C38 - Why Do You Come Back?

106 8 0
                                    

Terik siang Kota Jakarta dan angin hangat yang berhembus diantara selipan rambutnya membuat gadis itu benar-benar merindukan kota kelahirannya itu. Akhirnya setelah 8 tahun tidak pernah menginjakkan kaki untuk kembali, saat ini, disinilah ia, berdiri sambil menyeret koper pink seukuran setengah tubuhnya. Gadis itu segera melambaikan tangan untuk memberhentikan kendaraan berwarna biru. Ia masuk kedalam sedan itu begitu supir berhenti dan mempersilahkan gadis itu masuk sambil membantunya menaruh koper di bagasi.

"Kemana, Neng?" tanya supir itu saat sudah berada di balik kemudinya.

"Ke Pondok Indah ya, Pak."

Tanpa basa basi kendaraan yang ditumpanginya meluncur mulus menuju tujuan yang telah ia sebutkan. Shinta terus melihat ke arah jendela sambil mendengarkan, apapun itu yang dinyalakan oleh bapak supir melalui radio. Ujung bibir Shinta menaik kala lagu yang diputar adalah lagu yang memiliki suara yang khas, suara yang masih sangat melekat dalam pikiran Shinta. Ia tersenyum kala bapak supir juga menyenandungkan nada-nada dari lagu tersebut.

"Ih, bapak kayaknya ngikutin tren musik terkini ya?" singgung Shinta.

Bapak supir itu tertawa, "Neng nggak usah diikutin pun juga bakal keinget. Gimana mau nggak nginget kalau setiap hari, anak saya, dari pagi siang sore malem, muter ini mulu."

Shinta makin tertarik dengan percakapan ini, walaupun sebenarnya ini adalah kali pertama Shinta mendengar lagu Kaleidoscope. "Emang mereka terkenal banget, Pak?"

"Lah emang neng dari mana sih? Kok bisa-bisanya nggak tau Kaleidoscope?"

Shinta tertawa, "saya lama nggak di Indonesia, Pak!"

"Yah sayang banget neng nggak tau!" supir itu menyetir sambil sesekali melihat Shinta dari kaca tengah. "Mereka itu terkenal banget sejak 4 tahun yang lalu. Setiap ngeluarin lagu langsung melejit. Dimana-mana juga ada wajah mereka. Kalau nggak salah sekarang mereka lagi proses syuting film apa gitu deh. Saya lupa!"

Shinta terkejut, segerombolan Kaleidoscope membintangi sebuah film?

Tepat saat Shinta akan bertanya lagi taksi berhenti karena kemacetan. Padahal ini sudah dekat dengan rumahnya. Sepertinya ada syuting di bahu jalan yang menyebabkan lalu lintas sedikit terhambat.

"Yaallah! Itu mereka neng! Coba lihat ke kiri. Yaampun saya harus fotoin ini buat anak saya!"

Shinta menoleh ke arah kiri, sesuai yang diarahkan oleh supir.

RAMA!

Shinta membelalakkan matanya kala melihat Rama. Shinta langsung membuka pintu sambil memerintahkan bapak supir untuk menunggu. Ia menutup pintu dan menyebrang ke arah kumpulan orang syuting tersebut. Tanpa pikir panjang, Shinta memanggil nama laki-laki itu dengan kencang. "RAMA!"

Laki-laki itu terperanjat dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sesosok gadis dengan rambut panjang keriting memanggil namanya. Gadis itu semakin mendekatinya seiring dengan sutradara yang sudah meneriakkan kata 'cut' dan terlihat tidak suka dengan gangguan yang ada. Senyuman gadis itu masih sama, tidak, tidak sama! Senyumanya berubah menjadi lebih cantik seiring dengan bertambah dewasanya gadis itu. Ia tidak menyadari gerakan dari tubuhnya, seolah-olah tubuhnya bergerak tanpa ia minta, seolah-olah itu naluri. Ia bergerak mendekati gadis itu seiring dengan gadis itu berjalan mendekatinya. Tubuhnya merengkuh badan mungil gadis itu dan memeluknya dengan erat. Semerbak wangi parfum yang tidak berubah melemparkannya pada masa lalu yang sampai sekarang ternyata masih tidak bisa ia lupakan.

"God I miss you so much!" gadis itu menjauhkan tubuhnya sambil terus tersenyum. Senyum gadis itu memudar saat beberapa kamera di belakangnya mengabadikan momen itu. "Shit, am I going to get a problem?"

Distance of Chance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang