"Apa ini?"
Saat Shinta sedang menyandarkan badannya tenang di taman belakang, tiba-tiba Barra melempar sebuah amplop putih dengan logo SMARA didepannya. Shinta tidak tau isi amplop itu, tapi sepertinya isi amplop itu tidaklah baik, melihat raut muka Barra yang terlihat marah saat ini.
"Kamu dapet surat pemanggilan!"
Shinta membelalakan matanya terkaget, kenapa ia bisa sampai dapat surat pemanggilan saat ia tidak melakukan apapun? Shinta segera membuka amplop dan benar saja, dirinya disuruh datang untuk ke sekolah besok menghadap pengadilan sekolah. Apakah Gading tidak mengerti hal ini? Mengapa surat peringatan ini datang terlebih dahulu dibanding kedua orang tua itu berbicara terlebih dahulu?
"Ini Shinta salah apa deh?" tanya Shinta yang masih matanya terpaku kepada surat itu.
"Kamu habis berantem sama Sherlyn kan?"
Shinta mengernyitkan dahinya dan menatap Barra, ia harus hati-hati dalam menjawab. Shinta tidak tau perkelahian mana yang saat ini dipermasalahkan Barra, karena sudah banyak perkelahian yang ia lewati saat membela diri dari Sherlyn.
"Tapi, itu murni karena Shinta ngebela diri, Pa!"
"Jadi, bener selama ini kamu dibully, tapi kamu diem-diem aja dan nggak ngadu ke Papa atau Gading?"
Barra melemparkan satu amplop lagi, kali ini amplopnya lebih besar dari amplop putih tadi. Saat Shinta melihatnya betapa terkejutnya dia, saat melihat seluruh track record history dari akses Barra yang selama ini ia pakai. Bahkan ada beberapa foto saat Sherlyn terang-terangan membullynya.
"Dari mana Papa dapet foto-foto ini?" Shinta menatap Barra dengan wajah kalut. Jika Barra sudah membaca isi amplop ini, berarti laki-laki itu sudah mengetahui segala hal yang Shinta sembunyikan selama ini.
"Nggak penting darimana Papa dapet foto-foto ini, tapi kamu harus jelasin semua, apa yang udah kamu sembunyiin selama ini? Apa cuman ini? Apa ada yang lain? Dan kenapa kamu nyembunyiin ini semua dari Papa sama Mama?"
"Ayah belum tau masalah ini kan?" tanya Shinta kepada Barra dengan sangat hati-hati. "Shinta asumsiin Ayah, Bunda, sama Rama nggak tau kan masalah pemanggilan dan track record history ini?"
"Ceritain semuanya ke Papa, Shin!"
Shinta mengela nafasnya, nasi sudah menjadi bubur. Barra sudah mengetahui semuanya, ia berharap bahwa Barra dapat bekerja sama untuk terus menutupi kasus ini dari Gading, Lanna, dan Rama. Shinta menceritakan dari awal kali pertama ia membela Arra sampai kemudian ia harus melewati masa-masa perbullyan dari Sherlyn, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengekspos dirinya dan menjadi pacar Rama, dan yang paling akhir ketika ia membela Abby.
Shinta juga menceritakan bagian yang selama ini ia sembunyikan dari Rama. Bagian dimana ia sudah tau seberapa banyak kekayaan keluarga Sherlyn dan Vando yang berpengaruh langsung ke SMARA secara detail. Bagian yang membuat sampai kapanpun Shinta akan memilih tutup mulut dibanding mengungkap fakta pembullyan yang ada.
"Jadi kamu ngebiarin digebukin cuman biar Sherlyn nggak mencabut semua sumbangan yang ada di SMARA?" tanya Barra geram. "Papa nggak bisa biarin ini terjadi, Shin! Papa bakal bilang Gading dan nyuruh dia untuk nindak ini dengan tegas."
"Come on, Pa!" kata Shinta sambil menahan tangan Barra saat laki-laki itu akan mengambil ponsel. "Papa bisa lihat sendiri seberapa banyak anak perusahaan Sherlyn sama Vando yang ada di SMARA di amplop coklat ini!"
Barra terdiam, ia tidak bisa menyangkal perkataan anaknya itu. Ia tidak menyangka bahwa anak gadis kecil yang selalu ia lindungi sekarang menjadikan tubuhnya sebagai samsak untuk melindungi orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance of Chance (END)
Genç Kurgu[Only Teenager] Mungkin pergi dari Rama hanyalah pilihan terbaik yang Shinta punya saat ini. Saat tali persahabatan mengikat keduanya begitu erat. Mungkin memutuskan hubungan adalah satu - satunya jalan supaya mereka dapat bersama lagi nanti. Update...