"Lo tau nggak kejadian di kantin kelas 12 sekarang? Shinta lagi duduk di depan Bokapnya Rama!"
"Anjir, SUMPAH?"
"IYA! Dan bahkan mereka kelihatan se-akrab itu!"
"Emang hubungan Rama Shinta seserius itu ya? Gue kira Shinta cuman pelampiasannya Rama dari Abby."
"Gue juga ngiranya gitu!"
"Anjir sumpah gue nggak nyangka Shinta bisa se-gila itu. Sampe udah bisa naklukin hati Bokapnya Rama."
"Terus yang WOW lagi, tadi gue sempet dikabarin dari anak kelas 12, katanya Rama sempet physical contact gitu sama Shinta. Jadi kalau engga salah kan Shinta lagi sakit, terus Rama megang dahinya ngecek suhu badannya gitu."
"Anjir SUMPAH!?"
"IYAAA, gue denger dari anak kelas 12 gitu! Bayangin dong mereka berani physical contact di depan Bokapnya?"
"Apa jangan-jangan sebenernya mereka udah lama pacaran, cuman disembunyiin gitu ya?"
"Wah bisa jadi sih! Lagian Rama putus dari Abby kan udah setahunan kan."
"Lo ngomong apa?" Ellen yang sedari tadi mendengarkan omongan 3 gadis dari bangkunya kemudian bereaksi saat mendengar hal-hal tidak masuk akal itu. "Shinta sama Rama kenapa?"
Salah satu dari 3 gadis tadi melihat Ellen dengan tatapan iba. Satu SMARA juga tau kalau Ellen sudah menyukai Rama sejak jaman MOS, bahkan ketika ia tau bahwa Rama berpacaran dengan Abby-pun gadis itu tidak goyah dan terus berjuang untuk mendapatkan Rama, "mending kalau lo mau klarifikasi, langsung ke kantin kelas 12 aja deh. Lo lihat sendiri!"
"Bukan cuman lo yang naik darah kok, Sherlyn juga ada disana dan tadi gue dikabarin kalau dia udah mencak-mencak di kelas."
"Gue nggak nyangka Shinta seberani itu!" gadis yang lain menanggapi.
"Dia bener-bener udah nggak punya rasa takut semenjak seluruh SMARA tau dia pacaran sama Rama. Apalagi semenjak dia jadi artis." Gadis yang lain lagi menambahi. Sepertinya mereka sengaja untuk membuat Ellen semakin panas.
Ellen segera bergegas untuk berlari menuju kantin kelas 12. Ia ingin membuktikan sendiri bahwa omongan ketiga teman sekelasnya tadi cuman omong kosong belaka. Tidak perlu sampai di kantin kelas 12, langkahnya terhenti kala melihat Rama dan Shinta berjalan beriringan bersama founder SMARA. Gadis itu sedang berada di tengah-tengah Rama dan Ayahnya. Disana ia melihat Ayah Rama sedang menertawai lelucon yang dilemparkan oleh Shinta. Ellen juga melihat bagaimana Rama membawakan tas Shinta di pundaknya. Ellen juga melihat bahwa pandangan Rama tertuju hangat kepada Shinta. Bahkan Ellen mengetahui bahwa Rama tidak pernah menatap Abby dengan cara seperti itu. Saat bersama Abby, Rama menatap seolah-olah ia benar-benar menginginkan gadis itu. Tetapi saat bersama Shinta, tatapan Rama seolah-olah ingin melindungi gadis itu dari apapun.
Ellen mengikuti ketiganya dari belakang. Dahi Ellen mengernyit saat Rama menahan tangan Shinta di depan Ayahnya saat gadis itu akan memasuki mobil Ayahnya. Sepertinya Rama mengucapkan beberapa hal yang serius, raut gadis itu berubah-ubah dari mencoba memproses penjelasan Rama, menganggung-anggukkan kepalanya, dan akhirnya tersenyum seperti gadis itu memahami penjelasan Rama. Ellen membelalakkan matanya kala melihat tiba-tiba Shinta merantangkan tangan dan memeluk Rama di depan Ayahnya. Ellen juga bingung mengapa Shinta menaiki mobil founder SMARA itu. Mengapa mereka pergi bersama di saat jam pelajaran seperti ini? Apa hubungan mereka benar-benar sudah sedekat itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance of Chance (END)
Teen Fiction[Only Teenager] Mungkin pergi dari Rama hanyalah pilihan terbaik yang Shinta punya saat ini. Saat tali persahabatan mengikat keduanya begitu erat. Mungkin memutuskan hubungan adalah satu - satunya jalan supaya mereka dapat bersama lagi nanti. Update...