Sudah beberapa hari ini Shinta disibukkan oleh kegiatan yang sama, namun Shinta tidak menyangka bakal menyukainya. Pagi hari ia akan berangkat bersama Rama, kemudian bersekolah seperti biasa, siangnya ia akan beristirahat atau mungkin mengerjakan tugas-tugas yang ada, baru kegiatan inilah yang disukai Shinta, berlatih bersama Kaleidoscope.
Memiliki darah Ganendra yang mengalir di dalam nadinya membuat Shinta selalu nyaman berada di sekitar musik. Diapun memiliki kesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai musik lagi. Kemarin ia belajar drum pad milik Damas, ternyata laki-laki itu bukan hanya menekuni musik band tetapi juga menekuni aliran musik elektronik dan ternyata memainkan drum pad tidak semudah yang dibayangkannya.
Beberapa hari ini mereka sudah berlatih lagu Hold On milik Chord Overstreet yang ditunjukkan Shinta tempo lalu. Mereka setuju mengaransemen lagu tersebut menjadi lagu duet yang mencapai range suara dari Rama dan Shinta. Rama akan membuka lagu tersebut terlebih dahulu sampai refrain pertama, selanjutnya akan disusul oleh Shinta, kemudian mereka akan menyanyikan refrain kedua bersama, Shinta akan mengambil suara dua sedangkan Rama akan mengambil lead voice-nya.
"Lo serius nggak mau nyanyi dua lagu bareng gue?" tanya Rama yang saat ini mengemudikan mobil Shinta. Mereka sedang dalam perjalanan ke sekolah.
"Engga deh, satu aja."
Rama menganggukkan kepalanya, tidak ingin mendebat Shinta lebih lanjut. Dengan gadis itu yang sudah mau menyanyikan satu lagu dengannya, itu merupakan sebuah anugrah. Rama membelokkan setirnya saat sampai di warung emak, ia kemudian turun dan melanjutkan perjalanan ke sekolahnya menggunakan motor yang sudah selesai diperbaiki beberapa waktu yang lalu.
Saat Shinta sampai di lorong kelas, ia cukup terkejut dengan pemandangan yang ada. Saat ini di depan kelasnya sedang di kerumuni oleh banyak siswa dari kelas 11, apakah ada perkelahian?
Shinta kemudian menerobos kerumuan dan masuk ke dalam kelasnya, betapa terkejutnya saat ia melihat seorang gadis duduk di pojokkan, dikelilingi oleh teman-teman sekelasnya. Gadis itu adalah Ellen, penampilannya sangat compang-camping dengan noda darah di sudut bibirnya. Apakah gadis itu baru saja mengalami pembullyan?
Shinta berusaha tidak memusingkannya dan ikut campur lebih lanjut. Ia kemudian duduk di bangku biasanya. Tiba-tiba Hanna, teman satu kelas yang biasanya duduk di depan Shinta membalikkan badannya dan berujar, "tadi Sherlyn kesini, terus tiba-tiba nampar Ellen. Dia terus marah-marah dan bilang bahwa Ellen nggak akan pernah jadi bagian dari The Girls."
Oh jadi waktu itu Ellen mau disuruh dengan imbalan masuk The Girls?
"Gue paham sih, Ellen segitu cinta matinya sama Rama, pasti dia pengen banget masuk The Girls," ujar Hanna yang masih menatap belakang ke Shinta.
Shinta yang mendengus, "kenapa sih, seluruh anak SMARA ini misconception semua? Ya kalau lo suka sama Rama, Guntur, Damas, atau Ivan mah tinggal deketin aja kalik. Lo kira dengan masuk The Girls bakal menjamin mereka bisa suka sama elo?"
"Engga sih, tapi at least lo bisa jadi deket dan dilihat kan?"
"Terus kenapa deh lo suka sama seseorang yang bahkan lo tuh engga kenal. Lo nggak tau personality-nya gimana, lo ngga tau kesehariannya gimana, satu-satunya yang lo tau tuh cuman image yang mereka bentuk di publik."
Hanna menggenggamkan tangannya dan menaruhnya di bawah dagu kanannya seolah ia membayangkan sesuatu, "entah sih. Menurut gue lo nggak perlu itu semua deh buat jatuh cinta."
"Apa deh? Jangan-jangan lo suka Rama juga?"
"Engga sih, Rama mah udah banyak saingannya."
"Terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance of Chance (END)
Teen Fiction[Only Teenager] Mungkin pergi dari Rama hanyalah pilihan terbaik yang Shinta punya saat ini. Saat tali persahabatan mengikat keduanya begitu erat. Mungkin memutuskan hubungan adalah satu - satunya jalan supaya mereka dapat bersama lagi nanti. Update...