"Apa yang kau mau sekarang?" Seijuro bersedekap sambil menyesap rokoknya di rooftop hotel.
<Theo sudah jauh lebih baik sekarang. Demamnya sudah turun total, hanya tersisa flu. Dia dan Cleo mencari Tetsuya. Apa kau tidak bisa pulang lebih awal?> tanya Shintaro dari balik telepon.
"Aku dan Tetsuya akan pulang sejam lagi. Kau kan dekat dengan mereka, beritahu saja keadaannya," jawab Seijuro, benar-benar ayah yang acuh tak acuh pada anaknya.
<Apa kau gila? Mana ada anak kecil yang mengerti hal seperti itu?! Dan yang dekat dengan Cleo itu Aomine-nanodayo!> protes Shintaro, padahal kenyataannya dia juga dekat dengan Cleo dan Theo.
"Apa kau tahu kau menggangguku sekarang? Bagaimana dengan Ryota? Dia sudah mau bekerjasama sekarang?" tanya Seijuro lagi.
Suara-suara yang tidak jelas mulai terdengar. Seijuro mengerutkan keningnya merasa sedikit khawatir. Namun, rasa khawatir itu menghilang begitu saja setelag memahami apa yang terjadi.
<Daddy ini Theo! Cleo tidak mau belbicala dengan Daddy, tapi dia mau belbicala dengan Mommy!> seru sang bocah rambut merah di seberang sana.
"Katakan pada Cleo, Mama kalian sedang ke toilet. Cleo bisa berbicara dulu dengan..."
<Cleo cayang Mama. Daddy jangan jahat cama Mama eung... Cleo takut. Sampai nanti Daddy> suara kecil Cleo yang lembut dan halus benar-benar membuat Seijuro tercengang.
Sekarang, anak manis itu sudah mau menerimanya? Itu hal bagus!
"Cleo, apa Cleo masih takut pada Daddy?" tanya Seijuro, ia mematikan rokoknya.
<Cleo takut kalau Daddy menyiksa Mama... Cleo telalu sayang sama Mama...> jawab bocah itu apa adanya.
"Kalau begitu, Daddy tidak akan menyakiti Mamanya Cleo lagi. Bisa berikan ponselnya pada Uncle Shin?" tanya Seijuro sekali lagi.
<Owkay, Daddy halus janji jaga Mama okaayy!!!> seru anak manis itu sebelum suara serak Shintaro terdengar.
"Dimana Ryo..."
<Akashi, cepat keluar! Kise baru saja menghubungiku! Ada yang salah dengan Kuroko!> seru Shintaro tiba-tiba.
"Apa? Apa yang kau bicarakan?" Seijuro dengan cepat berlari menuju lift.
Dor!!!
Tangan Seijuro secara refleks menjatuhkan ponselnya begitu saja. Dia berlari menuju ke balkon untuk melihat apa yang terjadi di bawah. Dan apa yang dilihatnya benar-benar membuatnya menggeram marah. Genangan darah dari seorang lelaki bersurai biru yang tergeletak begitu saja ada di rerumputan. Tak lupa juga matanya berhasil menangkap sosok orang yang dicintainya tertidur lelap dalam gendongan orang asing yang membawanya pergi.
"Kemana para polisi yang berjaga?!" teriak Seijuro frustasi.
Seijuro kembali berlari menuju ke lift. Dia mengambil ponselnya yang sepertinya sudah retak dan segera menekan-nekan tombol itu agar cepat sampai.
"Bajingan!" umpatnya karena merasa lift itu terlalu lama.
Ketika ia sibuk berusaha membuka lift, ponselnya yang sekarat itu bergetar. Tanpa pikir panjang, dia mengangkat panggilan itu.
<Selamat malam Akashi Seijuro. Well sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, kenapa kau memaksaku Akashi? Tetsuya anak yang baik bukan?> kekeh si penelepon.
Seijuro terdiam sejenak mendengar suara ini. Matanya mulai berubah menjadi tatapan datar yang lebih tenang.
"Kau bodoh," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Second Chance |AkaKuro|
Fiksi PenggemarKuroko Tetsuya, seorang polisi yang bekerja pada distrik sembilan Manhattan. Dia memiliki reputasi yang sangat baik dan keahlian yang tinggi. Bakatnya menjadi seorang polisi bukanlah hal yang bisa disepelekan. Namun, tidak selamanya semua berjalan d...