominasi suara yang berada di kelas XII IPS -1. Murid kelas 12 yang berada di kelas itu menatap tajam kearah adek kelasnya.

"Guys, kalian boleh main ataupun pergi ke kantin sesuka kalian karena gue udah bayar guru abal-abal ini." teriak Agatha.

"YESSSS!!" teriakan anak kelas 12 begitu kompak dan senang.

Agatha berjalan mengarah ke mejanya. Ia tersenyum kemenangan, puas dengan semuanya. Seperti biasanya, tidak ada yang bisa melawan atau berani kepadanya.

Suasana kelas kembali hidup. Beberapa siswi berkumpul dimeja depan tengah sibuk membeberkan gosip yang sangat panas.

Sedangkan para siswa berkumpul dibelakang terbagi dua kelompok; satu, bermain game dan kedua, menonton video laknat yang juga mengeluarkan suara-suara aneh.

Gila masa sih dia hamil di luar nikah?

Anjir kok lo ga lindungin gue?!

Ah ga becus nih tank nya!

Tembak woyy tembak

Iyalah, btw gue udah beli tas yg harganya 175 juta itu dong

Make up nya si itu mah kan ketebelan haha

Dan masih banyak lagi ucapan yang keluar dari anak-anak kelas 12 ini. Suasana seketika bising, tidak memperdulikan Alexa yang termenung diam.

Seolah kehadirannya benar-benar dilupakan atau bahkan mereka tak sadar jika ada Alexa.

•••

Agatha POV

"Cieee sini my Queen hebat banget sih."
Ucap Stella sembari menepuk-nepuk pelan bangku yang berada persis disebelahnya.

"Tos dong my baby Queen." ajak Aldo sambil tertawa dengan satu tangannya yang terangkat bebas diatas.

Dan dengan cepat gue mengarah satu tangan ke arah tangan Aldo, kami high five lalu kembali tertawa puas.

Karena jika di lihat maka Al.. Entahlah siapa itu akan menyerah saat ini juga. Guru-guru sebelumnya juga menyerah, tapi rekor yang paling cepat berhenti adalah 2 hari.

Tapi ini hanya berapa jam?! Pasti seluruh murid akan semakin tunduk sama gue. Dan, nasib guru abal-abal ini akan hancur, juga ia pasti akan dibicarakan oleh murid-murid lainnya.

"Eh," perkataan Aldo membuat gue menoleh, "mau taruhan ga, Tha? Menurut gue, dalam hitungan ke tiga dia bakalan lari keluar kelas."

Gue menaikan alis, tertarik dengan taruhan yang tadi di bicarakan oleh Aldo. Ya, hitung-hitung untuk mainan.

"Fine, gue ikutan taruhannya. Andai lo berhasil, Do, gue bakalan traktir lo wine semahal dan sebanyak apapun itu."

Mata Aldo membesar, ia sangat tergiur dengan penawaran dari gue. "Serius lo ya? Yaudah.. Gue hitung sekarang ya."

"1...

2...

3..."

Dan, iya, gadis itu melangkah. Tapi alih-alih melangkah keluar kelas, ia berjalan mengarah ke meja guru dan mengambil spidol hitam disana.

"Tuh kan!" ucap Aldo antusias, tapi seketika redup saat gadis itu mengambil spidol yang berada diatas meja guru.

BRAK

"Tolong buka buku sejarah di halaman 176. Bagi yang tidak ingin mengikuti, saya akan meminta tolong kepada Pak Kepala Sekolah untuk memberitahukan orang tua kalian." katanya dengan nada dingin dan begitu lantang.

WHAT THE HECK?

Sudah diberi hati malah minta jantung? Dasar adek kelas tak tau di untung! Gue ga pernah sebaik ini. Memberikan uang juga kebebasan tanpa perlu di siksa? Itu adalah sesuatu kebaikan yang jarang terjadi.

Tapi gadis itu malah membentak dan ngancam? Dan, kebanyakan dari para siswa-sisiwi memilih untuk membuka buku —menurut kepadanya!

Gue menoleh ke arah Aldo dan mengulurkan tangan kearahnya, "Do, ada cash ga?"

"Ada, kenapa?"

"Lo ada berapa?"

"Satu juta."

"Yaudah, gue pinjam dulu. Nanti pulang sekolah bakalan gue ganti."

"Wait.. Nih Tha. Kalo butuh lebih bilang aja." kata Aldo santai.

Dengan cepat gue melangkah ke arahnya. Untuk pertama kalinya ada yang menolak kebaikan gue, untuk pertama kalinya ada yang berani melawan. Gadis sialan ini perlu di ajari untuk lebih sopan sama yang tua!

Dan dengan sekali lemparan..

PLAK

Gue melempar uang itu ke arah wajahnya. Tangan yang mengepal dengan kuat, mulut yang terkatup rapat dan emosi yang meluap-luap, melempar uang bahkan masih belum cukup untuk meredam emosi.

"Makan tuh!" kataku menggebu-gebu. Dada naik-turun dengan cepat.

Disaat uangnya jatuh, kami saling memandang, manik kami bertemu dan melembur menjadi satu. Tatapan yang ia berikan dingin dan tenang.

"Baiklah, saya akan mulai menulis dan kalian bisa mencatat nya." ucapnya sembari berjalan ke arah papan tulis dan mulai mencoret papan tulis dengan kata-kata.

Uang itu ia injak, seolah-olah ia tidak melihat uang sebanyak itu.

DIA BUKAN ANAK SI NENEK SIHIR ITU KAN?!

"Astaga, apa-apaan ini!" Teriak nenek sihir yang sering disebut wali kelas. Yaa.. Dia lebih cocok dipanggil dengan sebutan 'Nenek sihir'.

Matanya mengarah ke arah gue dan menajam, "Agatha, kamu bereskan atau saya laporkan kepada Mama kamu!" teriaknya.

Hanya Nenek sihir itu yang tau bahwa gue selalu ga bisa melawan jika Mama sudah disebut-sebut. Dan, karena si anak Nenek sihir ini, akhirnya semua anak kelas tau kalo kelemahan gue adalah Mama!

"Kenapa diam saja? Kamu ga mau? Baiklah, saya akan menelepon Mama kamu saat ini juga." Nenek sihir itu mengeluarkan handphonenya

"Mm... IYA BU! INI SAYA LAKUIN!" teriakku, ada rasa tidak terima.

"Yaudah beresin, SEKARANG!" ucapnya penuh dengan penekanan.

Besok pasti akan jadi topik yang hangat bahwa seorang AGATHA AILEEN RAVINDRA memunggut uang dibawah adek kelasnya!

Tunggu pembalasan gue!

•••
Ciee nunggu ya? 😂
Jangan nunggu apalagi berharap, engga baik. Berharap yang tak pasti memang tak baik namun yang tak baik selalu menyenangkan 😂

#Authorgaje

Killer Queen vs Cold Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang