Kejutan Manis

46 7 0
                                    

Jam lima pagi! Farel memaksanya naik ke atas atap sekolah yang masih sepi. Kebanyakan anak-anak lain masih tertidur, atau ada yang sudah bangun untuk bersiap-siap sekolah.

"Lo mau ambil pemandangan apa sih Far sampai harus jam segini banget kita ke sini?" tanya Kyara, setengah protes.

Farel terkekeh pelan mendengar kata-kata gadis itu.

"Gue mau membahagiakan elo pagi ini sebelum sekolah di mulai," jawab Farel.

"Dengan cara naik ke atap sekolah pagi-pagi buta?" sindir Kyara.

Farel semakin terkekeh dan segera meraih tangan Kyara untuk digenggam dengan erat. Kyara kembali tersipu malu saat Farel menatap tepat di kedua matanya, meskipun keadaan masih gelap tapi Farel bisa melihat semburat merah jambu di kedua pipi gadis itu dengan jelas.

"Dengar gue baik-baik ya, sekarang kita siapin dulu kameranya. Baik itu kamera yang lo punya, ataupun kamera yang gue punya. Gue janji, setelah semua selesai kita akan sarapan di sini dan gue akan kasih kejutannya setelah kita sarapan," jelas Farel.

Kyara tersenyum lalu mengangguk setuju. Mereka segera memasang tripod, mengatur kamera, dan juga memastikan tidak akan ada gangguan pada saat waktunya tiba nanti.

Farel mengeluarkan dua bungkus bubur ayam yang menggunakan styrofoam dari dalam ranselnya. Ia memberikan satu pada Kyara dan membantu gadis itu agar bisa makan dengan nyaman.

"Far..., lo beli bubur ayam di mana pagi-pagi buta begini? Lo kabur ya dari asrama?" Kyara menyelidik.

Farel mendelik saat dirinya benar-benar sedang diperhatikan oleh Kyara demi mendapat jawaban dari pertanyaan yang gadis itu utarakan tadi.

"Nggak kok Kak. Gue mana berani kabur? Ini Kak Hendri yang bawa tadi buat Seven B, gue sengaja minta dua supaya lo juga bisa makan," jawab Farel, jujur.

"Ooh..., kirain lo kabur. Kalau sampai lo kabur dari asrama, gue nggak bakalan mau dekat-dekat sama lo lagi," ancam Kyara.

"Duh, ancaman lo menakutkan ah daripada ancamannya Difta. Tenang, gue nggak akan pernah kabur dan gue nggak akan pernah mau jauh-jauh dari elo. Titik!"

Kyara terkekeh saat melihat wajah paniknya Farel. Pria itu memang tak pernah sama sekali mencoba menutup-nutupi sesuatu darinya selama ini.

"Lo bawa sweater putih yang gue minta kan?" tanya Farel.

"Iya bawa. Nih...," Kyara mengeluarkannya dari dalam tas dan memberikannya pada Farel.

Pria itu menerimanya dan tersenyum misterius. Kyara berubah jadi curiga dengan kejutan yang akan dia berikan.

Usai sarapan, langit telah berubah menjadi berwarna merah kebiru-biruan. Jam telah menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima pagi. Tepatnya, hampir jam enam. Farel segera mengatur kameranya dan kamera milik Kyara, lalu bergegas mempersiapkan Kyara agar tak terlambat.

"Ini mau ngapain sih Far?" tanya Kyara bingung.

"Udah tenang aja, pokoknya pagi ini adalah pagi yang spesial untuk lo," jawab Farel.

Pria itu segera melilitkan sweater putih bermotif rumbaian bunga-bunga kecil di pinggang Kyara, sehingga kini gadis itu terlihat seakan sedang memakai rok balerina. Farel juga tak lupa mengeluarkan mahkota bunga berwarna putih dari ranselnya dan ia pakaikan di atas kepala Kyara dengan teliti. Kyara benar-benar tak mengerti dengan apa yang Farel lakukan untuknya pagi itu.

Setelah Kyara siap dengan penampilannya, Farel pun membuka jaketnya dan mengganti dengan jas berwarna putih milik Hendri yang ia pinjam sejak kemarin. Kyara sedikit takjub saat melihat penampilan Pria itu.

"Sekarang berdiri di sana, posisi lo harus menyamping dari sinar matahari," perintah Farel.

"Oke," Kyara menurutinya.

Farel juga bersiap di posisinya yang ada di belakang Kyara. Pria itu mengulurkan tangannya, kamera sudah dalam posisi merekam.

"Berputar sampai posisi lo berbalik ke arah gue," perintah Farel sekali lagi.

Kyara pun berputar untuk berbalik ke arah Farel. Pria itu telah tersenyum dengan tangan yang terulur ke arahnya.

"Kyara, will you dancing with me?" tanya Farel.

Kyara tersenyum dan terharu secara bersamaan.

"Yes, I do," jawab Kyara seraya meraih uluran tangan Farel.

Farel pun segera menarik tubuh Kyara ke dalam pelukannya dan berdansa di bawah terbitnya Matahari pagi yang begitu hangat. Kyara tersenyum dengan perasaan yang luar biasa bahagia. Ia beberapa kali melakukan gerakan berputar seperti angsa dengan Farel yang terus mengimbanginya.

Dansa romantis pagi itu berakhir dengan pelukan hangat di mana Farel memeluk Kyara dari balik punggungnya dan mereka berdua sama-sama menatap ke arah Matahari yang sudah benar-benar terbit.

"Kak..., boleh nggak kalau gue sayang sama lo?"

"Iya. Boleh."

* * *

Kyara berlari dari asrama setelah mengganti bajunya dengan baju seragam. Kelas gabungan kembali dimulai, Debby sudah duduk di kursinya dengan setumpuk catatan yang ia baca kembali sebelum pelajaran Seni di mulai. Kyara tiba di kelas dengan kameranya yang dipenuhi foto-foto baru.

"Habis motret di mana Kya?" tanya Debby.

"Di atap sekolah Deb. Gue baru sadar kalau pemandangan dari atas sana itu bagus banget. Pantas aja Difta waktu itu bisa dapat latar Matahari terbenam yang sempurna, ternyata di sana tempatnya," jawab Kyara.

"Terus, lo dapat pemandangan apa aja?" Debby penasaran.

"Matahari terbit, alam pedesaan, dan hutan," Kyara memperlihatkannya pada Debby.

Debby melihat foto-foto itu satu-persatu, ia sangat suka dengan semua hasil jepretan kamera Kyara. Veyza muncul tak lama kemudian, Kyara melihat di tangannya t segelas Pop Ice berwarna merah jambu yang sudah jelas kalau itu untuk Debby.

Kyara pun cepat-cepat pindah ke kursi kosong di samping Farel. Farel menatapnya dengan terkejut namun tetap tersenyum.

"Tumben, kok pindah duduk ke sini?" tanya Farel yang juga sudah mengganti bajunya.

"Gue mau ngasih ruang buat Vey dan Debby, biar mereka makin dekat," bisik Kyara.

Farel melihat ke arah meja milik Kyara yang sudah di tempati oleh Veyza. Ia tersenyum lalu kembali menatap Kyara yang juga sedang menatapnya.

"Jadi..., kita ini semacam mak comblang atau gimana?" Farel mempertanyakan.

"Ya..., gitu deh," jawab Kyara.

Tita yang duduk di kursi depan pun berbalik ke arah mereka berdua.

"Hai..., gue dengar loh apa yang sedang kalian bicarakan," bisiknya.

Farel dan Kyara pun sama-sama terdiam salah tingkah karena Tita.

* * *

RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang