Menerima

45 7 0
                                    

Farel dan Kyara menatap Veyza dan Debby yang ada di hadapan mereka. Keempat orang itu duduk di satu meja saat jam makan malam.

"Ini kita lagi double date atau gimana?" tanya Farel sambil menatap Veyza yang terlihat sangat santai.

"Anggap aja begitu," jawab Veyza.

"Lo nggak mau cari meja lain yang kosong gitu?" tawar Farel.

"Lo kalau mau ngusir gue nggak usah terlalu terang-terangan Far. Tenang, gue nggak akan pergi," balas Veyza tanpa merasa berdosa.

Kyara dan Debby tertawa pelan di tempatnya masing-masing.

"Lo nggak kangen sama Seven B?" Farel masih berusaha.

"Lah, kan elo termasuk Seven B! Mewakili yang lain dong..., kalau pun gue kangen sama Seven B, gue bisa lihat muka lo biar rasa kangen gue terobati," Veyza masih bersikukuh tak ingin pergi.

"Amit-amit Vey, mendingan gue dilihat sama Bu Ester sepuluh jam dan diceramahi ketimbang dilihat sama lo!" Farel mendadak risih seketika.

Veyza terkekeh di tempatnya dan menikmati kemenangannya dari Farel. Lima anggota Seven B yang tersisa di meja biasanya pun menatap ke arah mereka berempat.

"Woy! Kalian lagi double date atau gimana?" teriak Difta.

Farel dan Veyza pun segera menutup wajah mereka dengan buku cetak secara serempak. Kyara dan Debby hanya bisa menahan diri untuk tidak meledakkan tawa atas tingkah laku Farel dan Veyza.

"Ya ampun..., kalian itu konyolnya setiap saat ya?" tanya Kyara akhirnya.

"Nggak juga. Kita bisa juga serius kok," jawab Farel.

"Kapan?" tanya Debby.

"Kalau lagi belajar dan lagi berantem," jawab Veyza, kalem.

"Oke lah terserah kalian aja. Ayo makan, nanti jam makan malam keburu habis," ajak Kyara.

Kyara segera menikmati Nasi dan Sup Krim Jagung yang tadi ia ambil. Farel membukakan kaleng Susu Beruang agar memudahkan Kyara untuk minum.

"Kaleng gue nggak dibukain juga nih?" Veyza menyodorkan kaleng Coca Cola Zero ke arah Farel.

Farel menatapnya dengan sebal.

"Lo nggak punya jari buat buka sendiri? Manja amat!" gerutunya.

Debby meraih kaleng Coca Cola Zero itu dari tangan Veyza dan segera membukanya. Veyza terkejut saat Debby melakukan itu.

"Kenapa dibukain Kak? Gue main-main doang, cuma mau gangguin Far," Veyza panik.

"Ooh..., gue pikir serius minta dibukain," Debby merasa bersalah.

"It's okay Kak, kita memang biasa main-main kok, buat mengasah adu argumen," jelas Farel.

"Maaf," Debby sangat menyesal.

"Nggak apa-apa lah, itu udah terlanjur juga. Ayo makan lagi..., atau mau gue suapin?" tawar Veyza.

Wajah Debby pun memerah karena malu.

"Nggak usah sok romantis musang!" sindir Farel.

"Sirik bin dengki aja sih lo!" balas Veyza.

"Udah..., udah..., kapan kalian mau makan kalau berdebat terus?" tanya Kyara yang sudah menghabiskan setengah makan malamnya.

Farel dan Veyza pun nyengir kuda saat ditegur seperti itu. Mereka segera menghabiskan makan malam itu hingga tandas tak bersisa. Veyza segera mengajak Debby untuk keluar lebih awal dari ruang makan, sementara Farel dan Kyara masih duduk di meja yang sama.

"Lo paling nggak suka makan apa Kak?" tanya Farel.

"Bubur kacang hijau, tapi gue suka bubur ketan hitamnya," jawab Kyara.

"Minuman yang lo nggak suka?"

"Semua minuman bersoda! Gue nggak suka semua itu!" tegas Kyara, seakan tidak ingin membicarakannya.

Farel menangkap hal itu dengan jelas

"Ada hubungannya dengan masa lalu?" tebak Farel.

Kyara menatap Farel dengan wajah kaget.

"Lo peka banget sih Far, kok bisa tahu kalau gue lagi mikirin masa lalu hanya dari jawaban gue?" Kyara benar-benar tak menduga.

Farel tersenyum.

"Menghadapi mereka berenam," tunjuk Farel ke arah meja yang di tempati Seven B, "..., butuh kepekaan yang di luar batas manusiawi. Gue nggak akan bisa menghadapi mereka kalau nggak punya rasa peka. Mereka bukan hal yang mudah untuk di hadapi," jelasnya.

Kyara terdiam beberapa saat lalu kembali menatap Farel.

"Jadi dulu pas Almarhumah Nyokap gue nikah lagi, di rumah keluarga Naratama itu selalu tersedia minuman soda dengan berbagai merek. Lo bisa minum kapan aja lo mau dan bisa minum minuman mana aja yang lo suka," cerita Kyara.

Farel mendengarkannya dengan baik.

"Awalnya gue biasa-biasa aja dengan minuman bersoda itu, karena kan nggak berefek apa-apa sama gue. Tapi, suatu hari pas gue pulang sekolah, firasat gue udah nggak enak. Gue nggak mau sama sekali nyentuh kaleng soda manapun di rumah itu apalagi untuk meminumnya. Ternyata, kejadian benar firasat gue Far, semua minuman soda di rumah itu sudah diracuni oleh Dio. Semua penghuni rumah minum minuman itu kecuali gue. Pas gue keluar dari kamar, mayat pembantu, tukang kebun, supir, Bokap tiri gue, dan Nyokap gue sendiri udah tergeletak di lantai. Sialnya..., Dio melihat sosok gue yang masih hidup!" Kyara menutup kedua matanya seakan ingin melenyapkan kenangan itu.

Farel merangkulnya dengan lembut.

"Udah nggak usah diterusin kalau lo nggak sanggup mengulang kenangan itu. Nggak masalah kok sebenarnya kalau lo nggak cerita sama gue," ujar Farel, berusaha menenangkan gadis kesayangannya.

"Tapi lo harus tahu Far, karena lo mau mengenal gue, kan?"

Farel tersenyum lagi.

"Iya benar. Bukan berarti gue mau mengenal elo, tapi gue harus nyakitin perasaan lo. Nggak perlu Kak. Masa lalu ya masa lalu. Gue nggak tahu pun nggak akan jadi masalah. Gue tetap akan menerima kehadiran lo dengan semua kekurangan dan masa lalu lo, meskipun elo nggak cerita ke gue," jawab Farel.

"Gue takut lo merasa gue ini pembohong. Gue takut lo akan memberikan cap bahwa gue ini cewek yang selalu menutup-nutupi sesuatu. Sementara elo nggak pernah menutupi apapun dari gue Far," ujar Kyara.

"Gue nggak akan berbuat begitu Kak. Gue kan udah janji sama lo dari awal, bahwa gue nggak akan berhenti di tengah jalan ketika mencoba mengenal elo, gue nggak akan nyakitin elo dengan mengungkit masa lalu lo, dan gue nggak akan pernah meninggalkan elo sendirian. Lo masih ragu sama gue?" Farel ingin tahu.

"Gue nggak ragu Far, gue cuma berusaha untuk mengimbangi posisi kita berdua. Di mana lo selalu mengatakan semua hal dengan jujur ke gue, dan gue juga mau seperti itu, selalu mengatakan sesuatu dengan jujur terhadap lo," jelas Kyara.

Farel pun segera memeluk Kyara dengan erat, Kyara membalas pelukan itu dengan melingkarkan lengannya di pinggang Farel.

"Kak Kyara..., bagaimana pun elo, siapa pun elo, gue akan selalu sayang sama lo. Apakah itu cukup?"

* * *

RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang