Setelah kabar mengenai persidangan tingkat sekolah khasus Shinta digelar, seluruh anak kelas 10 dan kelas 11 yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kelas 11 menyuarakan protesnya dengan cara berkumpul di lapangan dan menyanyikan lagu-lagu yang pernah dinyanyikan oleh Shinta di acara-acara sebelumnya. Beberapa anak kelas 12 yang juga terlihat untuk membantu, bahkan Guntur dan Damas juga ikut turut serta untuk membantu mengiringi musik saat mereka berdemo.
"Na! Please, Na!" saat ini Shinta sedang berada di kelas dengan Hanna dan Arra, sebelum melanjutkan persidangannya lagi. "Lo harus bubarin mereka. Sebelum jadi chaos dan gue udah sejauh ini untuk ngalah dan ngelobby Sherlyn pribadi untuk engga mulai perbullyan lagi!"
"Ini diluar kontrol gue, Shin!" kata Hanna. "Lo tau gerakan yang murni gue buat udah pecah jadi mereka yang sekarang gila banget 3 hari engga ikutan kelas cuman demi elo!"
"SHINTA!" Shinta menoleh saat namanya di panggil oleh Pak Gandhi. Shinta melihat jam saat menunjukan pukul 8. Saatnya siding terakhir dimulai. "Ayo! Kamu udah ditunggu sama Pak Gading."
Shinta membelalakkan matanya saat nama Gading disebut, ia tidak tau bahwa sidang hari ini dipimpin oleh Ayah. Sudah selama dua minggu sejak sidang ini berjalan, Shinta mati-matian mengunci diri di kamar. Ia hanya mau dijenguk oleh Anna dan selama itupun ia masih belum mau menjawab pertanyaan Anna mengenai keterlibatannya dengan pemutusan kontrak Keenanta. Sudah selama satu minggu itu juga keadaan Shinta tidak baik. Ia jatuh sakit dihari ketiga begitu tidak melihat Rama sama sekali. Laki-laki itu benar-benar marah dan tidak menjenguknya sama sekali. Bahkan, Lanna saja masih menyempatkan diri untuk menjenguknya tepat setelah keluar dari rumah sakit.
"Lo yakin? Lo bisa sidang akhir hari ini?" tanya Arra yang melihat raut pucat di wajah Shinta. "Nggak mau diundur aja?"
"Lebih cepat lebih baik!" Shinta tidak mempedulikan kondisi tubuhnya karena setelah inipun ia harus membiasakan diri untuk tidak bertemu Rama dan ia harus kuat secara mental maupun fisik.
Shinta kemudian bergegas mengikuti Pak Gandhi menuju ruang sidang. Kepalanya sangat pusing dan ia merasa tubuhnya sangat lemas. Ia terus-menerus minum air sebanyak-banyaknya agar tubuhnya tidak kekurangan cairan dan pingsan ditengah-tengah sidang.
Shinta membuka pintu dan matanya langsung menangkap mata Gading. Ayah terlihat lelah, dibawah matanya terdapat lingkaran hitam yang menandakan tidur pria itu tidak baik. Ayah juga terlihat banyak pikiran. Bahkan Ayah terlihat berantakan karena belum bercukur dalam waktu yang cukup lama. Gading tersenyum kepada Shinta setelah tidak melihat anaknya yang satu itu selama 2 minggu. Shintapun membalas senyuman Gading dan kemudian duduk di kursi sidang. Disana sudah ada Sherlyn sebagai penuntut dan beberapa orang yang ditunjuk sebagai saksi.
Semua saksi yang didatangkan oleh pihak Sherlyn dan sekolah merupakan saksi yang sudah di suap oleh Shinta untuk mengatakan kebohongan tentang kenyataan bahwa gerakan bawah tanah kelas 11 dikepalai dan dicetus oleh Hanna. Shinta benar-benar menekankan para saksi untuk hanya menyebut nama Shinta sebagai martir dan bergerak atas kemauan mereka sendiri. Shinta juga berkomplot dengan Sherlyn untuk membujuk saksi yang dibawa oleh Sherlyn agar menempatkan semua kesalahan pada Shinta dan tidak mengusik nama Sherlyn sama sekali, agar masalah ini tidak lari ke orang tua Sherlyn.
"Jadi, kamu menerima segala tuduhan dan menerima semua konsekuensi yang ada?" pertanyaan itu diajukan oleh Gading.
Shinta mengangguk dan menjawab dengan mantap, "iya, saya menerima segala konsekuensi yang ada!"
Gading menghela nafasnya saat mendengar anaknya itu tetap bersikeras bersalah, walaupun bukti yang di Barra cukup kuat untuk menyatakan gadis itu tidak bersalah jika Shinta bisa bekerja sama. Gading juga sudah memilih saksi-saksi yang mungkin bisa membantu Shinta di akhir sidang ini untuk dimintai keterangan, namun anehnya saksi itu berkata hal-hal yang terus memojokkan Shinta. Kemunculan Gading di akhir sidang adalah untuk memicu Shinta, agar gadis itu mengingat bahwa ada keluarga yang akan selalu membelanya, disaat Shinta membutuhkan mereka seperti ini. Namun, Gading masih juga tidak mengerti mengapa Shinta malah menerima semua tuduhan yang ada dengan sukarela. Apa benar satu-satunya alasan Shinta adalah untuk memotong kontrak dengan Keenanta adalah ingin lari sejauh-jauhnya dari Rama, sehingga gadis itu menerima segala tuntutan agar ia bisa dikeluarkan dari sekolah?

KAMU SEDANG MEMBACA
Distance of Chance (END)
Novela Juvenil[Only Teenager] Mungkin pergi dari Rama hanyalah pilihan terbaik yang Shinta punya saat ini. Saat tali persahabatan mengikat keduanya begitu erat. Mungkin memutuskan hubungan adalah satu - satunya jalan supaya mereka dapat bersama lagi nanti. Update...