Vieillir Ensemble*

39 7 0
                                    

Kyara sedang duduk di tempat tidur milik Debby sambil membaca modul yang di berikan oleh Bu Indri kemarin. Debby sendiri sedang sibuk memeluk-meluk Mr. Aldebaran dengan gemas, padahal seharian tadi dia sudah memeluk Veyza tanpa henti di pinggir lapangan basket saat tim junior berlatih.

ZLUUPPP!!!

ARRRGGGHHH!!!

Jeritan Debby membuat Kyara semakin sadar kalau saat itu lampu tiba-tiba padam.

"Kya gelap!!!" jerit Debby.

Kyara segera menyalakan senter pada ponselnya sehingga Debby pun kembali tenang meski nafasnya masih terlihat naik-turun. Kyara memeluknya erat-erat.

"Udah ya, jangan takut. Gue di sini," bujuk Kyara.

Debby menganggukan kepalanya di dalam pelukan Kyara.

"Kita ke atap asrama aja yuk, biar lo bisa lebih tenang di sana," ajak Kyara.

Debby pun mengangguk dengan cepat, ia segera mengikuti langkah Kyara untuk keluar dari dalam kamar menuju atap asrama.

Difta meraih sweaternya saat Farel datang membawa senter.

"Ke atap yuk. Kak Radit ada di atap tuh nungguin elo," ajak Farel.

"Hah? Serius?" Difta berpikir Farel tengah menggodanya.

"Serius NOT! Ini senter punya Kak Radit, dia pinjamkan ini ke gue buat jemput elo!" gerutu Farel yang sebal karena tak dipercaya.

"Oh gitu. Maaf ya gue pikir lo cuma bercanda doang Far," sesal Difta.

"It's okay! Ayo lah, buruan."

Farel melangkah ke kamar Tita dan Veyza bersama Difta sebelum ke atap. Ia membuka pintu kamar itu dan menatap kedua penghuninya yang kalem-kalem saja meskipun mati lampu.

"Vey..., Ta..., ke atap yuk! Gelap di sini," ajak Farel.

"Ogah ah, malas!" jawab Veyza.

"Iya, capek gue!" tambah Tita.

"Udahlah Far, mereka nggak mau, jangan dipaksa. Di atap ada Kak Debby dan Kak Andra padahal...," pancing Difta, kompor.

Veyza dan Tita pun bangkit dengan penuh semangat dari tempat duduk mereka masing-masing.

"Minggir-minggir gue jalan duluan!!!" usir Tita.

"Enak aja!!! Gue yang duluan!!!" balas Veyza tak mau kalah.

Difta dan Farel pun terkikik geli dengan kelakuan mereka berdua. Di atap sudah ada beberapa orang di sana sejak tadi, Kyara melihat kedatangan Veyza yang sudah jelas langsung menatap ke arah Debby. Pria itu mendekat lalu memakaikan jaketnya yang baru saja dilepas pada Debby.

"Udaranya dingin Kak, pakai ya," pinta Veyza.

"Ekhm..., gue ambil minuman dulu ya Deb," Kyara pun menjauh dengan cepat.

Kyara segera menghampiri Farel yang sudah merentangkan kedua tangan untuk menyambut gadis itu ke dalam pelukannya. Kyara membalas pelukan itu dengan erat, seakan mereka telah lama tak bertemu.

"Kak, gue kangen," ungkap Farel, jujur.

"Gue juga! Gue kangen!" tegas Kyara.

Farel menuntun Kyara menuju tepi pembatas atap, Pria itu menunjukkan pemandangan langit malam di Kota Yogyakarta pada Kyara. Langit sangat bersih malam itu, cerah tak berawan. Rembulan berbentuk sabit dengan cahayanya yang terang di kelilingi bintang-bintang yang gemerlap.

"Indah ya...," ungkap Kyara.

"Iya, indah banget. Seindah kehadiran lo dalam hidup gue," balas Farel.

Kyara tersenyum sambil mencubit lengan Farel dengan gemas. Farel tak marah, ia membiarkan saja rasa gemas itu terealisasi melalui cubitan pada lengannya.

"Di masa depan, perjalanan pertama kita nanti mau ke mana?" tanya Farel.

"Lombok! Gue pengen ke Pantai Semeti, Air terjun mangku sakti, Gili Meno dan Gunung Rinjani," jawab Kyara penuh semangat.

"Oke. Gue akan penuhi itu di masa depan," ujar Farel.

Kyara tersenyum lembut.

"Gue masih penasaran, kenapa sih lo yakin banget kalau kita akan terus bersama-sama sampai di masa depan nanti?" herannya.

"Karena yang gue mau cuma elo. Gue nggak mau yang lain. Lo impian terbesar dalam hidup gue, dan itu nggak akan berubah," jawab Farel, yakin.

"Far, banyak yang punya kelebihan daripada gue, banyak juga yang lebih cantik dan menarik daripada gue. Apakah kira-kira lo nggak akan tergoda untuk berpaling pada yang lain?" Kyara ingin memastikan.

"Kak, usia gue mungkin lebih muda satu tahun dari lo, tapi bukan berarti pikiran gue nggak stabil kaya remaja pada umumnya. Kalau gue bilang lo adalah impian gue, ya berarti itulah yang akan jadi tujuan hidup gue. Lo nggak perlu takut gue akan tergoda untuk berpaling, karena perasaan sayang gue untuk lo itu nggak berbatas dan nggak akan ada batasnya. Lo boleh pegang kata-kata gue dan yakini kata-kata itu sampai kita tua nanti."

Kyara memeluk Farel dengan erat, Farel pun mendekapnya dengan penuh rasa sayang.

'Mana mungkin aku meragukanmu? Lihatlah, betapa duniaku sudah jauh berbeda setelah kau hadir di dalam hidupku. Dan tentang rasa ragu itu, maka aku takkan menanyakannya lagi.'

* * *

Debby masuk ke kamar setelah lampu menyala dengan berjalan sepelan mungkin. Ia berbaring dan segera memeluk Mr. Aldebaran di tempat tidurnya. Debby yakin kalau Kyara sudah terlelap karena terlalu mengantuk. Kyara yang nyatanya masih terjaga pun segera memelankan suaranya yang masih berbicara dengan Farel di telepon.

Kyara dapat melihat Debby dari balik selimutnya, gadis itu tengah memeluk Mr. Aldebaran dan menatap foto Veyza yang terpasang di dada boneka beruang itu.

"Gue juga sayang sama lo Vey, tapi bukan sebagai teman. Lo mungkin akan menjauh kalau tahu perasaan gue yang sebenarnya sama lo dan gue takut kalau hal itu terjadi. Gue nggak siap, gue nggak mau kehilangan lo. Maaf, karena gue egois dan hanya mementingkan perasaan gue sendiri. Tapi jauh dari lo bukan hal yang gue inginkan setelah mengenal lo sejauh ini," gumam Debby di hadapan foto yang sedang ia tatap.

Kyara masih mendengarkan, begitupula dengan Farel yang masih super sadar di seberang sana.

"Itu suara Kak Debby?," tanya Farel dari seberang sana.

"Iya..., itu suara Debby. Dia lagi ngomong sama Mr. Aldebaran," bisik Kyara sangat pelan.

"Ya ampun..., dua-duanya memang nggak ada yang peka ya," gerutu Farel.

Kyara hanya terkikik geli dari bawah selimutnya.

"Nanti gue yang bakal bilang sama Vey kalau Kak Debby juga sayang sama dia!," tegas Farel.

"Oke, gue mendukung!"

* * *

*Bahasa Perancis artinya : Menua Bersama.

RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang