Meraihmu Sebelum Hatimu

48 10 0
                                    

"Kya, udah ya nangisnya. Nanti lo sakit kalau banyak pikiran terus kaya begini," bujuk Debby.

Kyara tak mendengarkannya, gadis itu memilih terus saja menangis di balik bantalnya.

Tok..., tok..., tok...!!!

Suara ketukan pintu membuat Debby harus meninggalkan Kyara yang masih menangis di atas tempat tidurnya. Ia membuka pintu dan melihat sosok Farel yang berdiri di depan sambil membawa kotak P3K.

"Hai Kak Debby, Kak Kyara... ."

"Masuk Far, Kyara membutuhkan lo saat ini," Debby mempersilahkan tanpa membiarkan Farel bertanya lebih lama.

Farel pun masuk ke dalam kamar itu, Debby membuka pintunya lebar-lebar sebelum pergi keluar meninggalkan mereka berdua. Pria itu duduk di tepi tempat tidur milik Kyara dan meraih tangan gadis itu dengan lembut.

Memar! Farel bisa melihatnya dengan jelas dan merasa marah luar biasa karena telah membiarkan memar itu bersarang di tangan gadis kesayangannya. Kyara menatapnya dengan ekspresi seakan tak menduga.

"Gue kompres ya Kak, biar memarnya cepat hilang," Farel meminta ijin pada Kyara.

Kyara hanya mengangguk, ia sedang tak ingin menolak meskipun seharusnya ia merasa malu atas kejadian tadi dan segera menolak permintaan Farel. Pria itu mengambil ice pack yang ia bawa dari dalam kotak P3K dan mulai mengompres tangan Kyara pelan-pelan.

"Kenapa lo masih mau ketemu gue? Kenapa lo nggak pergi?" tanya Kyara, akhirnya.

Farel tersenyum seraya menatap wajah Kyara yang masih basah oleh airmata.

"Gue harus pergi dari hidup lo dengan alasan apa? Lo orang yang baik, nggak pernah berbuat macam-macam, dan juga nggak pernah menyakiti perasaan gue. Gue rasa nggak ada satu alasan pun yang bisa membuat gue pergi dari hidup lo," jawab Farel, apa adanya.

"Dia bakalan balik lagi Far, dia nggak akan berhenti," Kyara seakan memberi peringatan.

"Nggak akan. Dia udah diurus sama Polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kejinya terhadap Almarhumah Mama lo dan juga Almarhum Papanya sendiri," Farel menenangkan Kyara.

Kyara menatap ke arah Farel dan bertanya-tanya mengenai banyak hal di dalam benaknya.

"Kalau lo berpikir bahwa selama ini gue udah tahu semua tentang lo, maka lo salah besar. Gue baru tahu tadi setelah mukulin cowok sialan itu," Farel mencoba menebak-nebak jalan pikiran Kyara.

"Tahu darimana?" tanya Kyara, heran.

"Seven B. Mereka yang kasih tahu gue tadi, mereka juga baru tahu dari Kak Hendri beberapa hari yang lalu. Kalau Kak Hendri, entah darimana dia tahu, gue belum nanya-nanya," jawab Farel.

"Kak Hendri jelas tahu, dia yang bantu gue melarikan diri dari Dio. Dia juga yang menyembunyikan gue di sini sejak lulus SMP," ujar Kyara.

Farel melihat gadis itu yang sepertinya sedang kembali memikirkan masa lalunya. Ia pun menyimpan ice pack ke dalam kotak P3K dan membawa Kyara ke dalam pelukannya.

"Udah ya, nggak usah dipikirin lagi. Semua udah berlalu dan lo udah nggak perlu merasa takut lagi dengan apapun yang dulu mengejar lo. Sekarang, lo hanya perlu hidup dengan tenang, hidup dengan baik, dan jangan sia-siakan kesempatan. Gue akan selalu ada untuk mendukung langkah lo, gue nggak akan pernah pergi," bujuk Farel.

