C13 - She's Been Hurt

88 7 0
                                    

Sebelum mereka pergi untuk istirahat, ada pertengkaran kecil antara Rama dan Shinta yang membuat Arra menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya mereka bisa bertengkar untuk masalah sesepele itu. Rama tetap pada pendiriaannya yang tidak ingin tidur sendiri dan tidak ingin tidur di kamar tamu, sedangkan Shinta tetap pada pendiriannya untuk tidur bersama Arra. Pertengkaran itu menuai jalan tengan dengan Rama tidur sendiri tapi di kamar Shinta. Sedangkan, Shinta tidur di kamar tamu bersama Arra.

"Jadi, selama ini lo tidur se-ranjang sama Rama?" tanya Arra yang sudah merebahkan tubuhnya di sebelah Shinta.

"Yee, gue dari bayi juga udah se box bayi sama Rama kalik, Ra!"

"Ya, tapi kan lo pada udah tumbuh menjadi pria dan wanita dewasa gitu. Emang gapernah gitu sampe terjadi sesuatu?"

Shinta mendelik menatap Arra tak percaya, "Rama sayang sama gue kalik, Ra! Mana mungkin dia di tengah malem macem-macem ke gue!"

"Ya siapa tau gitu, khilaf!"

Shinta memilih diam saja dan tidak membalas perkataan Arra, ia sangat mengantuk dan membutuhkan istirahat, begitu pula dengan Arra. Mereka berdua terlelap begitu saja setelah kurang lebih 5 menit tidak ada percakapan antara keduanya. Hari yang mereka jalani sampai malam ini begitu berat, sehingga sudah wajar kalau mereka bisa tertidur dengan begitu lelapnya.

Arra sangat panik saat Shinta mulai berteriak dalam tidurnya, gadis itu mencoba membangunkan Shinta tetapi ia masih saja berteriak. Arra mulai menangis dan panik ketika ia tidak bisa membangunkan Shinta, seketika pintunya dibuka oleh seorang lelaki. Rama yang mendengar teriakan itu langsung mengabur ke arah datangnya suara. Dia terlihat sangat kaget saat melihat Shinta terus berteriak dan mulai menangis di dalam tidurnya. Rama mencoba membangunkan Shinta dengan menepuk-nepuk pipinya tetapi gadis itu tetap saja tidak membuka matanya. Sampai saat teriakan itu berhenti dan Shinta terduduk dengan nafas yang tersengal.

"Ra, tolong ambilin minum di bawah dong."

Tangan Shinta bergemetar, giginya bergemelatuk, ia memeluk dirinya sendiri, sambil menundukkan kepalanya. Baru kali ini Rama melihat Shinta seperti ini, kemudian ia memeluk gadis itu dan menepuk-nepuk punggungnya, "Breath Shin, breath!"

Tubuh gadis itu tetap bergetar, "ada gue disini."

Rama terus menepuk-nepuk punggung Shinta sampai gadis itu mulai dapat bernafas dengan ritme yang teratur, Rama melepaskan pelukannya, kemudian memberikan air yang dibawa oleh Arra. Shinta menegak minuman itu hingga tersisa setengah gelas.

"Ram tolong dong ambilin obat di kamar gue dong, di laci kanan sebelahnya ranjang, yang wadahnya kuning,"

Rama segera bergegas menuju kamar Shinta dan membuka laci yang dimaksud, Rama tercekat kala melihat berbagai jenis obat yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Kemudian ia mengambil obat yang di maksud Shinta dan segera kembali menuju kamar tamu.

"Nih,"

Shinta mengambil 2 butir obat dan meneguknya menggunakan sisa air tadi. Kemudian ia kembali berbaring sambil bergelung.

"Lo nggak papa?"

"Engga papa Ram, gue mau tidur lagi aja."

Shinta segera memejamkan matanya, terlihat bahwa gadis itu tidak ingin membahasnya saat ini. Rama dan Arra yang sempat panik saling bertatap-tatapan, mereka berdua sama-sama kebingungan tetapi memilih untuk diam saja dan kembali tidur.

Saat sinar matahari pagi menembus melalui celah gorden, Arra bangun dan bangkit berdiri untuk mengambil minum. Ia dan keluarga kecilnya selalu mempunyai kebiasaan ini, yaitu minum segelas air setelah bangun tidur. Arra masih mengusap matanya saat berjalan menuruni tangga menuju dapur.

Distance of Chance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang