"Assalamualaikum tante,"
"Waalaikumsalam, haduh udah pada sibuk banget ya? Jadi jarang banget main kesini?" kata Bunda Rama dengan ramah.
"Hehe, habisnya kita akhir-akhir ini latihan di rumah Guntur tante, soalnya nyoba alat band baru," kata Ivan sambil menyalami Lana.
"Ya tapi jangan lupa juga main kesini dong, tante tuh jadi kesepian. Sampe-sampe kue yang tante buat nggak ada yang habisin."
"Siap tante, besok-besok kita bakalan sering main kesini," kali ini Guntur yang berbasa-basi.
"Lo pada keatas duluan ya. Gue bawain makannya." Rama menyuruh temannya untuk segera ke ruang musik milik keluarga Keenanta di lantai 2.
"Bun, Shinta dikamar kan?" tanya Rama selepas kepergian teman-temannya.
"Iya kok, dari tadi di atas. Katanya sih tadi mau tidur, terus Bunda diminta nyampein supaya kamu gausah bangunin dia buat olah raga, soalnya lagi capek katanya."
"Oh gitu, oke Bun. Rama keatas dulu ya," kata Rama sambil mengecup pipi Lana sekilas.
Rama segera naik keatas dan menuju ruang musik di dekat kamarnya. Sebelum menuju ruang musik ia ingin ke kamarnya untuk mengganti baju. Tapi saat di depan pintu ia mengurungkan niatnya karena takut akan membangunkan Shinta ketika ia membuka pintunya. Akhirnya Rama memilih langsung menuju ruang musik.
"Sebenernya kita itu kenapa sih?" pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Guntur saat Rama sudah memasuki ruangan
Inilah basecamp mereka. Rumah Rama yang dilengkapi dengan studio band yang membuat mereka sering latihan disini. Selain itu rumah Rama berjarak hanya 2 km dari rumah Barra, Papa Shinta sekaligus produser mereka.
"Gue bener-bener nggak tau apa yang terjadi pada kalian bertiga malem itu di Pallas. Tapi ini harus segera dikelarin."
Damas mendongakkan kepalanya, "kita nggak sengaja ngelakuin sesuatu yang hal bodoh."
Guntur masih menunggu kelanjutannya.
"Gue sama Ivan nggak sengaja merkosa anak orang," kata-kata itu lolos dari mulut Rama tanpa ada halangan.
Guntur tercekat mendengarnya. Bukan seorang Rama Januar Keenanta jika ia sudah memerekosa seorang gadis. Rama tidak akan pernah melakukannya, "kapan kejadiannya?"
"Habis kita dari Pallas itu,"
"Dimana?"
"Di rumah Ivan,"
"Berapa cewe yang lo perkosa,"
"Satu,"
"Satu?" Guntur kembali bertanya karena bingung. "Lo berdua merkosa satu orang cewek? Di waktu yang sama?"
"Engga gitu juga sih, Tur. Lebih tepatnya Rama dulu baru gue," ujar Ivan.
"Okay," Guntur menyimpan jawaban yang ada. Karena ia tau masih ada hal lainnya. "Terus lo ngapain Dam?"
"Gue habis make..."
Guntur memegangi kepalanya dan memijatnya perlahan. Tidak menyangka ketiga temannya bisa melakukan sesuatu hal sebodoh ini.
"Lo ngerti ngga ini semua harus diberesin sebelum Om Barra tau?"
Guntur adalah orang yang paling tidak pernah membuat masalah dalam Band ini. Sebenarnya Rama dulu juga sama. Namun, setelah ditinggal Abby sifatnya berubah 180° menjadi orang lain. Damas dan Ivanpun biasanya hanya minum-minum. Masalah paling berat mereka mungkin terlibat koflik dan adu fisik dengan orang lain. Guntur tidak habis pikir ketiga temannya bisa melakukan hal segila ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance of Chance (END)
Teen Fiction[Only Teenager] Mungkin pergi dari Rama hanyalah pilihan terbaik yang Shinta punya saat ini. Saat tali persahabatan mengikat keduanya begitu erat. Mungkin memutuskan hubungan adalah satu - satunya jalan supaya mereka dapat bersama lagi nanti. Update...