"Lo nggak malu, dekat-dekat dengan salah satu anggota keluarga pembunuh?" Kyara ingin tahu, benar-benar ingin tahu.

"Dia bukan keluarga lo. Lo anak tunggal dan berasal dari keluarga yang berbeda sama dia. Almarhum Papa lo pasti bangga banget punya Putri yang cantik, pintar, baik hati dan tidak sombong untuk menerima cowok ganteng kaya gue."

Kyara pun terkekeh pelan saat mendengar kekonyolan Farel yang mulai kumat. Farel pun mengusap punggung gadis itu dengan lembut.

"Gitu dong, jangan nangis terus. Tersenyum, tertawa, karena gue suka kalau lo banyak tertawa dan tersenyum. Gue jadi nggak merasa gagal untuk membahagiakan lo," pinta Farel.

Kyara menganggukan kepalanya di dalam pelukan Farel. Ia segera menghapus sisa-sisa airmata yang masih bertengger di wajahnya. Farel melepaskan pelukannya dan menatap wajah gadis itu.

"Kita keluar yuk, ke minimarket. Cari cemilan biar pipi lo tambah chubby," ajak Farel sambil mencubit kedua pipi Kyara dengan gemas.

Kyara tertawa lalu mengangguk setuju pada ajakan Farel. Pria itu membereskan kotak P3K dan berniat membawa kotak itu kembali ke kamarnya.

"Eh, simpan aja dulu di sini. Nanti gue yang bawain turun pas makan malam," saran Kyara.

"Oke deh, tapi lo nggak merasa repot, kan?" Farel ingin memastikan.

"Nggak lah, itu kan cuma kotak P3K, bukan tabung gas elpiji," jawab Kyara.

Farel tersenyum konyol lalu merangkul Kyara keluar dari kamar itu. Mereka berdua bertemu Debby dan Veyza yang sedang duduk di halaman asrama.

"Hai Deb," sapa Kyara sambil melambaikan tangannya.

Debby membalas lambaian tangan itu dan menatap wajah Kyara yang masih sembab setelah menangis tadi. Namun ia bisa melihat wajah cerianya yang telah kembali.

"Ikut yuk, kita ke minimarket," ajak Kyara.

Debby terpana beberapa saat.

"Yakin? Lo udah siap melangkah keluar pagar itu?" tanya Debby.

Kyara mengangguk.

"Iya Deb, gue yakin," jawabnya.

"Oke, gue akan ikut," Debby setuju.

Farel kembali menggenggam tangan Kyara dengan lembut. Debby dan Veyza berjalan di belakang mereka berdua. Saat tiba di minimarket, Farel meraih satu keranjang dan membawakannya untuk Kyara. Veyza pun melakukan hal yang sama untuk Debby.

"Cemilan apa yang enak ya?" tanya Kyara.

"Suka keripik nggak?" Farel balik bertanya.

"Suka," jawab Kyara.

"Oke..., ada Qtela Singkong, Qtela Ubi ungu, Qtela Tempe, Pringles, Chitato, Leo, Lays, Pota Bee, Kusuka, Happy Tos, Japota... ."

"Sekalian aja lo borong keripik satu minimarket Far!" saran Veyza yang sudah jelas jengkel dengan tawaran Farel yang menyebut semua nama merek keripik.

HAHAHAHAHA!!!

Lagi-lagi Debby dan Kyara tak mampu menahan tawa mereka atas kekonyolan para Pria itu.

"Gue bisa buka minimarket sendiri di dalam kamar Deb," ujar Kyara.

"Iya Kya, dan gue pembelinya!" balas Debby.

Farel hanya bisa garuk-garuk kepala sambil ikut menertawai kekonyolannya sendiri.

'Sesederhana inilah yang aku mau. Cukup dengan melihatmu tertawa bahagia, dan aku sudah merasa lengkap.'

* * *

RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang