C2 - Pertengkaran Pertama

155 11 0
                                    

Pukul 01.36, kala Shinta mengerjap membuka matanya perlahan. Kerongkongannya sangat kering dan dia membutuhkan sesuatu untuk diminum sekarang. Gadis itu bangun terduduk pada tepian ranjang, menunggu nyawanya untuk berkumpul seluruhnya, lalu berjalan menuju dapur yang ada di lantai satu. Shinta mengambil gelas dan mengambil minuman pada dispenser yang ada di sebelah kulkas. Rasanya terasa begitu lega saat air dingin mengalir melewati kerongkongannya. Shinta menaruh gelasnya pada meja dan mengambil kudapan yang ada di dalam kulkas, ada pudding coklat sisa acara ulang tahunnya kemarin malam. Shinta membawa pudding yang tidak diberi vla tersebut kedepan TV. Shinta mengambil remot dan menyalakan TV ketika ia menyadari bahwa pintu rumahnya tidak tertutup sempurna. Shinta sangatlah yakin bahwa dia sudah menutup pintu itu sebelum tidur. Apakah mungkin ada seseorang yang diam-diam masuk kedalam rumahnya dengan cara membobol pintu itu? Tapi hal tersebut sepertinya tidak mungkin, mengingat komplek tempat tinggal Shinta dijaga ketat oleh satpam sekitar. Bahkan untuk akses keluar masuk saja harus menggunakan kartu atau untuk pengunjung biasa diharuskan menyerahkan KTP.

Shinta terdiam dan menahan nafasnya. Menimbang-nimbang tentang apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Kalau saja kedua orang tuanya berada di rumah saat ini, mungkin Shinta sudah akan lari dengan sangat kencang menuju kamar orang tuanya. Sayang sekali setelah merayakan ulang tahunnya kemarin, kedua orang tuanya siang tadi harus segera pergi ke luar negeri untuk world tour terakhir Mamanya. Sialnya hari ini Mbak Mega, asisten rumah tangga Shinta, sedang pergi menginap di rumah sakit karena tiba – tiba saja pamannya pingsan dan harus di rawat inap. Ada satu orang di situasi seperti ini yang biasanya selalu menemani Shinta, yaitu Rama. Sayang sekali hari ini Rama terlalu sibuk menunggu mantan kekasihnya di bandara yang tiba-tiba pergi meninggalkannya satu tahun yang lalu.

Shinta bangkit berdiri dengan tekad yang teguh dan bulat. Dia menyingkirkan segala rasa takutnya. Shinta berjalan perlahan menuju pintu balkon, tidak lupa dia mengambil tongkat golf milik papanya dan pepper spray yang dibuatkan Rama untuknya 3 hari lalu. Jantung Shinta berdegup sangat kencang saat dia perlahan membuka pintunya dan berjalan selangkah demi langkah menuju pintu depan rumah. Shinta sudah sangat siap dengan senjata seadanya saat melihat seseorang berpostur tubuh laki-laki dari arah kanan menghampirinya. Shinta nyaris saja menangis seperti orang bodoh sebelum menyadari bau parfume yang sangat khas ini.

"RAMA?!" Shinta menjerit diantara ketakutannya.

"Ugh!" Laki-laki itu setengah bergumam dan berjalan gontai menghampiri Shinta. "Dia nggak disana," lanjutnya sembari tertawa seperti orang mabuk yang gila.

"Lo mabuk?" tanya Shinta saat Rama mulai kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh.

Rama berdiri tegak dan menatap Shinta. Dia menghela nafasnya sangat dalam. "Gue bobo sini boleh ya? Gue lagi sedih sama kesepian. Cuman elo yang gue punya," ujar Rama lalu memeluk Shinta. Rama memang sering menginap dirumah Shinta. Bisa dibilang rumah Shinta adalah rumah kedua bagi Rama dan rumah Rama adalah rumah kedua bagi Shinta. Rama selalu dididik untuk menjaga Shinta layaknya keluarga sendiri sejak kecil, begitupula dengan Shinta. Walaupun mereka sering bermalam bersama tetapi mereka mengerti batasnya masing-masing. Rama melihat Shinta seperti adiknya sendiri yang harus ia jaga dari lelaki brengsek yang akan menyakitinya. Rama melihat Shinta seperti sahabat terdekat yang bisa ia jadikan brankas penyimpan rahasia. Terkadang Rama juga melihat Shinta sebagai seorang gadis yang harus ia jaga kehormatannya. Batasan - batasan itu yang membuat Rama tetap setia menjaga Shinta dari lelaki manapun, termasuk dirinya.

"Hussshh," Shinta menepuk punggung Rama pelan. "Easy. I got you."

Rama melepaskan pelukannya dan menatap Shinta kembali. "Shin?"

"Ya?"

"Gue mau pingsan."

"Sekarang?"

Brukkk...

Distance of Chance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang