C9 - The Hidden Truth

81 7 0
                                    

"Seminggu yang lalu gue loh yang jemput lo di Pallas," Shinta mulai membuka suaranya lagi. Saat ini Rama sedang membalut cederanya dengan plester.

Rama diam tidak menjawab, dia tau Shinta akan mengulik topik ini. Kali pertama Rama melihat Shinta di balik kain besar yang disingkap oleh Ivan, dia tidak khawatir jika Shinta bertemu dengan Kaleidoscope, dia bisa saja dengan mudahnya mengenalkan Shinta sebagai anak Barra yang disembunyikan. Rama khawatir karena Shinta mendengar pembicaraan yang seharusnya tidak ia dengar. Rama tidak ingin Shinta mengetahui hal itu dan menjauhinya.

"Apa waktu itu kejadiannya?"

Rama duduk di depan Shinta dan menatap gadis itu lekat-lekat. Rama menggenggam tangan Shinta tetapi gadis itu menghindarinya. Rama mendengus melihat hal itu. Tentu saja! Siapa yang mau dipegang oleh lelaki brengsek sepertinya.

"Jawab pertanyaan gue Ram," suara Shinta meninggi. Dia tidak menyangka Rama bisa memperlakukan seorang wanita seperti itu.

"Gue bakal cerita semuanya, tapi bisa ngga lo dengerin gue sampe akhir?" tanya Rama kepada Shinta.

"Okay," Shinta mencoba menenangkan dirinya. Dia tidak ingin ditengah-tengah memotong ucapan Rama karena dia terlalu emosi.

"Lo mau tau ngga, kenapa gue ngga pernah ngenalin lo ke Abby?" Rama menarik nafas dalam sebelum melanjutkannya, "karena gue ngga mau Abby ngeliat seberapa sayangnya gue ke elo, gue takut dia cemburu, dan akhirnya membuat gue harus memilih antara elo atau dia."

"Daniel adalah satu-satunya orang yang tau gimana perasaan gue ke elo dan gimana perasaan gue ke Abby, that's why Daniel berarti banget buat gue. Dia selalu disana dengerin keluh kesah gue tentang dua cewek yang sama-sama gue sayang."

Saat nama itu disebut, seluruh tubuh Shinta meremang. Apakah Rama akan menceritakan akar permasalahan Daniel meninggal?

"Gue percayain lo ke Daniel karena gue nggak mau lo merasa kesepian. Gue sadar kalau gue nggak bisa selalu ada buat lo, pasti ada saat-saat dimana gue nggak ada karena gue lagi nemenin Abby, dan gue bener-bener percayain lo ke Daniel karena gue tau he's a good man."

Shinta memejamkan matanya, merasakan sesuatu menghantam dadanya. Apakah pertemanannya dengan Daniel hanya sebatas karena ia diminta Rama untuk menemaninya?

"Gue cinta sama Abby, Shin. Banyak hal yang gue laluin sama dia. Dia terus ada disana sejak awal gue gapunya apa-apa sampe jadi artis segede sekarang. Dia terus support gue ngelewatin banyak stage mulai dari ke-insecure-an sampe ke-labil-an gue untuk milih stay sama kaleidoscope atau memutuskan untuk solo karier. Dia terus ada disana, nunggu gue untuk turun dari panggung, dan selalu menyambut gue dengan tatapan yang bilang kalau dia bangga sama gue."

Shinta menatap Rama dengan tatapan tak percaya. Apakah selama ini Rama mengira bahwa ia, Bunda, dan Papa tidak pernah mendukungnya? Tidak pernah bangga?

"Waktu Daniel mulai dibully di SMARA, Abby udah memperingatkan gue untuk segera lapor. Tapi nggak gue lakuin karena Daniel terus maksa gue untuk tutup mulut. Daniel waktu itu mikir mending dia yang dapet pukulan daripada beasiswa puluhan orang harus dicabut gara-gara aliran dana berhenti."

Shinta tersenyum miris. Bahkan apa yang dipikirkan Shinta sama dengan apa yang dipikirkan Daniel waktu itu.

"Hari-hari sebelum Daniel meninggal Abby nekat nemuin Ayah dan ngelaporin segalanya. Dia bawa segala bukti yang ada dan ngancem bakal ngelaporin itu ke polisi kalau Ayah nggak ngelakuin apapun. Ayah yang tau Daniel dipukulin sampe kayak gitu langsung bertindak dengan take down semua pelaku. Termasuk Moses, anak penyumbang kedelapan waktu itu."

Distance of Chance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang